BAB 9

8.9K 652 1
                                    

Karena bosan di dalam tara pun memutuskan untuk keluar mencari angin sekaligus menyendiri. Entah kenapa akhir-akhir ini ia terus memikirkan tentang kilin ayah nya. Kadang tara berniat mengunjungi rumahnya, tapi ia urungkan mengingat bahwa dia bukan lagi bagian dari keluarga kilin.

Hufffff!

Sampai sekarang pun tara masih tidak menyangka bahwa dirinya bukan lagi pria yang dulu. Dia sekarang sudah bisa mengambil keputusan sendiri, dan bisa membawa motor dan tidak jadi beban siapapun lagi.

Ingatan kembali melintas di benak tara, saat itu. Kejadian saat ulang tahun nya yang ke 15 tahun. Di mana razor dan razir memberitahu teman teman nya bahwa zion adalah anak dari pembantu.

Sakit rasanya! Tapi apa boleh buat, saat itu zion memang di mana-mana orang-orang menganggap nya aneh karena buta.

Tara mengangkat kepalanya, manatap langit yang gelap tanpa adanya bintang. Mungkin saja saat ini langit sedang mendung, akan kah hujan akan turun?.

Sejak dulu zion membenci hujan, karna baginya hujan  menyedihkan. Zion tidak melihat bentuk hujan seperti apa, tapi ia bisa menebak bahwa bukan hanya tentang teori hujan yang mengatakan hujan terjadi karena adanya butiran air yang sudah tidak bisa di tampung awan, hingga hujan pun turun. Tetapi bagi zion, hujan itu seperti kata 'hampa' yang akan membuat siapapun bisa ikut menangis.

Zion juga sering menangis di kala hujan. Sakit?, rasanya hujan  itu menanggung begitu banyak penderitaan. Tidak. Lebih tepatnya awan. Seberat itulah embun hingga awan memutuskan untuk menangis.

Terdengar konyol bukan!

"Ngapain lo di situ!" Ujar seseorang membuyarkan lamunan tara.

Tara menoleh menatap sang pelaku yang membalas nya dengan ekspresi datar. "Hujan!" Ujar tara sambil tersenyum

Rain mengerutkan keningnya. Lalu beranjak duduk di sebalah tara. "Nama lo hujan kan?" Ucap tara membuat rain mengangguk singkat

"Berarti orang tua lo memberi lo nama hujan karena mereka 'hampa'" Ujar tara yang langsung dapat tatapan sinis dari rain

"Buktinya, kamu sama kaya hujan di langit, turun tampa permisi hingga menangis tersedu-sedu. Kamu juga gitu kan?" Konyol. Rain langsung menjitak kepala tara hingga tara meringis.

"Kok kasar banget sih!, kan cuman ngomong doang. Ngk perlu sampai segitunya juga kali" Ketus tara sambil mengusap keningnya yang terasa panas

"Terus kenapa nama lo hujan?"

"Ngk tau. Lo kenapa jadi banyak bacot gini sih, nggak kaya biasanya" Ujar rain menatap tara penasaran

"Nggak kaya biasanya? Emang bisanya gue kek gimana?" Tanya balik tara.

"Ngk banyak bacot." Ketus rain.

"Isss setiap orang itu bisa berubah, rain! Ngk selamanya kita mau jadi gitu terus. Kek sekarang gue udah jadi malaikat yang tidak bersayap" Ujar tara memuji dirinya sendiri sesekali terkekeh karena melihat tatapan sinis rain.

Ck!

"Percuma ngomong sama orang ngk waras!" Ujar rain sambil bangkit dari duduk nya lalu pergi.

"RAIN, MUNGKIN SEKARANG LO NGGAK MAU TEMENAN SAMA GUE NGGAK PAPA, TAPI GUE NGGAK BAKAL NYERAH UNTUK BERTEMAN SAMA LO!!" teriak tara sambil menatap punggung rain yang mulai hilang di telan jarak.

"aku pasti bisa jadi teman mu suatu hari nanti, rain!"

***


Tok tok tok

transmigrasi cwok tunanetra (bl) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang