HAPPY READING
Ada sebuah cerita di balik indahnya rumah dengan anggota keluarga yang utuh. Kebijaksanaan dari seorang kepala keluarga yang dihormati, cinta kasih dari sosok ibu yang dibawa sampai mati, juga dengan sifat-sifat aneh dari buah hati yang menjadi pengisi ruang sepi.
Semua itu ada dalam satu bangunan yang sering kita panggil rumah. Sebuah bangunan layak atau tak layak huni dengan sejuta cerita dibaliknya. Bangunan yang menjadi cerita tersendiri dari orang-orang yang memilikinya.
Bagaimana ceritanya? Apakah indah? Ataukah sedih?
Tak seindah itu untuk seorang remaja 15 tahun yang telah resmi di usir oleh kedua orangtuanya dari rumah. Senyumnya tak luntur, bahkan semakin lebar... namun, sangat berbanding terbalik dengan keadaan hatinya yang seperti dihujani ribuan benda tajam. Sangat menyakitkan.
"Semua yang kami lakukan adalah untuk kebaikan mu, Asa."
Lagi-lagi kalimat itu yang ibunya ucapkan. Asa tentu bingung, kebaikan seperti apa yang ibunya maksud? Di saat orang-orang yang kau sayangi secara tak langsung sedang mengusir mu dengan dalih untuk kebaikan mu, apakah seperti itu bisa dinamakan baik?
"Apakah sejauh itu, Okaasan?" tanya Asa, sedikit bergetar di ujung kalimatnya.
Sakura mengangguk tegas. Tapi, Asa dapat melihat sorot kesedihan di kedua netra sang ibu. Entah benar atau salah, tapi itu cukup membuat rasa sakit hati Asa terobati. Dia pikir, ibunya sedang mengkhawatirkannya.
"Kamu harus bisa hidup mandiri dan menjadi orang yang dapat diandalkan. Seperti Onee-chan mu." katanya, tegas.
Ah, lagi-lagi sang kakak menetapkan standar tinggi untuknya agar dapat mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua mereka.
Asa mengangguk semangat. Ia dengan cepat berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian-pakaian dan juga koper miliknya. Jika ibunya sudah berbicara, itu berarti keberangkatannya mungkin sebentar lagi.
"Kapan aku berangkat?"
"2 jam lagi."
Ingin rasanya Asa meminta lebih banyak waktu di rumah sebelum pergi ke negeri orang. Tapi dia bisa apa? Dia bukan sang kakak yang keinginannya selalu dituruti. Asa takut jika ia justru tak akan pernah lagi di anggap menjadi anak. Bukankah kepergiannya agar dia bisa menjadi seperti sang kakak dan baru layak mendapatkan kasih sayang?
Entahlah. Asa tidak punya siapa-siapa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
__________
Anak kembar itu ibarat pinang yang dibelah menjadi 2, alias sama-sama pernah menjadi satu pinang yang utuh. Jika memang keduanya tidak sama, sudah berarti perbedaan itu menjadi pelengkap bagi keduanya.
Jika yang satu sakit, sudah berarti yang satunya adalah obat. Bahkan, mereka dapat merasakan keadaan hati masing-masing, entah itu senang ataupun sedih.
Tapi, sepertinya pasangan tuan dan nyonya Park melupakan kata terakhir. Kata umum yang banyak orang hindari, tapi kebanyakan juga melupakan sebab utama rasa itu ada.
"Bagus, memang seharusnya kamu tidak berada di sini. Selain menjadi otak permasalahan di rumah ini, kamu juga selalu menjadi penyebab semua hal buruk terjadi. Pergi! Pergi sejauh mungkin, dan jangan pernah kembali jika perlu!"
Begitu lancar kalimat menyakitkan itu keluar dari nyonya Park, yang berhasil membuat seorang gadis yang tengah berdiri dengan menyeret koper itu menunduk, mencoba untuk menyembunyikan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT : From Home
Фанфик[on hold] ❝Mari bersama menunggu senja, lalu menyambut suka di bawah atap yang sama❞ © matchavesper, 2024.