“Sudahlah, lebih baik Java saja yang bahagia, karena Ricky ... akan tetap menjadi penjahat di mata kalian semua.”
...
Pagi ini, Java datang ke minimarket bersama Hesta dan tanpa Java ketahui ternyata Ricky lah kasir disana.
"Hai, Java." Sapa Ricky tapi saat mendapat tatapan mengerikan dari Hesta sehingga teman disamping Ricky langsung menyenggol lengan Ricky agar tidak menyapa seperti itu.
"Oh maaf! Maksud saya,"
"Selamat datang." Setelah mengatakan itu dengan senyuman Java membalas senyuman itu sedangkan Hesta malah langsung mendorong kursi roda adiknya sebelum Java menggerakkan tangannya untuk membalas sapaan tersebut.
Dan Ricky yang menyadari itu semua hanya menghela nafas.
"Lagipula siapa yang mau temenan sama manusia egois kayak gue, kalau bukan diri sendiri."
Saat sedang bergumam tiba-tiba sebotol susu datang di depannya.
"Hai, Ricky. Murung karena tuan Hesta kan pasti?" Itu Jendra dengan senyumannya.
"Harganya—"
"Jawab."
"Apa penting?"
"Enggak."
"Jadi harganya—"
"Nih, ambil aja kembaliannya."
"Terimakasih, selamat datang kembali."
"Pft! Serius banget tuh muka? Habis operasi dimana?"
"Gak lucu."
Setelah mendengar jawaban Ricky, Jendra hanya mengangguk-angguk dan meminum sebotol susu yang dia beli.
"Gimana Java? Pusingnya udah mendingan?" Tanya Ricky yang terlihat khawatir.
"Iya, sekarang tuan Java udah gak bergantung sama obat-obatan lagi. Dia ... lebih bahagia sekarang, walaupun kata Jaegar itu cuma tameng." Jawab Jendra sambil menatap Java yang sedang berbelanja bersama Hesta.
"Syukurlah."
"Kenapa nunduk terus?" Tanya Jendra yang heran dengan Ricky, karena anak itu tidak mendongak sedikitpun sejak tadi. Setelah mendengar pertanyaan Jendra, Ricky hanya diam tak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Jendra yang terdengar mudah dan singkat.
Lalu sedetik kemudian Ricky mendongak dan menatap kaki Java dengan wajah penuh penyesalan sehingga Jendra mengikuti arah pandang tersebut dan langsung faham dengan apa yang Ricky maksud.
"Rik, tuan Java bukan orang yang pendendam. Dia selalu percaya kalau itu takdir bukan kesengajaan. Lagipula kamu mau berubah kan?"
Mendengarnya Ricky hanya mengangguk.
"Kalau begitu lupakan. Karena berubah itu harus melupakan semua kenangan buruk di masa lalu, belajar dari kesalahan yang lampau dan berjanji tidak akan mengulanginya di masa yang akan dat—"
"Jendra, bayar ini. Aku tunggu di mobil bersama Java." Ujar Hesta tiba-tiba dan mendorong Java untuk keluar dari sana. Tapi sebelum Java benar-benar pergi dia melambaikan tangan kepada Ricky dengan senyuman manisnya untuk ucapan selamat tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Java dan Lukanya
Fanfiction[brothership, friendship, angst] "Menjadi tunarungu itu menyedihkan. Bahkan lebih baik tiada daripada harus hidup dengan alat pendengar." Ketika Java si tunarungu berusaha hidup padahal tidak ada seorangpun yang peduli pada kehidupannya saat dia ber...