Pertemuan Serius

223 39 10
                                    

HELLO GUYS!!!
IM SO SORRY KARENA AKU BARU BISA UPDATE LAGI:(
Aku minta maaf banget akhir-akhir ini memang agak hectic sampe aku gak bisa fokus sama ceritaku..
But, aku berusaha buat kembali dan berusaha membenahi cerita ku.
So..

Happy Reading guys🩵

* * * * *

Hari ini keluarga Khaliq sudah berkumpul di restoran bintang lima yang sebelumnya sudah dipesan oleh Khaliq untuk pertemuan keluarganya dengan keluarga Abraham.

Khaliq memang sudah diberitahu hal ini sebelumnya. Bahwa akan dilaksanakan perjodohan antara Alan dengan cucu Abraham. Oh, mungkin ini lebih tepat perkenalan ketimbang pernikahan, karena setelah pertemuan ini Alan punya hak untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius atau justru berhenti disini. Pilihan inilah yang membuat Alan datang karena pada akhirnya keputusan ada di tangannya. Namun tentu kakeknya tidak akan membiarkan Alan akan menolak tanpa alasan yang masuk akal.

Ayah Khaliq datang bersama dengan sekretaris dan juga anak angkatnya, yang kini menduduki posisi direktur utama di perusahaannya yang umurnya tidak jauh dari Alan. Posisi itu dulu diberikan pada Alan. Namun ia menolak dengan alasan tidak mau menerima bantuan kakeknya dengan cuma-cuma, karena Alan tahu kakeknya itu tidak sebaik itu. Dulu saat keluarganya mengalami kesusahan, ia tak membantu keluarga Khaliq sama sekali, hingga Alan memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk merubah hidup keluarganya. Alan paham, betapa sayangnya kakeknya dengan hartanya. Ia tidak akan mungkin memberikan bantuan pada keluarga Khaliq tanpa syarat.

Alan merasa aneh dengan keputusan kakeknya menjodohkan dia. Sementara Darrel, direktur utama perusahaan kakeknya malah belum menikah. Bukankah citra Darrel harus lebih dipentingkan ketimbang Alan yang tak punya peran apa-apa di perusahaannya?
Dan mengapa kakeknya merencanakan perjodohan nya sementara Darrel juga belum menikah? Usia Darrel bahkan lebih tua satu tahun dari Alan.

Sementara itu, semua anggota keluarga Alan menunggu kedatangan keluarga Abraham dengan gugup. Semua sibuk memperbaiki penampilan mereka, terkecuali seseorang yang kini menjadi pemeran utama dalam pertemuan ini.

Tak terlihat ada kegugupan. Ia bahkan tak peduli apakah penampilan nya sudah sempurna ataukah belum. Hingga tiba-tiba satu tarikan mengagetkannya.

"Mama yang nyuruh buat rapiin baju abang." Adik bungsu Alan yang kini sedang merapikan dasi Alan berbicara.  Tampaknya ia sedikit kesal melihat keacuhan kakaknya akan penampilannya malam ini. Namun sebenarnya Alan sudah merasa bahwa penampilannya sudah sempurna.

Rossa puas, Sophia pun lebih puas akan gerakan tangannya yang berhasil membuat Alan kelihatan lebih rapi.

Selang beberapa lama, Alan merasakan aura negatif dari sampingnya. Ia lirik papanya yang kini sibuk mengambil nafas berkali-kali seakan sudah tak ada lagi udara yang tersedia di dalam tubuh papanya.

"Jangan gugup Alan!"

Alan mengernyit heran karena jujur ia merasa rileks rileks saja. Tak ada kegugupan dan tak ada ketakutan sama sekali. Ia hanya merasa lapar dan segera ingin pulang. Bahkan kini papanya yang tampak gemeteran berhadapan dengan kakeknya. Aneh!

Tak lama setelah kakeknya masuk, Abraham juga datang bersama dengan Vina dan juga anak perempuannya, Luna. Perempuan cantik yang berprofesi sebagai seorang model yang kini menetap di Singapure yang juga sedang menempuh pendidikan S2 ekonomi bisnis disana.

"Malam." Abraham mengambil tempat diikuti oleh Vina dan Luna. Semua orang langsung memperbaiki duduknya kala Abraham datang.

Kening Alan berkerut dalam. Muncul satu pertanyaan. Ia melirik orang tuanya seakan meminta jawaban atas pertanyaan yang kini berputar di kepalanya. Namun semua anggota keluarganya tampak tenang saja ketimbang dirinya yang kini tiba-tiba kebingungan.

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang