TWILIGHT ; 14. Secret

691 147 40
                                    

HAPPY READING

"Darimana?"

Rosé tersenyum kecil setelah masuk ke dalam ruang inap Rami. Disambut dengan pertanyaan khawatir dari sang suami, wanita paruh baya yang masih begitu cantik itu lebih memilih untuk mendudukkan dirinya di samping Chanyeol di sofa.

"Hanya mencari udara segar saja."

Chanyeol menyambut baik tubuh Rosé yang memeluknya dari samping. Senyap yang mereka rasakan tak membuat keduanya merasa lebih baik, mengingat jika ada tubuh tak berdaya yang terbaring diatas bangsal dengan kondisi tak sadarkan diri.

"Bagaimana keadaan Rami kita?" Tanya Rosé, sedikit mengalihkan perhatian sang suami yang belum sepenuhnya menyadari wajahnya yang sembab.

Chanyeol tersenyum lembut, "masih sama, tapi lebih baik karena tubuhnya menerima amunisi cukup cepat."

"Syukurlah."

Tidak ada lagi yang bersuara setelah itu. Keduanya tengah pada pikiran masing-masing, terlebih Park Rosé yang tengah mencerna kejadian beberapa waktu lalu.

"Sayang,"

Chanyeol menoleh, "ada apa?"

Lidah Rosé kelu untuk sekedar menyuarakan sesuatu. Ia mengerjap dan pada akhirnya memilih bungkam sembari menggeleng pelan.

"Hey, ada apa?" Chanyeol kembali menarik sang istri agar tatapan keduanya bertemu.

"Bukan apa-apa,"

Helaan napas kasar terdengar dari sang kepala keluarga. Rosé bimbang antara memberitahu sang suami mengenai kejadian yang sempat ia rekam di kepala tadi atau memilih bungkam dan menyimpannya sendiri.

"A-aku hanya bingung tentang keadaan Rami kedepannya. Dokter telah memperingati kita untuk operasi Rami, tapi kita bahkan masih buntu untuk mencari jalan keluar." Rosé berucap lirih. Penyataan yang amat sangat melenceng dari pikiran awalnya.

Chanyeol tersenyum teduh, "kita pasti menemukan pendonor untuk Rami."

"Apakah mungkin?" Rosé balik menatap sang suami dengan kedua netra berkaca-kaca.

"Kamu tahu jika dengan mendonorkan jantung, orang tersebut akan kehilangan nyawa, Chanyeol. Menurutmu, apakah ada orang yang sanggup kehilangan seseorang demi menyelamatkan seseorang lainnya?"

Chanyeol diam, dia cukup paham dengan apa yang istrinya sampaikan. Pemikiran yang sama yang selama ini bersarang di kepalanya. Cara satu-satunya yang disarankan dokter adalah dengan menunggu jenazah yang sedari awal telah menyetujui untuk mendonorkan organ mereka setelah mereka meninggal. Meskipun kemungkinan tersebut hanya sedikit, tapi Chanyeol pantang untuk menyerah.

"Aku yakin, akan ada banyak kemungkinan baik yang terjadi di masa depan nanti." Katanya, lalu kembali merengkuh tubuh Rosé yang lemah.

Percakapan itu hilang begitu saja di kepala Rosé. Wanita berambut blonde itu justru kembali teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu--tentang anak pertamanya, Ahyeon. Rosé kembali terisak kala mengingat percakapan dari anak-anak seumuran anaknya yang tengah berbincang dengan dokter Kim.

Operasi usus buntu yang mereka bahas tak ayal berhasil mengusik ketenangannya. Ah, Rosé pikir dirinya akan sangat trauma dengan istilah operasi yang akhir-akhir ini sering kali terdengar di rungu-nya.

Dan ngomong-ngomong tentang Ahyeon, entah mengapa terselip rasa rindu pada gadis yang memiliki cacat dikedua pipinya ketika tersenyum itu. Rosé tersenyum lembut tanpa sadar saat ingatannya menangkap kenangan masa lalu di mana dirinya masih dapat menemukan cacat pipi itu pada anaknya.

TWILIGHT : From HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang