Love Letter part 25

1.1K 98 8
                                    

Jimin menghentikan tangisnya, dan lalu kembali meninggalkan rumah itu, mengabaikan Hobbie yang menegurnya.

Jimin tak ingin berlama-lama dirumah itu, agar tak pingsan disitu.

Kali ini Jimin benar-benar kecewa pada Yoongi, banyak pertanyaan dalam benak nya. Jimin mulai berfikir Yoongi sedang menyalahkan nya untuk semua musibah yang terjadi ini.

"Atau mungkin Yoongi tak ingin kehadiran ku mengganggu kebersamaan nya dengan Hobbie ?"
Entahlah..., banyak kemungkinan yang terfikirkan oleh Jimin.

.........

Sesampai dikamar, Yoongi duduk terpaku.
Tak ada apapun yang dapat terfikirkan oleh nya, tubuhnya lemas.

Melihat Jimin membuat hatinya hancur dan benar-benar ingin menyerah.

Tubuh nya yang lemah akibat berhari-hari tidak makan, tak mampu lagi betahan.
Yoongi merebahkan tubuh nya dikasur dan lalu tidak sadarkan diri.

Hobbie panik, memanggil pelayan untuk membantu nya dan segera melarikan Yoongi kerumah sakit.

Yoongi dipasangkan infus, dan akhirnya dirawat dirumah sakit malam itu.

.....

Jung narie terus merayu Jimin untuk mau masuk kampus lagi, agar Jimin tidak terus-terusan bersedih dan mengurung diri seperti sekarang.

Akhirnya Jimin memutuskan mengikuti ajakan Narie.

Tak ingin lagi mengingat Yoongi, tak perlu mengkhawatirkan Yoongi, karna ada Hobbie disampingnya.

Bagaimanapun Jimin harus tetap melanjutkan hidupnya.

......

Jimin kembali masuk kelas.

Berkerja sama dengan Jk dan Taehyung, membuka kembali resto mamanya.

Jk dan Tae akan prepare di warung begitu mereka pulang dari kampus, dan Jimin akan kerumah sakit dulu sepulang kuliah, baru setelah nya akan membantu mereka berjualan.

Selain bisa sama-sama mendapat tambahan uang jajan dan makan di warung, mereka juga menjadikan restoran mama Jimin sebagai tempat praktek apa yang mereka pelajari dikampus.

.......

Seperti biasa hari itu, sepulang dari kampus, Jimin bergegas mengunjungi mamanya di rumah sakit.

Jimin selalu menemani mamanya, bercerita tentang semua yang terjadi hari ini kepada mamanya, yang tetap terbaring seperti itu, belum ada perkembangan sama sekali.

Ketika hendak memasuki ruangan mamanya, Jimin melihat pelayan rumah Yoongi berdiri disana.

"Mbak disini". Sapa Jimin.

Pelayan itu membungkuk memberi salam hormat pada Jimin,

"Saya memang ditugaskan nyonya besar untuk menjaga kalian". Jawabnya

"Saya minta maaf beberapa hari ini tidak bisa datang kesini, karena dirumah juga tidak bisa saya tinggalkan". Jelasnya.

"Tuan muda Yoongi jatuh pingsan karna berhari-hari tidak mau makan".

Jimin menelan salivanya.
"Kenapa gak makan?"
"Gimana keadaannya sekarang ?".

Jimin panik mendengar kabar itu, difikirannya Yoongi selama ini baik-baik saja, apalagi ada Hobbie yang selalu ada didekatnya.

"Sudah Tiga hari dia dirawat dirumah sakit ini". Lanjut pelayan rumah itu.

"Tiga hari ?"
"Kenapa kalian tidak memberitahu ku ?"
Suara Jimin terdengar berat dan mulai menangis.

"Sekarang keadaan nya baik baik aja, sudah diperbolehkan pulang hari ini. Tadi mas Hobbie sedang mengurus administrasi rumah sakit."

Jimin langsung berlari ke lobby rumah sakit,

Dari kejauhan Jimin melihat punggung Yoongi yang sedang berjalan dipapah Hobbie

Jimin langsung memeluk Yoongi, Yoongi hampir terjatuh menopang tubuh Jimin yang berlari kencang dan menjadikan tubuh Yoongi sebagai tumpuan.

Tidak jelas apa yang diucapkan Jimin dalam tangisnya.

Yoongi yang juga reflek memeluk Jimin, dan menopang agar mereka tidak terjatuh.

Mereka sama sama menangis.

Lalu Yoongi melepaskan pelukan itu, dan kembali memasang wajah datarnya, dia bahkan tidak melihat wajah Jimin dan tetap berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

Yoongi tetap begitu, Jimin benar-benar tak dapat menahan rasa sedihnya,

Jimin kembali mengejar Yoongi dan menghadangnya.

"Apa kamu membenci ku? "

"Aku salah apa ? "

Yoongi tetap saja berjalan, Jimin menumpukan kedua tangan nya di dada Yoongi, dan berjalan mundur karna Yoongi tidak menghentikan langkahnya.

"Yoongia". Lirih suara tangin Jimin memohon.

Yoongi mencengkram kedua tangan Jimin berusaha menurunkan dari dadanya.

Mata mereka beradu. Pipi Yoongi basah karna tak mampu menahan air matanya.

Melihat Jimin seperti inilah paling menyakitkan untuk nya.

"Mungkin kita berdua akan sama-sama jatuh jika aku memelukmu, aku tak mampu melihat mu menangis seperti ini Jiminaa" . Yoongi menjerit dalam hati.

Suara tangis Jimin memenuhi lorong itu, dia terus menggapai Yoongi yang terus berjalan meninggalkannya.

Yoongi seolah tidak peduli, dia mempercepat langkahnya menjauhi Jimin.

Jimin bersimpuh dilantai, berusaha menghentikan tangisnya, hanya bisa memandangi punggung Yoongi yang perlahan hilang dari jangkauan pandangannya.

Hobbie mengangkat tubuh Jimin, "aku tak tau harus menjaga mu atau menjaga Yoongi. Kalian kenapa seperti ini." Hobbie sedih dan juga geregetan melihat semua ini.

"Kenapa dia membenciku ?". Jimin bertanya sambil mengatur nafasnya, dan berusaha menghentikan tangisnya.

"Dia tidak mengatakan apapun"
"Dia hampir tak pernah bicara"
"Tidak mau makan"
"Seperti tidak punya semangat untuk hidup."
"Apa yang harus kulakukan Jiminaa ?".

Hobbie menghela nafas dalam.

"Aku juga tak bisa terus-terusan membatalkan jadwal manggungg ku, aku bisa dituntut one prestasi sama agency."

Hobbie menggelengkan kepalanya, ada banyak juga juga hal yang menjadi ke khawatiran nya.

Hobbie meninggalkan Jimin setelah dirasa Jimin sudah lebih tenang, menyusul Yoongi yang menunggunya di mobil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.




.





.

----- to be continued -----

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang