HAPPY READING
Seseorang pernah berkata, jika rumah terbaik bukanlah sebuah bangunan. Melainkan raga yang bisa mengerti dirimu dan akan selau merengkuh mu dalam sebuah pelukan hangat penuh kasih sayang.
"Berhenti bermain-main dan belajarlah dengan benar! Tidakkah kau lihat bagaimana kakak mu bisa mendapatkan nilai sempurna hanya dalam sekali belajar?!"
Nakamoto Yuta melenggang pergi setelah memarahi anak bungsunya yang ketahuan mendapat nilai rendah di ulangan kali ini. Tak sedikitpun dirinya iba ataupun luluh dengan senyum manis dari anaknya.
Gadis itu tersenyum manis dan mengangguk. Setelah kepergian sang ayah dari hadapannya, tatapannya lantas tertuju pada sang kakak yang tengah menatapnya datar dari luar kamar.
"Onee-chan, bisa membantuku belajar ini? Aku belum bisa."
Bukannya membantu, sosok itu justru berdecak lalu berbalik dan memutuskan untuk pergi.
"Berhenti bergantung padaku, dan belajarlah sendiri." Katanya dengan nada dingin.
Nakamoto Ruka, berjalan menjauh meninggalkan kamar sang adik dengan perasaan marah entah karena apa. Tatapannya begitu datar, bahkan setelah dirinya memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya di seberang kamar sang adik.
Melihat kakaknya yang justru beranjak dari hadapannya, Nakamoto Asa justru tersenyum semakin lebar dan membawa langkahnya pada pintu untuk menutupnya. Tak lupa gadis berusia 15 tahun itu mengunci pintu, sebelum kembali ke meja belajar untuk belajar.
"Tidak apa-apa. Otousan dan Onee-chan pasti hanya lelah, mereka tidak mungkin memarahi ku. Mereka menyayangi ku, kan?"
Asa tidak marah dengan apa yang ayah dan kakaknya lakukan padanya. Sedih? Untuk apa? Mereka marah karena menyayangi Asa. Bukankah begitu?
__________
Plak!
"Berapa kali Appa katakan padamu untuk tidak lepas pengawasan dari adik mu, Ahyeon?! Lihat!"
Park Chanyeol yang tersulut emosi lantas menarik rambut anak pertamanya untuk ia bawa menuju kamar putri bungsunya. Tak sedikitpun menghiraukan rintihan sakit dari gadis bernama lengkap Park Ahyeon yang kini dengan susah payah tengah mengikuti langkah lebar sang ayah.
"Lihat! Kau lihat dia!" Chanyeol menunjuk pada anak bungsunya yang tak sadarkan diri di atas ranjang bersama sang istri, Park Rosé.
"Bagaimana caramu mempertanggungjawabkan perbuatan mu?!"
Ahyeon menggeleng dengan linangan air mata, "maafkan aku, Appa... hiks, maafkan aku."
Park Rosé yang mendengar suara suami dan anaknya lantas menoleh. Tatapannya begitu datar dengan air mata yang sedari tadi mengalir deras. Ia lantas membawa langkahnya mendekat, lalu...
Plak!
"Ini untuk mu karena tidak becus menjadi kakak,"
Plak!
"...dan ini untuk mu yang tak bisa menjaga putriku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT : From Home
Fanfiction[on hold] ❝Mari bersama menunggu senja, lalu menyambut suka di bawah atap yang sama❞ © matchavesper, 2024.