Prolog

1K 31 2
                                    

***

"Amankan area!"

"Periksa di bagian sebelah sana!"

Derai air mata sudah tak mampu membendung rasa perih di dada saat netra menyaksikan langsung dua orang yang kini terbaring tak berdaya di depannya. Tubuh yang lemah sontak jatuh melemas karena sudah tak sanggup berdiri tegak. Jeritan keras tak bersuara, seakan bibirnya tak mampu berteriak keras. Ia memohon bahwa apa yang terjadi sekarang hanyalah mimpi sesaat.

Semua orang grasak-grusuk di sekitarnya, tanpa peduli dengan tubuh kecil yang mengharapkan sebuah pelukan hangat yang menenangkan. Tubuh kecil itu sendirian di bawah sana, menatap lekat kedua insan yang kini sudah menutup mata dengan rapat, tak jauh dari posisinya.

Dengan tubuh yang masih lemah, ia berusaha sekuat mungkin berdiri mendekati kedua orang yang sudah tak bernyawa di depannya yang dibaringkan dekat satu sama lain. Air mata tak kunjung berhenti, tangan yang gemetar memberanikan diri memegang wajah sang ibunda yang pucat.

"Bunda.."

"Papa.."

Rintihan sang peri kecil menarik atensi semua orang disana. Seketika suasana menghening. Mereka sontak menghentikan kegiatan mereka dan memilih untuk fokus pada sang peri kecil yang kini menangis tersedu-sedu memandang kedua orangtuanya yang baru saja mati terbunuh di dalam kolam renang dengan tragis. Tak ada yang bisa menghentikan tangisan kerasnya. Luka yang ia rasakan kini, tak satupun ada yang mampu mengobati.

* * * * *

"Batalkan Autopsi!"

Tak ada bantahan. Apa yang akan di pikirkan anak yang berumur 12 tahun ketika orang dewasa mengumandangkan kata itu?

Dia belum mengerti. Dia tidak tau saat itu apa makna kata itu.

Air mata bahkan belum mengering, sesak di dada bahkan belum berhenti. Namun semua orang disana sudah menyerah akan keadilan yang seharusnya bisa terungkap.

Si peri kecil?

Kembali menangis, karena teringat kembali kepergian kedua orangtuanya yang begitu tiba-tiba. Ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju kolam renang.

"Yaya, stop kesana!"

Teriakan menggelegar itu mengagetkannya hingga membuatnya menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya, menatap seseorang yang baru saja berteriak keras padanya.

"Dia pria tua, apa yang akan dia lakukan pada kehidupan ku nanti?"

Tatapan yang begitu tajam. Ia seakan menelisik makna raut wajah yang kini menatapnya lekat.

"Apa yang akan terjadi pada kehidupan ku kedepannya tanpa kehadiran ayah dan bundaku?"

Dia menyeramkan, tapi bersikap seakan paling peduli. Dia terlihat seperti seseorang yang akan menjadikan aku target selanjutnya setelah kedua orangtuaku.

"Sekarang aku.."

"..sendirian."

____•°•____

Prolog done!!!
Akhirnya setelah berselingkuh dengan tulisanku, aku memutuskan untuk mendebutkan tulisan pertamaku.
Ini real halu penulis!!
ENJOY THE STORY🩵

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang