HAPPY READING
Ruka membawa sang adik menjauh dari ruang operasi. Dilihat dari raut wajah Rosé tadi, Ruka yakin jika wanita itu tidak akan melakukan kejahatan terhadap Ahyeon. Jadi, biarkan saja dia berada di sana dan Ruka di sini untuk menenangkan sang adik yang tengah menangis.
Taman rumah sakit menjadi tujuannya sekarang. Karena tidak mungkin untuk mereka pergi ke kantin yang tengah ramai, maka Ruka membawa Asa untuk duduk di bangku panjang yang letaknya berada di ujung.
"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, Imouto. Bagaimanapun dia adalah orang tua, setidaknya kita harus bersikap sopan meskipun pada akhirnya dia yang akan tersulut emosi karena pemikirannya sendiri."
Sebenarnya, Ruka turut bertanya-tanya mengenai emosi sang adik yang berubah semenjak pindah. Asa tidak seperti adiknya yang dulu begitu lugu dan murah senyum. Asa yang sekarang jauh lebih bisa berekspresi, seperti menangis saat sedang sedih, atau tersenyum lembut hanya untuk merespon ucapannya yang tak kalah lembut.
"Onee-chan tidak tahu apa yang telah Nyonya Park lakukan pada Ahyeon, hiks... dia itu Ibu yang kejam. Ahyeon terluka karena Nyonya dan Tuan Park!"
Asa terus meracau, seolah pertemuannya dengan Rosé adalah hal yang paling tidak diharapkan bahkan dengan teman-temannya yang lain. Asa bahkan berasumsi jika Canny yang bertemu dengan Rosé, reaksi gadis itu tidak jauh berbeda atau mungkin lebih parah dari apa yang Asa lakukan.
"Aku tahu, tapi bukan seperti itu membalasnya." Ruka membawa tubuh sang adik untuk menghadap kearahnya.
"Dengar, mungkin benar jika Nyonya Park begitu jahat di masa lalu. Nyonya Park tidak menganggap keberadaan Ahyeon itu berharga, tapi apakah kamu tidak lihat tadi? Nyonya Park bahkan mengunjungi Ahyeon dengan membawa kotak makan. Tidak menutup kemungkinan jika seorang ibu seperti Nyonya Park juga merindukan anaknya yang lain."
Ruka mengusap air mata yang menetes pada wajah Asa dengan lembut, jangan lupakan wajah teduhnya ketika ia tersenyum. Begitu jauh berbeda dengan Ruka di masa lalu yang datar dan kaku, Ruka yang sekarang jauh lebih bisa berekspresi dan memiliki simpati lebih pada sang adik.
"Ahyeon sangat merindukan orangtuanya, dan dengan hadirnya Nyonya Park saat ini, setidaknya dapat membuat perasaannya jauh lebih baik." Ruka tersenyum lembut, "intinya, tugas kita adalah membantu mereka berbaikan. Kamu ingin melihat Ahyeon bahagia, kan?"
Asa mengangguk sebagai jawaban.
"Bagus. Jadi, bersikaplah dengan sopan meskipun hatimu menjerit ingin memukul wajahnya."
Asa tertawa pelan, hatinya menghangat dan seolah lupa jika beberapa waktu lalu dia sempat ingin mengamuk karena melihat presensi Nyonya besar Park Rosé.
Dipeluknya tubuh sang kakak yang juga menyambutnya dengan begitu lembut. Ah, bukankah roda kehidupan benar-benar berputar? Bahkan sosok yang sedari dulu selalu ia dambakan kasih sayangnya, kini dengan senang hati menyambutnya dalam dekapan hangat.
"Onee-chan sangat hangat," ucapnya pelan. "Aku suka."
Semilir angin sejuk di pagi hari membuat keduanya semakin merapatkan pelukan. Tidak dingin, namun begitu sejuk dan rasanya pun pas dengan keadaan keduanya yang saling mendekap dan saling menyalurkan kehangatan.
"Minggu depan ingin berjalan-jalan? Haechan merekomendasikan ku tempat yang cukup terjangkau untuk kita yang anak rantau."
Asa mendongak, "bolehkah?"
Ruka mengangguk, "boleh. Tentu saja."
"Tapi, uang kita terbatas. Onee-chan tahu kan, jika kita tidak memiliki pemasukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT : From Home
Fanfiction[on hold] ❝Mari bersama menunggu senja, lalu menyambut suka di bawah atap yang sama❞ © matchavesper, 2024.