Seakan Monster baik yang telah membantunya. Apakah dia perantara dari Tuhan untuk memberi Hesta sedikit keadilan yang dia inginkan?
Hesta menepuk pundak anak yang bernama Jaegar itu. Dia menuliskan sesuatu di atas kertas yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi.
Aku harus membayar hutangku dengan apa?
Setelah membacanya dia tersenyum. "Lo mau tau?"
"Gak susah sih, lo bawa uang saku gak?" Tanya anak itu dan Hesta menggeleng pelan. "Bekal?" Tanyanya lagi dan dia mengangguk. "Mana?"
Hesta mengeluarkan kotak bekal pemberian Kirana dan memberikannya kepada Jaegar. "Ini bayaran gue, makasih." Ujarnya setelah menerima kotak bekal tersebut membuat Hesta menganga tak percaya. Semurah itu membayar hutangnya? Ya walaupun imbasnya Hesta kelaparan, tapi tak apa. Karena dia dekat dengan Jaegar tidak ada anak yang berani merundungnya lagi.
"Masakannya enak. Siapa yang masak?" Tanya Jaegar sambil melahap bekal milik Hesta itu.
Nenek ku
Jaegar mengangguk-angguk lalu dia melahap makanan itu dan setelah beberapa suapan Jaegar kembali bersuara, "sebenernya gue mau jadi temen lo, tapi ada syaratnya." Ujar Jaegar tiba-tiba, sampai-sampai Hesta tidak tau harus sedih atau bahagia.
Apa syaratnya?
"Gampang, bawa aja bekal buat gue setiap hari."
Kenapa kamu tidak meminta kepada ibumu saja?
"Bunda udah jadi tidur di dalem tanah, ayah gue udah bahagia sama keluarga barunya."
"Sorry, gue jadi curhat."
Tidak apa-apa, aku juga minta maaf karena bertanya
"Jadi gimana? deal?" Tanya Jaegar mengulurkan tangannya dan dengan senang hati Hesta menjabatnya. "Aslinya gue jarang makan sih, makanya gue mau temenan sama lo biar lo bawain gue bekal setiap hari."
Kenapa kamu tidak ikut dengan ayahmu?
"Kadang gue kesana, tapi gue gak nyaman. Makanya gue lebih sering tidur disini."
Apa ayahmu sudah memiliki anak lagi?
"Iya. Dia masih TK." Jawab Jaegar.
Kini Hesta sadar. Ternyata bukan hanya hidupnya yang hancur, ternyata Jaegar juga merasakan bagaimana hidup sendiri di dunia yang mengerikan ini.
...
"Uh Java laper." Batin Java sambil memegang perutnya.
Jika kalian bertanya kemana kotak bekal Java? Sudah pasti anak-anak nakal telah menumpahkannya, akibatnya Java jadi tidak bisa makan siang. Tapi Tuhan itu baik, dia mengirimkan seseorang kepada Java. Anak kecil dengan rambut hitam yang sedikit lebih tinggi darinya itu mendekati Java.
"Kemana kotak bekalmu?" Tanya anak itu.
Java hanya diam saja. Toh dia tidak bisa mendengar semuanya. Mau anak itu mencacinya juga Java tidak mendengarnya. Tapi anak itu sadar akan sesuatu, dia menaruh kotak bekal nya lalu menggerakkan tangannya perlahan dan berharap temannya itu faham.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Java dan Lukanya
Fanfiction[brothership, friendship, angst] "Menjadi tunarungu itu menyedihkan. Bahkan lebih baik tiada daripada harus hidup dengan alat pendengar." Ketika Java si tunarungu berusaha hidup padahal tidak ada seorangpun yang peduli pada kehidupannya saat dia ber...