Love letter part 40

1K 122 11
                                    

_
_
_
_
_

Seperti biasa, Jimin hanya akan meninggalkan Yoongi
makan sendiri.
Yoongi menangkap tangan Jimin yang hendak meninggalkan meja makan, dia sangat merindukan Jimin, walaupun serumah tapi rasanya sangat jauh sekali.

Jimin terdiam dan menunduk, dia terus menghindari kontak mata dengan Yoongi, mendorong tangan Yoongi pelan, dan lalu berjalan ketempat tidur, meninggalkan Yoongi di meja makan.

Yoongi menghela nafas dalam, mengusap dadanya yang terasa sangat sesak, berusaha mengatur nafasnya.

Yoongi menunduk mengusap air matanya, dia ingin sekali marah dengan keadaan ini, tapi ketika melihat Jimin, air mata Yoongi jatuh dengan sendirinya, tanpa bisa dia kontrol.

Yoongi membuka laptopnya, besok adalah jadwal sidang skripsi, dia harus serius belajar malam ini.
Andai saja Jimin memeluknya sebentar saja, semua pasti akan terasa ringan.

Jimin memperhatikan Yoongi yang membelakanginya, rasanya ingin sekali memeluk Yoongi, tapi Jimin menahan diri, dia ingin Yoongi benar-benar mengubur perasaan itu dalam-dalam, dan tidak merusak hubungan keluarga mereka.

Jimin memejamkan mata, sambil berusaha menahan air mata yang susah dibendung untuk tidak mengalir dipipinya.

Tengah malam, Jimin terbangun. Melihat Yoongi tertidur menunduk dimeja.

Tak bisa melihat Yoongi seperti ini, tapi Jimin tak punya pilihan lain, demi kebaikan semuanya.

Jimin menghapiri Yoongi, menyentuh bahu Yoongi pelan untuk membangunkan nya,

Yoongi bangun, menegadah pada Jimin yang berdiri didepannya,

"Ayo pindah kekasur." Ajak Jimin dan membantu Yoongi berdiri

Suara Jimin sangat lembut, suara yang begitu dirindukan Yoongi, mendengar suara Jimin, kembali membuat Yoongi meneteskan air mata.

Yoongi berdiri dan pelan lebih dekat pada Jimin lalu memeluknya,

Jimin berusaha melepaskan diri, tapi Yoongi menahannya, tak mau melepaskan Jimin.

"Biarkan aku memelukmu sebentar saja." Bisik Yoongi memohon

"Besok sidang skripsiku, aku sangat lelah Jimina." Suara Yoongi berat karna menahan tangis.

Jimin merasa bersalah, dia tidak tau kalau besok adalah hari yang paling menentukan untuk Yoongi, sidang skripsi, tapi Jimin terlalu keras padanya, padahal Yoongi lagi butuh dukungan dan waktu yang tenang untuk belajar.

"Aku kangen bangat, sampai kapan kamu akan menghukum ku seperti ini". Bisik Yoongi dalam tangisnya.

Beberapa saat mereka berpelukan dan sama-sama menangis,

Yoongi melepaskan pelukan itu, wajahnya basah oleh air mata, menatap Jimin "jangan menyiksaku seperti ini" ucapnya

"Ayo tidur, kamu harus fokus untuk sidang besok". Jawab Jimin mengalihkan topik pembicaraan.

"Semua terasa tak berarti tanpa kamu, aku seperti tak punya semangat untuk melanjutkan nya." Lanjut Yoongi.

"Yoongia..." Jimin menyela.

"Sekarang aku seperti tak punya tujuan." Tatapan Yoongi sendu, matanya tak berenti mengeluaran cairan bening.

"Bisakah hubungan kita kembali seperti biasa, jangan pernah mengungkit perasaanmu lagi, aku akan memperlakukanmu seperti biasa". Jimin setengah memohon pada Yoongi, matanya berkaca-kaca.

Yoongi menggelengkan kepala.
"Apa benar kamu gak punya perasaan yang sama pada ku?"

Jimin menjawab dengan menggelengkan kepalanya,

"Kenapa kamu membuat semuanya jadi rumit. Sudahlah, ku mohon". Suara Jimin terbata, ia tak ingin melanjutkan pembicaraan ini.

Yoongi kembali menjatuhkan badannya duduk dikursi, tubuh dan hatinya lelah menghadapi Jimin.

"Butuh keberanian untuk mengungkapkan perasaanku, sesuatu yang tidak biasa ku lakukan, tapi kamu malah ingin aku tak mengungkit dan menyimpan perasaanku."

"Kamu mengabaikan ku seperti ini, apakah perasaanku memang tidak penting buatmu?"

Jimin tak tahan lagi menghadapi Yoongi, kakinya terasa lemas, jimin duduk bersimpuh dilantai,

Yoongi menunduk menatap Jimin yang duduk dilantai,
"Mendapatkan Perusahaan kembali, berhasil merebut rumah, atau berhasil mendapatkan gelar sarjana, semua gak ada artinya jika aku tak mendapatkan hatimu."
Jelas Yoongi dengan suara pelan.

Jimin menunduk ke lantai,
"Tapi kita saudara, apa yang harus ku kakatakan sama mama jika dia tau". Terdengar isak tangis Jimin.

Jimin mengusap dadanya sendiri, semuanya juga tidak mudah untuk Jimin, mengabaikan Yoongi berhari-hari juga membuat dada Jimin sesak.

Yoongi mengangkat wajah Jimin. "Apa kamu yakin tidak punya perasaan yang sama padaku?" Desak Yoongi.

Jimin menegadah, merapatkan bibir, tidak menjawab dan hanya menangis,
Sesaat mereka bertatapan

Pelan tapi pasti Yoongi mendorong wajahnya lebih dekat pada Jimin, begitupun Jimin, wajah mereka seperti ada magnetnya, tertarik satu sama lain.

Pelan Yoongi melumat bibir indah Jimin, tangan Jimin mencengkran kemeja Yoongi, dia membalas ciuman itu. Beberapa saat tak bersuara, bibir mereka terpaut saling mengulum. Pelan dan nikmat.

Yoongi melepaskan, dan memberi Jeda sebelum langsung menangkap bibir Jimin lagi.
"Aku akan menghadapi apapun asal kamu bersamaku." Bisik Yoongi.

"Semua terasa berat saat kamu mengabaikan ku, aku kangen bangat". Yoongi tak berhenti menangis.

"Maaf.." bisik Jimin.

Yoongi menarik tubuh Jimin dan memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskan lagi selamanya.

Mereka sama-sama menahan tangisnya agar tak mengeluarkan suara, sampai tubuh mereka bergetar dan pelukan erat itu sama sama ingin menenangkan satu sama lain.

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

--- to be continued ---








LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang