7. Penasaran

40 6 2
                                    

Entah sudah berapa kali yang seperti ini terjadi. Kampus heboh. Ada seorang omega dalam masa birahi yang tidak meminum obat pereda feromon. Itu sebabnya wangi tubuhnya menguar. Mempengaruhi sekian alpha yang ada di sekitarnya. Tidak termasuk aku, tentu saja. Karena aku sudah memiliki omegaku sendiri hingga membuatku tidak bisa tertarik pada yang lain.



Dan di sinilah kegunaanku. Memisahkan si omega dari para alpha. Seperti biasa, pasri susah. Tapi kali ini lebih dari biasanya. Karena saat aku tiba, kondisi sudah terlanjur parah. Aku kewalahan menghadapi para alpha yang kehilangan kendali. Berusaha kusingkirkan malah kembali menerjang lagi dan lagi. Hingga bantuan datang dari sosok yang sangat tidak terduga. Gabriel.



"Tumben kau tidak bisa menyelesaikan masalah sendirian." Ucapnya sambil.menyingkirkan seorang alpha dariku.



"Terlalu banyak alpha yang kehilangan kendali karena feromon wanita ini sangat kuat."



"Aku akan membantumu. Jadi cepat bawa dia pergi."



"Tapi bukankah kau juga alpha, Gabriel?" Itulah kenapa bantuannya sangat tidak terduga, "Kenapa kau sama sekali tak terpengaruh? Itu hanya bisa terjadi kalau kau sudah membuat ikatan dengan seseorang."



Dengan pacarnya, mungkin. Dia pernah mengaku memiliki pacar. Seorang perempuan yang lebih tua darinya. Entah siapa.



"Apa pentingnya membahas itu sekarang?" Penasaran, "Cepat pergi selagi ada kesempatan."



Ya, "Terserahlah. Yang penting kau bisa membantu."



Segera kubawa pergi omega yang berada dalam perlindunganku sementara Gabriel menangani para alpha yang terus-menerus ingin menyerbu. Dia cukup kuat ternyata. Maksudku Gabriel. Selama ini kukira dia biasa saja. Karena wajahnya jauh dari kata sangar dan tubuhnya pun ramping. Aku tidak menyangka dia bisa menangani sekian alpha sendirian. Butuh tenaga besar untuk melakukannya dan dia punya. Itu aneh tapi, ya sudahlah.



***



Aku sampai di rumah sakit bersama si omega birahi. 3 orang perawat langsung mendatangi kami. Lalu si omega pun dibawa pergi untuk ditangani. Kurasa aku sudah tidak memiliki urusan lagi. Jadi kuniati kembali ke kampus. Tapi mungkin aku masih harus ngobrol sebentar dengan ibu yang seperti kebiasaannya selama ini, muncul ketika aku sudah selesai dengan urusan omega birahi.



"Kampusmu benar-benar butuh penyuluhan."



"Aku tidak tahu, Bu."



"Lagi-lagi kau membawa pasien kemari. Itu bukti betapa rendahnya kesadaran omega di sana pada masa birahinya sendiri. Kau juga akan kewalahan suatu hari nanti."



Sejujurnya sekarang pun aku sudah kewalahan kalau saja tanpa bantuan Gabriel.



"Rundingkan saja dengan pihak kampus." Saranku, "Aku tidak mau terlibat."



"Lalu, kau mau kemana setelah dari sini?"



"Tentu saja kembali ke kampus."



"Ya sudah. Hati-hati. Pastikan juga Nicholas kau jaga dengan baik."



"Aku tahu, Bu. Sekarang aku pergi."



Tidak diminta pun sudah tanggung jawabku untuk menjaga Nicholas. Pasti kujalankan. Tapi ngomong-ngomong tentang omegaku itu, dia selalu menghindariku tiap malam dengan mengurung diri di kamar mandi. Sebenarnya apa yang terjadi?



***



Sejam lewat sejak keributan tentang omega birahi. Aku yang sudah mengantarnya ke rumah sakit akhirnya sampai di kampus, di dalam kelas yang kuliahnya harus kuikuti.



"Lancar?" tanya Gabriel begitu aku duduk di sebelahnya.



"Ya."



Melihatnya begini membuatku heran lagi tentang kejadian tadi. Kenapa kekuatan fisiknya sangat besar? Juga kenapa tidak terpengaruh oleh feromon?



"Kau... diam-diam punya pacar," seingatku, "dan sudah membuat ikatan dengan pacarmu?" Kutebak begitu karena memangnya ada tebakan apa lagi?



"Apa harus kujawab?"



"Tidak juga. Aku hanya penasaran."



Dia menjadi sama sepertiku. Padahal sebelumnya berbeda. Atau jangan-jangan bukan pacar yang entah siapa itu melainkan Luki yang sudah ditandainya? Akan sangat mengejutkan kalau sampai itu kejadiannya. Karena mereka sesama alpha dan Luki lebih besar darinya.



"Aku sudah membuat ikatan dengan seseorang saat SMP." Tiba-tiba saja aku ingin mengaku, padahal awalnya dialah yang ingin kutahu, "Rasanya agak berat menyimpannya sendiri. Makanya sekarang kuceritakan padamu."



Dengan kata lain aku baru saja mengakui kealphaanku.



"Saat SMP?"



Aku mengangguk. Itu kejadian 6 tahun lalu.



"Kami baru bertemu kembali." Kutambah pengakuanku, "Rencananya aku akan bertanggung jawab. Akan kunikahi dia begitu pendidikan kami selesai."



Itu rencana yang masih sekadar berada di kepalaku. Belum kurundingkan dengan Nicholas maupun keluargaku.



"Bagaimana denganmu? Masih ingin merahasiakannya dariku?"



"Aku baru mengikat mate-ku." Akhirnya dia mengaku.



"Whoaa... kau berhasil bertemu mate-mu. Selamat."



"Terima kasih."



"Artinya Luki akan sepenuhnya patah hati. Kau sadar kan dia menyukaimu? Sebelumnya masih ada harapan karena kau sekadar mengabaikan perasaannya. Tapi sekarang kau sudah bersama orang lain."



"Jangan melupakan Ayu."



Dia membuatku tertawa. Memang masih ada Ayu. Perempuan itu sangat menyukai Luki. Tapi tetap saja Luki memiliki sasaran cintanya sendiri.



"Kalau boleh tahu, apa yang kau maksud sebagai mate-mu adalah pacar yang kau sebut kapan hari? Perempuan yang lebih tua darimu."



"Bukan." Oh, "Aku sudah putus darinya lalu bertemu mate-ku. 5 tahun lebih muda dariku."



5 tahun lebih muda darinya. Kepalaku otomatis membayangkan bagaimana wujud omeganya. 5 tahun lebih muda artinya masih kelas 1 SMA. Mungkin dia perempuan mungil berwajah manis seperti artis-artis muda Cina. Atau seandainya laki-laki, mungil juga tapi dengan tubuh sedikit lebih tinggi dibanding perempuan. Yang pasti apapun jenis kelaminnya kulitnya putih dan berwajah oriental. Entah kenapa kurasa dia cocok dengan omega semacam itu. Mungkin karena wajah tampan Gabriel memiliki kesan cantik. Jika pasangannya lebih muda, maka serasinya dengan yang imut-imut manis saja.



"Kenapa aku ingin sekali melihat wujudnya?"



"Ha?"



Cuma penasaran.



***



13:38 wib


28 Desember 2023


reo










BondingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang