"Jika tak ada lagi yang perlu kalian bicarakan, kalian boleh pergi."
Lanjut Jimin tegas.Young joon terdiam, diluar dugaan nya ternyata Jimin lebih kritis dan teliti.
Dia akhirnya membukarkan pertemuan itu mereka semua meninggalkan rumah Yoongi.
.....
Suasana hening dan kaku setelah semua meninggalkan ruangan.
Hanya tersisa Jimin, Yoongi dan Juga Hobbie yang terus mendampingi Yoongi.
Hobbie memeluk Yoongi, meredakan amarahnya,
"Kamu gak usah khawatir, kita bisa cari solusi nya sama-sama"
Ucap Hobbie memecah keheningan ruangan itu.Jimin mengamati mereka.
"Kita bisa pindah ke apartement ku."
"Kalau kamu gak nyaman, kita bisa pindah keluar negri."
"Yang penting kamu pulih dulu".
Ucap Hobbie yang hanya fokus menjaga mental Yoongi, karna berita hari ini adalah pukulan selanjutnya untuk Yoongi.
Jimin merapatkan gerahamnya mendengar itu, menunduk kan kepala agar mereka tidak menyadari betapa kaget nya Jimin mendengar rencana Hobbie itu.
Jimin tak ingin ikut campur dengan urusan dan rencana mereka.
Bukan seperti ini yang sebenarnya di ingin kan Jimin.
Rumah ini adalah tempat dimana pertama kali dalam hidupnya, Jimin merasakan kehangatan keluarga, tempat pertama kali Jimin melihat raut wajah mamanya benar-benar bahagia.
Tidak seharusnya melepaskan rumah ini.
Tapi Jimin tak punya daya apapun untuk berpendapat. Karna Yoongi yang berhak memutuskan.Seketika Jimin merindukan papa Yoongi, walaupun hanya beberapa hari bertemu tapi bagi Jimin dia adalah sosok papa yang pernah Jimin punya.
Betapa dia sangat membanggakan perusahaan itu.
Dia seperti mempunyai firasat akan pergi secepat ini, sampai menyempatkan mengajak Yoongi dan Jimin keperusahaan pagi itu.
"Tidak bisa kah kita menjaga apa yang diamanatkan almarhum." Batin Jimin
Tak terasa air matanya mengalir begitu saja, Jimin buru-buru menghapus air mata itu agar tak dilihat oleh Yoongi dan Hobbie.
Jimin sangat kecewa dengan semua yang didengar nya hari ini,
tapi Jimin tak berdaya merubah keadaan, yang paling baik baginya adalah menghindar, menjauh dan tak terlibat lagi dengan semua ini.
"Yang berarti buatku, belum tentu berarti bagi Yoongi.
Akan memperburuk keadaan jika aku ikut berpendapat". Gumam Jimin.Jimin berdiri dan berniat pergi, dia tak ingin berlama-lama disitu, takut tak bisa menahan tangisnya jika terus larut dalam fikirannya.
"Aku pamit dulu"
Hobbie dan Yoongi serentak mendongak kan kepala, melihat Jimin yang sudah berdiri.
Yoongi menggelengkan kepalanya pelan, mengisyarat kan agar Jimin jangan pergi.
"Tenang dulu Jim, jangan pergi dulu." Cegah Hobbie.
"Sebaiknya kita diskusikan dulu masalah ini, mungkin kamu punya ide apa yang harus dilakukan kedepan nya.
Perasaan Jimin campur aduk, kecewa dan marah jadi satu.
"Mereka punya rencana sendiri, akan pindah keluar negri. Lalu untuk apalagi menanyakan pendapat ku."
Hati Jimin serasa akan meledak.
"Menurutku memang jual aja perusahaan itu, itu membuat semuanya jadi lebih gampang. Kamu bisa gunakan uang itu untuk apapun yang kamu mau."
"Aku pergi !!"
Ucap Jimin ketus dan lalu langsung berjalan keluar.
Yoongi mengejar Jimin dan menghalanginya yang hendak pergi.
Mereka bertatapan."Apa maksudmu ?"
"Kamu baru beberapa hari datang ke keluarga ini, makanya dengan gampang kamu bisa berkata seperti itu."
"Kamu gak tau, artinya semua ini untuk ku !"
"Atau mungkin juga keluarga ini gak ada arti nya untuk mu".
Yoongi meninggikan suaranya pada Jimin
Makin hancur hati Jimin mendengar kata-kata pedas itu terucap dari mulut Yoongi sendiri.
Seperti biasa Yoongi akan berbuat dan berbicara semaunya pada Jimin.
Jimin merapatkan bibirnya agar tak ada kata yang keluar, karna sesungguh nya banyak sekali yang ingin diucapkan Jimin pada Yoongi.
Jika benar semua ini berarti untuk Yoongi, lalu kenapa dia tidak memperjuangkan nya, dan hanya berlarut-larut dalam kesedihan yang sebenarnya bisa dilawan nya.
Jika benar keluarga ini sangat berarti untuk nya, lalu kenapa dia mengabaikan amanat papanya.
Jika boleh, ada banyak sekali sumpah serapah yang ingin dia muntahkan pada Yoongi.
"Benar. Semua ini sama sekali tak berarti apa-apa buat ku."
"Sejak kamu terus mengabaikan ku, membuatku sadar bahwa aku bukanlah bagian dari keluarga mu."
"Mulai sekarang, lakukan semau mu, jangan pernah meminta pendapat ku lagi. Karna aku bukan keluaga mu."
Mata Jimin berkaca-kaca, tak sanggub lagi menyembunyikan tangis nya.
"Aku sama sekali tidak tertarik berada dalam daftar warisan keluaga mu yang kaya itu. "
"Aku sudah menyadari, memiliki keluarga itu hanyalah mimpi."
"Lakukan semaumu"
Suara Jimin terdengar berat, dia berusaha menghindari Yoongi agar segera pergi dari tempat itu.
Yoongi mendekati Jimin, berusaha untuk memeluk nya.
"Aku minta maaf, maksudku bukan seperti itu"
Tutur Yoongi yang juga tak mampu membendung airmatanya .
Amarah nya kali ini menyebabkan kesalahfahaman antara dia dan Jimin
Jimin menghindari Yoongi dan pergi dari rumah itu.
"Jiminaaa..."
Yoongi terus mengejar Jimin yang tidak mempedulikan nya, sampai akhirnya Jimin keluar rumah itu.
Yoongi terpaku, hanya bisa melihat punggung Jimin yang makin menjauhinya.
Harapan Yoongi pertemuan kali ini bisa memperbaiki hubungan nya dengan Jimin, tapi sebaliknya hubungan nya dengan jimin malah berakhir jauh lebih buruk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.----- to be continied -----
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LETTER [YOONMIN] || END
FanfictionKetika berandalan itu menemukan cinta sejatinya lewat jalur karma. Min Yoongi, cowok cuek, dingin dan mempesona. Idaman cewek seluruh angkatan dikampus. Dalam sehari dan setiap hari bisa puluhan gadis-gadis yang menyatakan cinta padanya. Itu sanga...