BAB 17

6.3K 458 0
                                    


Ini sudah hampir seminggu semenjak tara terbaring tidak sadarkan diri, dokter juga tidak tahu harus berbuat apa. Malah sebaliknya dokter berkata bahwa itulah keinginan tara, tara tidak ingin bangun.

Indah tidak tahu apa yang membuat tara tidak ingin bangun, apakah mimpinya jauh lebih indah dari kenyataan? Atau tara tidak ingin bangun untuk menerima kenyataan.

Setiap hari paris meluangkan waktunya untuk menjenguk tara, tak jarang juga indah memergoki paris menangis sendirian di taman saat malam. Pahit rasanya melihat keadaan tara. Anak anak cyones juga sering berkunjung ke rumah sakit, tetapi bukan hanya anak anak cyones tetapi ada guru dan murid murid di sekolah tara juga. Bahkan ada penggemar tara yang mengunjungi tara membawa banyak parsel di ruangan tara.

Indah mengusap wajah tara menggunakan lab basah sambil sesekali terisak. "Tara.. Bangun yuk, banyak yang udah kangen sama kamu, kamu enggak ada niatan buka mata gitu" Lirih indah dengan suara yang bergetar menahan segala kesedihannya.

"Mah! Kapan kak tara bangun? Ani kesepian" Ucap taniv sambil menggoyangkan lengan indah. Indah menghapus air matanya lalu beralih mengelus wajah putra satu-satunya itu "ani harus sering-sering ajakin kak tata ngomong biar kak tara nya cepat bangun" Jawab indah lembut. Taniv hanya mengangguk lalu mengambil robot-robotnya untuk di pamerkan pada tara.

"Kak tara ani kemarin ulang tahun terus papa sama mama beliin ani robot-robotnya yang bisa berubah kaya punya kak tara di kamar, kak tara ayo bangun ani bosen main sendiri ayo kita main robot-robot" Ucap taniv polos membuat indah memalingkan wajahnya tak sanggup menatap wajah taniv.

Clekek

"Mah! Mama istirahat gih di rumah mama udah satu minggu ini di rumah sakit, pasti mama capek banget" Ujar Nico sambil memegang bahu indah.

Indah tersenyum lalu memegang tangan Nico "mama ngak lelah kok, mama masih bisa jagain tara kamu istirahat aja Nico pasti capek banget" Jawab indah mencoba meyakinkan Nico bahwa dia baik baik saja.

Nico menghela nafasnya lalu kembali berucap "mah! Biar tara Nico yang urus mama mending pulang istirahat yah?!!" Pinta Nico tapi indah menolaknya dengan halus.

"Mama ngak papa Nico, mama mau rawat adik kamu ngak papa yah??" Mohon indah membuat Nico tak bisa menolak tapi Nico tidak tega melihat indah yang kurang tidur.

"Mah! Ani juga udah ngak sekolah selama 1 minggu mama yakin?" Tanya Nico membuat indah menunduk. Nico benar sudah 1 minggu taniv tidak sekolah karena indah harus menjaga tara.

"Sekarang kan udah ada Nico mama mending pulang istirahat biar tara Nico yang jaga" Ucap Nico lagi. Indah mengangguk singkat lalu beranjak dari duduknya.

"Mama titip tara yah nanti mama bakal balik" Lirih indah lalu meraih tas hitamnya. "Kalau ada apa-apa panggil dokter dan langsung kabarin mama" Lanjut indah.

"Iyah mahh! Tenang aja"

Indah mengangguk antuasias lalu menggandeng tangan taniv, pergi. "Tar! Lo ngak ada niatan vangun gitu? Lo ngak cape apa tidur terus? Gue yang lihat nya aja cape, lo ngak kasian sama taniv yang main sendiri, lo ngak kasian sama papa?, lo ngak kasian sama mama indah yang kecapean jagain lo. Kalau lo perduli sama kita dan kalau lo emang udah berubah, lo bangun! Jangan kerjanya tidur mulu. Nyusahin tahu ngak!!!" Omel Nico tapi tanpa sadar butiran bening menetes dari wajahnya. Nico pun kesepian dan merindukan tara.

Ia tidak peduli kalau tara bangun terus ngajak ribut dengan nya, atau tara jadi kejam lagi padanya Nico ngak peduli Nico hanya mau adik nya itu bangun. Setidaknya Nico ingin di beri harapan bahwa tara bakal bangun.

"LO BUDEK!!! kenapa diam aja bukannya bangun, kalau lo ngak bangun gue bakar motor lo, gue ambil jajanan lo, gue patahin robot-robot lo terus gue pepetin pacar lo" Ancam Nico yang malah terdengar ambigu.

transmigrasi cwok tunanetra (bl) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang