35. Balapan

79 35 212
                                    

Tidak akan pernah ada lagi yang namanya cinta, karena cinta itu hanya kekonyolan.

Genap sudah satu bulan mereka berada di Australia, selain mencari cara bagaimana agar Juni mau ikut dengan mereka. Langit dan Petir juga tampak sedikit kelelahan dengan sikap Juni yang sekarang ini.

Gadis itu benar-benar menyebalkan sekarang, beberapa temannya sering mengganggu Langit dan Petir di mana pun mereka bertemu. Sesekali, Petter sengaja menaikan kecepatan motornya saat berpapasan dengan Langit dan Petir. Bahkan ada juga salah satu dari mereka yang sengaja meneriaki mereka berdua, entah apa yang ada di pikiran Juni saat ini. Pastinya, Juni bukanlah gadis yang mereka kenal lagi.

Malam harinya, terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. Tempat di mana Langit dan Petir menginap di negara asing ini. Saat Langit membuka pintunya, ternyata orang itu adalah Han's salah satu teman dari Juni.

Dengan senyuman tipisnya, serta gaya cool dan wajah datar itu. Han's mengatakan kalau malam ini, tepat pukul sepuluh malam. Mereka akan mengadakan balapan di arena mereka, dan balapan kali ini termasuk balapan gila.

Mendengar hal itu, Langit langsung memasang wajah tidak suka. Dia mengggeram dan menatap Petir datar, sementara Han's. Pria itu telah pergi dengan motor besarnya.

"Tampaknya, teman kita yang satu ini harus pulang dalam tiga hari." seru Langit sambil mengambil kuci motor dan jaket kulit hitam miliknya.

"Mari, kita bawa gadis nakal itu pulang." tegas Petir yang sudah melangkah terlebih dahulu meninggalkan Langit.

Mereka berdua langsung menuju arena balap yang dimaksud oleh Han's, benar. Di sana ada banyak anak motor dengan penampilan khas mereka, seperti arena balapan pada umumnya. Mereka akan bersorak-sorai dan sesekali tertawa dengan penuh artian.

Kalian tahu, tertawa tidak selalu menunjukkan kebahagiaan. Tapi, juga menunjukkan bahwa kita sedang merendahkan seseorang atau bahkan sedang mengejek orang lain.

Begitulah tawa yang mereka perlihatkan di arena balapan ini. Saat seseorang menyalakan mesin motornya dengan penuh penekanan, hingga suara motor itu sangat memekakkan telinga.

Salah satu perwakilan dari setiap kelompok tadi langsung maju ke depan, dengan tatapan tajam dan wajah datar mereka. Seketika arena ini terasa sedikit menyeramkan.

"Remember everyone, this race has no rules. Whoever wins will get the motorbike that I promised earlier. (Ingat semuanya, perlombaan ini tidak memiliki aturan. Siapapun yang menang akan mendapatkan motor yang saya janjikan tadi.)" seru seseorang yang berada di salah satu kelompok kecil. Sepertinya dialah yang tengah mengadakan balapan ini.

Benar, dialah pemimpinnya di sini. Dan dialah yang membuat balapan di malam ini. "Di mana Juni?" tanya Langit sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Juni.

Petir juga ikut mencari keberadaan gadis itu. Tapi, mereka sama sekali tidak menemukan orang yang mereka cari. Hingga, saat peluit di tiup, mesin motor mulai di nyalakan dan kebisingan terdengar sangat menganggu hingga memekakkan telinga.

Tampaknya, ada sekitar lima belas orang yang ikut dalam balapan ini. Ini termasuk balapan liar, walaupun mereka punya arena sendiri. Tapi, balapan tanpa aturan? Bukankah itu akan menimbulkan masalah? Seperti cedera, saling salah, protes hingga menghalalkan segala cara. Karena itu, balapan ini bukanlah balapan yang harus di ikuti.

WE'RE DONE (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang