TWILIGHT ; 12. Honestly

812 144 33
                                    

HAPPY READING

Pagi-pagi sekali, Dain sudah ribut kesana-kemari mencari Canny yang tidak terlihat setelah dirinya bangun. Keadaan kamar yang hanya dihuni oleh 3 orang termasuk Canny, kini hanya tersisa dirinya dan Ahyeon yang juga pagi-pagi sekali telah merintih sakit di bagian perutnya. Alhasil, Dain harus sibuk sendiri mempersiapkan keperluan sekolah juga sibuk mencari Canny.

"Dain,"

Suara pelan Ahyeon yang terdengar menahan sakit menginterupsi pergerakan Dain disebelahnya. Gadis bermata boba yang tubuhnya masih terbungkus selimut itu menatap sendu Dain dari tempat tidurnya.

Dain tersenyum sembari mendekat, "ada apa?"

"Hari ini kamu harus pergi tanpa aku, maaf. Aku rasa perutku benar-benar sakit." Katanya, dengan sesekali meringis.

"Tidak apa-apa. Aku juga tidak akan membiarkanmu pergi sekolah dengan keadaanmu yang seperti ini."

Dain menaikkan selimut Ahyeon, "istirahat saja. Jika nanti perutmu sudah membaik, kamu bisa memanaskan makanan yang ada di dalam lemari es."

Ahyeon mengangguk. Ia memperhatikan Dain yang telah bersiap dengan apa yang gadis itu perlukan, lalu tersenyum padanya sebelum tubuh tinggi itu hilang dibalik pintu.

"Sepertinya aku akan memeriksakan diri ke dokter nanti." Gumam Ahyeon, lalu mulai kembali menyamankan dirinya untuk kembali tidur.

Sedangkan Dain, gadis itu keluar dari kamar dan tak lupa mengetuk pintu kamar di depannya. Ia akan berangkat bersama Ruka dan Asa yang semalam menawarkan diri untuk menginap di kamar sang kakak. Dain dan Ahyeon tentu tidak keberatan, karena bagaimanapun keduanya telah lama tidak memiliki interaksi semacam ini. Dain bahkan berharap jika Ruka dan Asa akan semakin dekat selayaknya kakak-beradik yang selalu diidamkan oleh Asa selama ini.

Pintu kamar terbuka, menampilkan Ruka yang tersenyum padanya. Tak lama kemudian, sosok Asa telah siap dibelakang Ruka lalu berjalan keluar dari kamar.

"Dain, kamu sendiri?" Asa menoleh ke kanan dan kiri mencari seseorang, "dimana Ahyeon dan Canny? Apakah mereka telah pergi lebih dulu?"

Dain menggeleng, "Ahyeon sedang sakit perut dan aku menyuruhnya untuk istirahat. Sedangkan Canny, dia sudah tidak ada di kamar sedari pagi. Untuk itu, ayo kita segera ke sekolah dan memastikan jika dia telah sampai di sana."

Tak dapat dipungkiri jika Dain begitu khawatir pada keberadaan Canny. Sebenarnya, sikap Canny berubah sedari kemarin sore. Dain dan Ahyeon telah berkali-kali mengajak gadis berponi itu bicara, namun Canny tak kunjung menyahut dan hanya berbicara seperlunya. Dain tentu bertanya-tanya tentang apa yang membuat Canny menjadi pendiam.

"Apa yang dia katakan?" Tanya Ruka. Dia tersenyum kikuk saat Dain hanya tersenyum kecil padanya, dalam hati sangat tidak enak karena dirinya tidak mengerti bahasa isyarat yang digunakan oleh salah satu teman barunya itu.

"Ahyeon sedang sakit perut dan tidak bisa masuk sekolah. Sedangkan Canny sudah tidak ada dikamar sedari tadi pagi." Jelas Asa, ia lalu kembali menoleh pada Dain.

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Sikap Canny cukup aneh dari kemarin, aku takut terjadi sesuatu padanya." Dain menyetujui ucapan Asa, ketiganya lantas segera berjalan menuju lift dan berharap agar segera cepat sampai di sekolah.

Seperti hari-hari biasanya, Twilight adalah surga yang diidamkan oleh banyak murid. Sapaan datang bertubi-tubi dari para murid yang ketiganya lewati, atau sesekali Asa akan menyapa seseorang yang ia kenal, begitupun dengan Dain.

Namun ternyata, hal ini cukup membuat Ruka bingung. Melihat keramahan para murid di Twilight tentu bukan hal yang wajar seperti dalam benaknya. Karena selama yang ia tahu, pendidikan adalah ajang menjadi yang terbaik, jadi tidak seharusnya mereka saling sapa apalagi melontarkan senyum ramah seolah-olah mereka adalah teman dekat.

TWILIGHT : From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang