Nana sampai di rumah dengan hati tidak karuan rasa ketika malam telah diliputi kesunyian. Dia merasa ada yang aneh dengan badannya. Perjalanan ke rumah Mbah Suro benar-benar menyita energinya. Tenaganya seperti terkuras habis. Selain itu, bayangan sosok jin yang membantunya berkelebat di pelupuk mata.
“Peliharaan Mbah Suro benar-benar mengerikan. Semoga saja ritual yang tadi aku lakukan tidak sia-sia. Aku telah merelakan jin busuk itu memasukkan lidahnya ke dalam mulutku.”
Mengingat hal itu, membuat Nana berlari ke kamar mandi. Tanpa bisa ditahan, perutnya bergejolak dan mengeluarkan semua isinya.
“Sudah pulang kamu, Na?”
Seorang perempuan paruh baya mengenakan atasan berupa kebaya coklat sederhana dan bawahannya ditutupi sehelai kain jarik yang terlihat sudah usang berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Ibu?”
Nana memasukkan air ke dalam mulutnya lalu kumur-kumur.
“Bagaimana hasilnya?”
Perempuan paruh baya itu masuk ke dalam kamar mandi dan menatap Nana penasaran.
Nana menyemburkan air di dalam mulutnya ke dalam wastafel.
“Aku sudah menemui Mbah Suro seperti yang ibu suruh. Sejauh ini baik-baik saja. Aku disarankan untuk ritual mandi nanti jam 12 malam. Tolong Ibu ingatkan aku. Aku takut ketiduran kalau sudah bertemu dengan kasur.”
Ibu Nana yang biasa dipanggil Bu Karti itu menggumam pelan.
“Sebaiknya kamu jangan tidur. Ini sudah jam 11. Nanggung, sebentar lagi jam 12. Tahanlah kantukmu untuk sejenak.”
Bu Karti tidak menunggu jawaban Nana. Dia melangkah keluar dan masuk ke sebuah kamar. Nana sangat tahu kamar apa itu.
Di rumah Nana, ada satu kamar yang biasa digunakan oleh ibunya untuk melakukan ritual. Bu Karti sangat percaya dengan klenik dan bersentuhan dengan dunia-dunia gaib. Sudah banyak hal tak kasat mata yang Nana lihat.
Dulu dia begitu takut ketika Bu Karti memanterainya dan membuka mata batinnya. Ada sekitar satu bulan lamanya dia tidak bisa tidur dengan tenang karena makhluk-makhluk gaib itu kerap menampakkan diri.
Mbah Suro merupakan teman sejawat ibunya itu. Mereka sama-sama menyukai dunia supranatural. Jadi bagi Nana, perdukunan dan segala tetek bengeknya itu bukan lagi hal yang baru. setiap hari, dia akan bersinggungan dengan dunia metafisika ini.
Nana melangkah pelan keluar dari kamar mandi. Dia mematikan lampu ruangan tersebut. Sebenarnya dia sudah sangat lelah. Namun, demi hasrat pribadinya, dia tidak boleh melewatkan kesempatan besar yang sudah di depan mata.
Sejak pertama dia bertemu dengan Fajri, dia tidak yakin kalau lelaki itu akan dia pilih menjadi penghuni hatinya. Fajri merupakan salah satu salesman yang sedang bagus karirnya di sebuah perusahaan showroom mobil ternama di kotanya. Penjualan lelaki itu per bulannya mencapai 10 unit. Itu bukan sesuatu yang mudah.
Sedangkan Nana hanyalah seorang agen asurasi di sebuah perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan showroom tempat Fajri bekerja.
Sebagai agen asuransi, tentu saja Nana berhubungan dengan banyak orang, termasuk Fajri. Pertama kali dia melihat pria itu, tidak ada ketertarikannya sama sekali. Fajri bisa dikatakan jauh dari idaman wanita.
Badannya memang cukup tinggi dan proporsional. Kulitnya coklat, begitu juga dengan wajahnya yang seperti habis terbakar matahari. Tidak ada menarik-menariknya sama sekali.
Namun, ketika Nindi, rekan sekerja Nana memberitahu kalau Fajri adalah salah satu salesman terbaik di dealer mobil merk D, membuatnya tertarik.
“Nin, kenalin aku sama Bang Fajri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Keping Luka Di Hatiku
Mistero / Thriller"Jangan terlalu baik, Nak. Kadang orang mengartikan lain kebaikanmu." Ucapan Ibu masih mengiang di telingaku. Sekarang, baru aku paham apa yang beliau maksud.