Pencapaian diri

523 32 6
                                    

Cahaya terang dari sang mentari mulai tampak tatkala wanita cantik yang kini berbalut jas putih melangkah dengan pasti diiringi hentakan tegas dari heels yang ia kenakan. Ia mengeluarkan stetoskop dari saku jasnya lalu melingkarkannya dengan segera pada lehernya. Saat tubuhnya sudah masuk ke dalam ruangan, senyuman manis hadir di wajahnya.

"Selamat pagi bapak." sapanya menyadarkan seseorang yang kini sedang berbaring santai dengan balutan pakaian khusus pasien yang menempel pada tubuhnya.

Pria yang terbaring itu segera membawa naik tubuhnya lalu mendudukkan dirinya senyaman mungkin di punggung ranjang yang ia tiduri.

"Bagaimana bapak? Tidurnya nyenyak?" tanya dokter berbasa-basi melakukan tugas terakhirnya yaitu visite pasien sebelum ia benar-benar mengakhiri jam kerjanya.

"Alhamdulillah dok, nyenyak." jawab pasien menunjukkan betapa semangatnya ia pagi ini dimana tubuhnya sudah merasa lebih baik daripada sebelumnya.

"Baik. Bapak Adi ada merasa tidak nyaman sekarang?" Ia melihat hasil pemeriksaan terakhir yang dibawa oleh perawat yang mendampinginya.

"Tidak ada, dok. Alhamdulillah."

Jawaban bapak Adi memberikan kepuasan tersendiri baginya. Ia tersenyum lebar, "baiklah. Setelah ini akan dilakukan cek darah untuk terakhir kalinya ya untuk melihat perkembangan kondisi bapak."

Pasien mengangguk. "baik, dok."

Setelah itu sang dokter mengangguk pada perawat disampingnya, memberi kode agar perintahnya segera dilaksanakan. Perawat sontak tersenyum merespon perintah sang dokter.

Dokter keluar setelah mengecek kondisi beberapa pasien. Ia melirik jam di tangannya membuat perawat yang mendampinginya berbisik, "Selamat beristirahat, dok!" serunya membuat sang dokter tersenyum. Ia baru sadar jika masa tugas nya sudah selesai sejak tadi.

"Mau pulang, dokter Alivia?" tanya Karla, perawat yang kini sedang duduk di nurse station menyapa Alivia pagi ini.

Dokter yang disapa akrab Alivia itu tersenyum ramah melangkah menuju meja resepsionis. "Iya, setelah check keadaan Owen."

dr. Alivia Salma Shaquina, Sp. BTKV. Nama yang tertulis di id card yang tergantung di dada kirinya. Dilengkapi dengan jas putih kebanggaan yang kini menempel pada tubuhnya.

Sudah belasan tahun berlalu sejak Alivia menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah atas, dimana saat masa sma itu lah keinginan Alivia tumbuh untuk bermimpi menjadi seorang dokter. Ya, dengan alasan gaji yang tinggi dan kesibukan yang sudah tidak diragukan lagi. Kehidupannya yang jauh dari kata cukup mendorongnya untuk mengejar mimpi menjadi seorang dokter yang siapapun tau sebesar apa gajinya.

Menjalani kehidupan sebagai dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta setelah beberapa tahun menyelesaikan pendidikan dokter spesialisnya, dimana dokter spesialis bedah ini menangani pembedahan di area thoraks (dada) yaitu penyakit atau cedera dari kerongkongan, paru, jantung, mediastinum serta pendukung organ - organ yang ada di dada. Alivia merasakan perbedaan yang cukup banyak ketika ia sudah berhasil meraih gelar terhormat itu.

Semua orang tau itu, bagaimana perjalanan menjadi seorang dokter atau dokter spesialis. Tak hanya butuh otak yang jenius, tapi juga membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya yang sangat banyak, tenaga dan mental yang diuji keras. Tidak bisa dipungkiri Alivia begitu bangga dengan dirinya yang mampu bertahan di segala cobaan saat perjalanannya dalam mengejar gelar dokter spesialis. Kini hidupnya ia dedikasikan sepenuhnya untuk orang-orang diluar sana yang membutuhkan bantuannya terkhusus pasien yang memiliki keluhan pada bidang yang ia keluti saat ini.

* * * * *

"Do you wanna come to the birthday party when you get home from work?"

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang