"Aku melupakan mereka dan aku bangga bisa melakukannya, karena itu adalah pencapaian yang luar biasa."
...
"Jadi beneran sakit ya?"
Karena mendengar sesuatu dari sampingnya Java hanya membuka matanya perlahan.
Dia menatap Ricky.
"Kapan kamu datang? Ada keperluan apa? Dan bagaimana kamu bisa masuk?"
Ricky tertawa keras lalu menunjuk jendela balkon dengan dagunya. Sedangkan Java merutuki kebodohannya, kenapa dia bisa lupa jika balkonnya masih terbuka.
"Sebenernya gue buka sendiri sih, hehe. Sedikit drama gak akan jadi masalah besar kan?" Batin Ricky yang menatap Java dengan senyuman mengerikannya.
"Kan Ricky temennya Java, emang perlu alasan buat main ke rumah temen?"
"Kamu masih menganggap ku teman?"
Ricky tertawa lebih keras dari sebelumnya.
"Heh, biasanya aku bicara sama orang-orang itu pake lo-gue, bukan aku-kamu kayak gini."
"Lalu kenapa kamu tidak memakai julukan yang biasa kamu gunakan?"
"Kita biasa pake aku-kamu sejak kecil. Rasanya gak nyaman kalau pake lo-gue cuma karena umur yang tambah dewasa tapi etika makin gak ada."
Java hanya tersenyum tapi entah kenapa hatinya masih ragu untuk mendekat kepada Ricky, otaknya hanya mengajaknya untuk pergi dan menjauh dari orang yang sedang tersenyum kepadanya tersebut.
"Jadi Java, enak digantung atau ditusuk?"
"Apa maksudmu?"
...
"Berhenti konsumsi obatnya." Ucap Jaegar yang malam ini sedang berada di rumah Java untuk menjenguknya. Tapi anak itu tidak peduli dan meneguk obat itu.
"Kamu udah melebihi batas minum obatnya." Ucap Jaegar lalu merebut bungkus obat yang Java pegang.
Kalau kalian bertanya bagaimana Ricky dan Jaegar, mereka sudah sedikit berbaikan sekarang karena Ricky sudah menyesal dan Jaegar memaafkannya. Walaupun Java belum percaya sepenuhnya kepada Ricky yang tiba-tiba menyesal tanpa alasan.
"Kak, emang itu obat apa?" Tanya Ricky yang fokus menonton tv di rumah Java.
"Obat penenang." Jawab Jaegar singkat.
"Sejak kapan kamu konsumsi obat-obatan?" Tanya Ricky ke arah Java.
Java hanya menunduk lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya.
-Aku juga lupa sejak kapan. Tapi sekarang aku bergantung dengan obat-obatan itu. Tanpa obat-obatan itu aku tidak bisa tidur dan kepalaku akan pusing lalu stres berlebihan-
"Itu dari dokter?" Tanya Ricky.
Java malas menggunakan bahasa isyarat jadi dia mengetikkannya di ponsel.
-Dulu awalnya itu dari psikiater, tapi karena aku kecanduan obat-obatan itu, aku selalu membelinya saat aku kehabisan stok obatnya-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Java dan Lukanya
Fanfiction[brothership, friendship, angst] "Menjadi tunarungu itu menyedihkan. Bahkan lebih baik tiada daripada harus hidup dengan alat pendengar." Ketika Java si tunarungu berusaha hidup padahal tidak ada seorangpun yang peduli pada kehidupannya saat dia ber...