Sosok Rumah

211 33 9
                                    

🍀

"Dunia tanpa doa orangtua itu sulit"

🍀

* * * * *

"Berikan padaku!"

Tangan Alivia maju kedepan dengan sorot mata membunuh serta gertakan gigi yang begitu kuat.

"CEPAT!"

"Berikan atau aku berteriak sekarang juga."

Ponsel yang berada di telinganya ia berikan pada Alivia dengan penuh rasa cemas. Alivia mengambilnya dengan kasar lalu mendekatkan ponsel itu pada telinganya.

"Apa yang anda inginkan dari saya? Untuk apa anda menyuruh orang membuntuti saya? Jika ada yang ingin anda mau dari saya, temui saya!"

"Anda butuh sesuatu dari saya? Temui saya langsung. Saya merasa terganggu oleh suruhan anda. Jangan karena anda punya kuasa, anda bisa seenaknya menyuruh orang membuntuti saya. Itu sangat tidak sopan. Jangan bersikap seperti orang yang tidak punya martabat tuan Abraham!"

Emosinya lepas begitu saja kala ia kembali mendapati dua orang suruhan Abraham membuntutinya. Satu kali dua kali Alivia biarkan, karena ia pintar mengelabui dua orang itu. Untuk kedua dan ketiga kalinya ia muak sudah. Sewaktu ia dibuntuti untuk pertama kalinya, Alivia belum menyadari siapa dalang dibalik semua itu. Namun sepulang dari GBK kemarin, Alivia mengikuti mobil mereka diam-diam dan Alivia menyadari jika dua orang itu memasuki gedung Abraham group.

Memang saat itu, demi memuaskan rasa penasarannya, Alivia meninggalkan mobilnya dan mengikuti mobil orang yang mengikutinya tadi. Dan sampailah Alivia di depan gedung Abraham group. Barulah ia sadar jika Abraham lah yang mengikutinya selama ini. Tebakan nya, Abraham tidak hanya mengikutinya tiga kali ini saja, mungkin beberapa kali setelah Abraham menyadari kehadiran Alivia di acara intimate party waktu itu.

Alivia mengakhiri sambungan telepon secara sepihak. Ia kembali memberikan ponsel suruhan Abraham itu.

"Kembalilah! Jangan ikuti aku lagi. Jangan sampai aku membuat laporan atas perbuatan tidak menyenangkan kepada polisi." ancam Alivia.

Mereka menyerah. Menyerah bukan karena takut akan ancaman Alivia. Namun mereka berdua sudah diperintahkan Abraham untuk kembali segera dan berhenti mengikuti Alivia.

Abraham benar-benar hebat dalam melakukan rencananya. Jam kerja Alivia bahkan diketahui oleh suruhannya. Alivia memergoki mereka ketika mobil mereka terparkir di luar area rumah sakit seperti menunggu mobil Alivia keluar dari rumah sakit.

* * * * *

"Dokter Alivia."

Alivia yang berada di nurse station berbincang dengan Karla pun menoleh. "iya, ada apa?"

Seorang perawat mendekati nya.

"Dokter di panggil ke ruangan pimpinan sekarang." kata perawat itu menimbulkan kerutan di kening Alivia.

"Pimpinan.."

Karla membelalakkan matanya mendengar Alivia di panggil ke ruangan pimpinan rumah sakit. Apa yang Alivia lakukan hingga ia bisa dipanggil kesana? Ini aneh, tak semua orang bisa masuk ke dalam ruangan itu, hanya dokter dokter senior yang bisa kesana.

Alivia bertanya-tanya dalam kepalanya tetapi mau tak mau ia harus kesana. Dengan perasaan gugup, ia naik ke lantai dimana ruangan pimpinan berada. Saat langkah kakinya mulai mendekati ruangan pimpinan, ada beberapa orang berjas rapi yang berdiri diluar ruangan bapak Abqary, pimpinan rumah sakit tempat Alivia bekerja. Alivia melewati para pengawal itu dengan perasaan campur aduk. Apa yang terjadi? Mengapa ruangan Abqary diberi penjagaan, tak seperti biasanya.

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang