8. Kehormatan Nindi

27 2 0
                                    

Siapa yang bisa menolak ketentuan yang telah Tuhan tetapkan?

Di malam yang merayap sepi itu, seseorang menyelinap masuk melalui jendela rumah Nindi yang tidak berterali.

Nindi merasa kawasan rumahnya selama ini aman, jadi tidak perlu pengamanan extra.

Tanpa dia sadari, kalau kejahatan selalu mengintai setiap saat.

Nindi sudah terbaring di kasur ketika penyelinap itu memasuki kamarnya. Sosok yang menggunakan penutup wajah tersebut dengan cepat naik ke atas ranjang, lalu melucuti seluruh pakaian yang melekat di badan Nindi.

"Sial! Ini sayang banget kalau aku lewatkan begitu saja. Persetan dengan perintah si Dewi. Masak daging segar begini kubiarkan begitu saja? Hahaha."

Sosok itu membuka penutup wajahnya yang menampakkan wajah seorang pria berkumis tipis. Walau tampan, tetapi matanya menyorotkan aura bengis dan kejam.

"Gila nih perempuan. Mulus banget!" Lelaki itu seperti lupa dengan tujuannya semula. Dia bergegas menanggalkan pakaiannya.

Malam kian merayap dalam deru napas setan yang kini menguasai tubuh lelaki yang dengan begitu tanpa dosanya menghancurkan kehormatan seorang Nindi.

Nindi masih berada dalam pengaruh obat tidur. Dia tidak sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Sementara lelaki itu terus mengayuh semakin cepat, sampai akhirnya dia meledak dan tubuhnya merosot ke samping.

"Cantik sekali. Ini benar-benar di luar dugaanku. Sangat beruntung aku dapat mencicipi tubuhnya yang indah dan ranum begini."

Lelaki itu seperti tidak puas dengan apa yang dia lakukan. Dia kembali melakukan pelecehan sampai dia benar-benar merasa puas.

Setelah satu jam berlalu, dia mulai memfoto dan memvideokan tubuh telanjang Nindi.

"Hmm, sepertinya aku juga harus mengabadikan percintaanku dengannya. Kapan lagi aku bisa mengoleksi video seru kayak gini."

Tanpa malu, dia merekam dirinya sendiri yang sedang menggerogoti tubuh Nindi sedemikian rupa.

Setelah dia rasa cukup, dia pun kembali mengenakan pakaian. Menatap tubuh telanjang Nindi untuk kesekian kalinya, lalu menyelinap keluar dari rumah tersebut.

Kesunyian kembali menyelimuti rumah sederhana tersebut. Seorang gadis yang tinggal sendirian, baru saja kehilangan masa depannya.

Malam kian bergulir menjemput pagi. Tepat jam enam pagi, Nindi terbangun. Dia merasakan tubuhnya sakit. Perlahan dia bangun.

Dinginnya udara menyapa kulitnya. Saat itulah dia benar-benar tersadar. Tubuhnya tidak tertutupi selembar benang pun.

"Apa yang terjadi?"

Suara Nindi bergetar. Dia menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Matanya tiba-tiba liar menatap bajunya yang berserakan di lantai.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?"

Pikiran buruk seketika berkecamuk di kepalanya. Nindi mencoba turun dari kasur, saat itulah dia merasakan area pribadinya terasa sakit dan perih.

"Ya Allah, apa yang telah menimpaku? Kenapa sakit sekali?"

Nindi masih berusaha berpikir tenang, walau hatinya sudah tidak karuan rupa. Begitu dia turun dari kasur, saat itulah matanya menangkap bercak darah di atas seprei.

Dia hampir saja menjerit histeris.

"Apakah—apakah seseorang—telah memasuki kamarku?"

Tubuh Nindi menggigil. Matanya menangkap sebuah kain hitam di dekat kepalanya.

Dua Keping Luka Di HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang