HAPPY READING
"Padahal Rami ingin sekali ikut, kenapa kamu tidak memperbolehkannya?"
Rosé bertanya pada sang suami yang kini hanya tersenyum tipis. Keduanya baru saja keluar dari dalam lift dan mulai berjalan menuju lokasi dari acara pernikahan yang diselenggarakan oleh Jeon Jungkook.
Ya, keduanya termasuk dalam tamu VIP yang diundang Jackson selaku kakak dari Jungkook. Mengingat bisnis keduanya yang lancar, kedekatan masing-masing keluarga sebagai seorang sahabat pun mulai tumbuh. Jungkook tentu menghargai dan membiarkan konglomerat Park asal Busan itu untuk hadir sebagai tamu yang dinanti.
"Wajahnya pucat, sayang. Aku tidak ingin terjadi sesuatu jika kita tetap membiarkannya untuk ikut. Bagaimana jika dia pingsan?" Chanyeol mengusap lembut lengan Rosé yang menggandeng tangannya.
Rosé menghela napas pelan, "kamu benar."
"Sudahlah. Selama kita di sini, Rami mungkin sedang istirahat di rumah. Dia harus tetap baik-baik saja. Kesehatannya sangat penting untuk kita." Lanjut Chanyeol.
Kini, keduanya telah sampai di ballroom hotel yang telah ramai oleh banyak tamu undangan. Pasangan Tuan dan Nyonya Park itu lantas mulai berbaur selagi pemilik acara masih berbincang dengan tamu lainnya.
Ditengah obrolan yang dilakukannya dengan tamu undangan yang lain, Rosé tersenyum lembut saat melihat eksistensi Ahyeon yang terlihat tertawa bahagia dengan teman-temannya.
"Ahyeon, putriku... Eomma sangat rindu," Rosé berucap lirih, hatinya menghangat saat tahu jika kini Ahyeon begitu bahagia.
Namun di lain sisi, hatinya ikut sakit saat tahu jika alasan dari kebahagiaan sang anak bukanlah darinya.
Rosé menarik napas berat guna untuk meredam rasa perih yang tiba-tiba muncul di hatinya, "aku harap masih ada kesempatan untuk lebih dekat dengannya nanti."
Rosé mulai kembali fokus pada obrolannya dengan lawan bicaranya. Dia tidak tahu jika Ahyeon ternyata sadar tengah diperhatikan olehnya saat ini.
Berbeda dengan rasa rindu yang Rosé ungkapkan dalam hatinya padanya, Ahyeon justru merasa takut setengah mati. Dari sikapnya yang tenang, saat ini hatinya tengah berteriak meminta tolong saat melihat keberadaan kedua orangtuanya.
Mungkin beberapa waktu lalu, Ahyeon telah menerima banyak makanan buatan sang Ibu dan menyimpulkan jika ibunya telah berubah. Namun rasa takut saat mengingat kejadian yang menimpanya di masa lalu, membuat Ahyeon harus menepis dengan keras ingatan itu.
Eomma melakukan itu karena diminta oleh Rami, Eomma tidak benar-benar baik padaku.
Dan pemikiran semacam itu akan selalu muncul setiap kali kotak makan dikirim ke kamarnya.
"Hey,"
Ahyeon tersentak. Ia menoleh dan menatap Pharita-- seseorang yang telah membuatnya terkejut.
"Ada apa?"
Pharita tersenyum kecil, "kamu tidak bersuara sedari tadi. Ada sesuatu?"
Dan saat merasa takut, Ahyeon akan disadarkan oleh kenyataan jika keluarga bukan hanya tentang ikatan darah. Keberadaan teman-temannya selalu membuatnya merasa jauh lebih berharga, sekalipun orang-orang yang memperlakukannya dengan baik bukanlah keluarga kandungnya.
"Kak Pharita selalu tahu setiap kali aku diam," Ahyeon tersenyum. "Aku tidak apa-apa."
"Dan aku tahu jika kamu tidak sedang baik-baik saja ketika kamu diam," sela Pharita."
Tangannya mencari-cari tangan Ahyeon yang tengah meremas lututnya. Pharita mengelusnya pelan, membuat Ahyeon merasa sedikit lebih baik.
"Canny seringkali diam ketika merasa tidak baik-baik saja. Kalian sama, kalian semua yang ada di sini sama. Aku tidak perlu melihat hanya untuk mengetahui keadaan mu. Jadi, katakan sesuatu jika kamu merasa tidak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT : From Home
Fanfic[on hold] ❝Mari bersama menunggu senja, lalu menyambut suka di bawah atap yang sama❞ © matchavesper, 2024.