HAPPY READING
"Ahyeon, apakah kamu sudah bertemu dengan tetangga kamar kita? Aku tidak berani untuk mengetuk pintunya, aku takut dia terganggu."
Asa menatap cukup cemas pada pintu kamar milik tetangga baru mereka. Niat awal Asa ingin berkunjung dan mencoba berkenalan dengan si tetangga, namun apa daya karena pintu kamar itu tidak kunjung terbuka.
"Belum," jawab Ahyeon. "Lebih baik kita memasak dan memberinya makanan sebagai bentuk ucapan selamat datang. Bagaimana?"
"Ide bagus! Ayo kita minta bantuan Dain."
Keduanya lantas bergegas menemui sosok Dain yang tengah berada di ranjang. Seperti kebiasaan Dain setiap harinya, gadis itu terlihat sibuk dengan alat rajut yang entah akan terbentuk apa nanti saat telah jadi.
"Dain," panggil Ahyeon, sembari mendongak karena letak ranjang Dain yang berada di atas.
Dain yang mendengar itu menatap kebawah, "ada apa?"
"Ayo kita memasak untuk tetangga baru kita. Kamu punya rekomendasi masakan yang enak?" Asa berseru dengan nada suara yang ceria.
Dain mengerjap sebentar lalu mengangguk. Setelah membereskan barang-barangnya pada sisi ranjang yang kosong, Dain segera turun dan mengikuti langkah kaki kedua temannya.
"Menurutmu, apa yang harus kita berikan untuk tetangga baru kita?" tanya Ahyeon, gadis itu pun tak kalah antusias.
"Kita lihat bahan-bahan yang ada di dalam lemari es dulu."
Dain mengecek isi pada lemari es dan menemukan beberapa sayuran. Dengan mengambil wortel dan kecap ikan, Dain berbalik menatap pada kedua kawannya. Kedua bahan itu ia letakkan pada meja di dekat mereka.
"Bagaimana jika kita membuat bibimbap?"
Asa dan Ahyeon saling tatap lalu mengangguk secara bersamaan.
"Setuju!"
"Setuju!"
Ketiga gadis tersebut mulai menyibukkan diri dengan rencana menyambut tetangga baru mereka. Menyenangkan seperti biasa karena Asa dan Ahyeon yang terkadang saling melontarkan lelucon tidak jelas.
Meninggalkan 3 manusia yang tengah sibuk dengan acara memasak mereka, kini beralih pada salah satu penghuni kamar tersebut yang tengah sibuk menyusun rencana untuk mengalahkan seseorang didepannya.
"Menyerah saja, Canny. Kamu tidak akan akan menang melawanku."
Canny berdecih, "tidak akan."
Tak!
"L!"
Di susul tawa membahana dari gadis lain yang sedari tadi memperhatikan keduanya, Canny tersenyum congkak sembari menatap Jiwoo remeh.
Jiwoo berdecak kesal saat tahu dia telah kalah telak dari Canny. Dengan perasaan dongkol bukan main, Jiwoo membereskan papan catur miliknya dan membawanya pergi dari hadapan Canny.
"Tumben sekali kamu bertamu? Kenapa tidak mengajak Dain?" tanya Kyujin-- orang yang sedari tadi memperhatikan permainan catur antara Jiwoo dan Canny.
"Ada tetangga kamar baru dan aku malas berkenalan dengannya. Aku yakin mereka sedang sibuk mencari cara untuk menyambutnya." Ucapan Canny sebenarnya lebih pada keluhan. Setelah berganti pakaian dan mencomot selembar roti tawar, Canny naik ke lantai 3 untuk mengasingkan diri dari teman-teman sekamarnya.
Kyujin mengangguk mengerti, "bukankah seharusnya lebih bagus jika kamu ikut menyambut? Aku tidak yakin jika Ahyeon akan diam saja nanti saat tahu kamu absen dari acara sambut menyambut."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT : From Home
أدب الهواة[on hold] ❝Mari bersama menunggu senja, lalu menyambut suka di bawah atap yang sama❞ © matchavesper, 2024.