Calon Suami?

140 27 6
                                    

Ruangan kamar khusus pegawai diisi oleh beberapa dokter, salah satunya Alivia. Ia memutuskan untuk menginap di rumah sakit karena jadwal operasinya yang selesai dini hari kemarin. Alivia masih meringkuk disana, tak ada pergerakan untuk bangkit. Sampai pada akhirnya pintu kamar terbuka dengan kasar membuat dokter yang lain bangun tapi tidak dengan Alivia. Tidurnya bak simulasi orang mati.

Tak ada pergerakan pun sama sekali hingga seseorang  dengan sengaja melemparkan bantal pada Alivia. 

"Bangun wey! Pasien spesial kamu datang. Kebo banget sih nih bocah. ALIVIA!" sohib dekat seprofesinya itu berteriak membuat dokter lain merengut kesal. Anggi hanya cengengesan lalu meminta maaf dengan cepat.

Anggi mengguncangkan tubuh Alivia sambil berteriak pelan di telinga temannya itu. "Alivia, pasienmu mencari."

Akhirnya tidur nyenyak nya segera ia selesaikan. Ia mengerang keras seakan kodam nya baru saja terbangun. Kemudian ia menggeliat lalu membuka matanya dan langsung bertatapan dengan Anggi.

"Apa?" tanya Alivia lesu.

"Pasienmu mencari."

"Siapa?"

"Anak bapak Khaliq."

"Siapa itu?" Matanya terbuka setengah, dahinya berkerut. Masih dengan tubuh yang menggeliat kesana kemari.

Anggi mengangkat alisnya bingung. "Loh ya anaknya bapak Khaliq." jawabnya polos membuat Alivia mau tak mau bangkit dari tidurnya.

"Aku sikat gigi sebentar." ucap Alivia duduk melamun sembari mengumpulkan nyawanya.

Alivia memperbaiki posisi hijabnya yang sudah tak di posisinya. Bahkan bagian leher yang dijarum sudah pindah ke atas kepalanya. Tampilannya benar-benar kacau.

Setelah menyikat gigi, ia turun ke lantai bawah. Dengan pakaian sisa operasi kemarin, ia melangkah dengan lesu menuju ugd. Hijabnya sudah ia rapikan kembali walaupun sedikit kusut. Ia belum memakai skincare sama sekali, bahkan bedak. Hanya mencuci wajahnya saja dengan sabun cuci muka.

"Dimana?" tanya Alivia pada dr Rizki yang kini sedang berjaga di ugd.

Dr Rizki tampak bingung. "Apa yang dimana?"

"Pasien yang nyariin saya tadi."

"Siapa?"

Alivia berdecak, "Astaghfirullah. Bener bener ya si Anggi!" Alivia pergi dengan merungut. Dr Rizki sampai heran melihat kelakuan Alivia.

"Kamu mau lari dari tanggung jawab?"

Suara seseorang menghentikan pergerakan Alivia yang belum terlalu jauh dari ugd. Pria yang tadi disebutkan Anggi mendekat ke arahnya sembari membawa dua kopi di tangannya.

"Nih." 

Alan menyodorkan satu kopi padanya. Alivia memundurkan tubuhnya heran dengan perlakuan Alan.

Apa yang terjadi? Mengapa Alan baik padanya? Apa ini sogokan setelah Alivia mengobatinya kemarin? Atau ini sogokan agar Alivia menerima permintaan Alan? Psikopat seperti Alan tak mungkin memperlakukannya dengan baik. otak Alivia dipenuhi pikiran buruk tentang Alan.

Alivia menyipit, menatapnya curiga. "Terlalu aneh melihatmu berprilaku baik seperti ini." katanya tetap menerima kopi dari Alan.

Alan tertawa lepas untuk pertama kalinya di depan Alivia. Selama ini yang Alivia temukan hanyalah Alan yang dingin dan cuek. Namun hari ini ia malah terlihat berbeda hanya karena menunjukkan tawanya sekali.

"Kamu berkata saya kontrol hari ini. Ya saya datang kesini lah sesuai janji."

Ah, Alivia baru mengingatnya. Alan ada kontrol untuk pertama kalinya setelah dua hari yang lalu diobati Alivia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold Me Thight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang