Dinner

234 31 14
                                    

Alivia menghentikan langkahnya ketika sampai di depan rumah mewah yang memiliki 2 lantai dan juga pekarangan yang luas. Sangat menggambarkan jika mereka berasal dari keluarga yang sangat berbeda dari Alivia. Bahkan pekarangan rumahnya saja lebih besar dari luasnya kontrakan dia.

Alivia masih dipenuhi rasa dilema apakah ia harus tetap masuk menerima kebaikan mereka dan mengabaikan kode etik kedokteran atau justru menolak ajakan mereka dengan bertindak tidak sopan.

Melihat mewahnya rumah Alan membuat Alivia sontak memeriksa pakaiannya. Apakah pakaiannya sudah rapi atau justru memalukan untuk datang ke tempat seperti ini. Namun dilihat-lihat penampilannya sepertinya tidak akan memalukan ia hari ini. Walaupun bukan pakaian mahal tapi setidaknya dia datang dengan rapi.

Ya, Sophia menyampaikan niat baik kedua orangtuanya untuk mengundang Alivia untuk makan malam bersama keluarga mereka sebagai bentuk ucapan terimakasih mereka atas pertolongan Alivia.

"Dok, mama mau mengajak dokter Alivia untuk makan malam di rumah sebagai ucapan terimakasih sekaligus untuk nebus kesalahan abang dan kakak yang menuduh dokter Alivia perihal penyerangan itu."

"Tidak apa-apa. Terimakasih atas undangannya Sophia tapi aku sungguh-sungguh menolong bapak Khaliq atas naluri ku sebagai dokter saja. Jadi tidak perlu ada sambutan yang besar, karena dokter juga dilarang untuk menerima pemberian atau hadiah dalam bentuk apapun dari pasien maupun keluarganya."

"Mama yang mohon mohon. Mau ya dok? Anggap saja ini permintaan mama untuk terakhir kalinya. Aku sebenarnya juga ragu ngajak dokter, takut dokter ingat lagi ucapan Abang dan kakakku dan masih kesal dengan mereka tapi ini mama yang minta. Anggap aja ini cuma undangan biasa tanpa ada maksud terselubung dok."

Terlihat Sophia berusaha keras membujuk Alivia. Ia tau bagaimana kedua saudaranya menyinggung perasaan Alivia, Sophia menyaksikannya sendiri. Makanya Sophia juga sama dengan mamanya, kekeh memohon maaf pada Alivia karena sudah menyakiti perasaan Alivia yang sudah menyelamatkan nyawa ayahnya.

Namun berdiri di luar sana hanya akan makin membingungkan dia, apalagi ia sudah jauh jauh kesana. Tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi nanti di dalam, Alivia mencoba untuk menekan bel yang berada disana. Dalam satu kali bunyi, keluarlah bapak Khaliq dan ibu Rossa yang langsung menyambutnya dengan pelukan hangat dan senyum kebahagiaan.

"Assalamualaikum, selamat sore om, tante." sapa Alivia ramah menampilkan senyuman terbaiknya.

"Wa'alaikumussalam. Eh dokter Alivia, silahkan masuk."

Alivia dituntun memasuki rumah mewah itu, yang tampaknya tak berbeda jauh dengan rumah grandpa nya. Ia langsung disambut dengan ruang tamu luas yang diatasnya terdapat lampu besar yang sangat megah. Alivia duduk setelah dipersilahkan duduk. Matanya berkeliaran, melihat setiap bagian rumah itu. Benar-benar definisi rumah impian semua orang.

"Halo kak." sapa Sophia yang baru turun dari kamarnya. Memang Sophia sudah memutuskan untuk memanggil kakak karena Alivia segan jika dipanggil dokter di luar rumah sakit.

"Kakak baru datang ya?" tanya Sophia duduk di seberang Alivia. Alivia sontak mengangguk.

"Mau keliling ngga?" tawar Sophia membuat Alivia mau tak mau ikut saja, karena sejujurnya ia juga canggung jika hanya duduk diam bersama dengan kedua orangtua Sophia.

Sophia membawa Sophia untuk melihat-lihat bagian rumah yang ada di lantai satu. Cukup luas, di lantai satu lebih banyak area area yang bisa digunakan untuk bersantai. Dan semua area rumah pun sangat terbuka, hingga cahaya matahari menerangi langsung setiap sisi rumahnya. Hangat, selain cahaya matahari yang memancar langsung, banyak tanaman dan pepohonan yang menambah kesan adem rumah itu. Rumah ini seperti di desain khusus hingga begitu detail. Barulah di lantai dua dipenuhi beberapa kamar dan juga sofa untuk bersantai bersama.

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang