"Merokok di area sekolah itu pelanggaran besar!"
Arson terlonjak kaget mendengar suara seseorang. Akibat terlalu fokus berpikir, dia sampai lupa harus waspada pada sekitarnya. Dia melupakan kemungkinan bahwa akan ada anggota Osis yang mungkin berpatroli kesini.
"Sial" umpat Arson yang hanya bisa terdiam di tempatnya.
"Serahin rokoknya sekarang!" kata orang tersebut.
Arson yang tau bahwa dia sedang terciduk, menyerahkan rokoknya tanpa perlawanan. Setelah itu, dia berbalik dan terkejut ketika mendapati Noval yang tertawa mengejek karena berhasil menipunya.
"Rokok lo udah jadi punya gua sekarang" kata Noval sambil menggoyangkan kotak rokok itu di depan wajah Arson.
Arson belum sempat bereaksi apapun ketika secara tiba-tiba Yasa sudah merebut paksa bungkus rokok yang sedang berada di tangan Noval "Loh? Kok diambil sih, Sa?" protes Noval dengan wajah yang merengut kesal.
Yasa balas menatap Noval dengan wajah serius, dia menggerakkan telunjuknya ke kiri dan kanan sirat akan tanda larangan untuk Noval. "Gak boleh ngambil punya orang lain kaya gitu!" katanya dengan nada tegas sebagai peringatan
Noval semakin kesal dengan wajahnya yang cemberut, dengan tangannya yang bersedekap dada. Melihat Noval yang sedang marah, Yasa hanya bersikap cuek dan melempar kembali rokok itu pada pemiliknya. Beruntung, Arson sigap menangkap rokok tersebut.
Arson melihat dengan jelas ketika Yasa mencoba merangkul Noval yang terus di tepis berkali-kali. Namun, ketika tangan panjang itu berhasil melingkar di pinggangnya, Noval mendadak diam meski dengan mulut yang tetap saja misuh-misuh kasar sebagai bentuk rasa kesal.
Arson merasa canggung ada di situasi ini. Selain karena dia tidak mengenal Yasa dan Noval, perdebatan di antara dua orang itu juga membuat Arson tambah kikuk.
"Lo bisa ambil rokok gua kalo lo mau!" tawar Arson mempersilahkan sambil menyodorkan kotak rokoknya.
Noval menggeleng. "Lo gausah sok baik! Lagian gua gak nerima pemberian musuh" kata Noval menunjuk Arson dengan tatapan galak.
Noval berjalan, menarik Yasa untuk ikut dengannya ke bawah pohon yang berhadapan langsung dengan tembok bagian belakang gedung sekolah. Mereka berjongkok di sana, Noval mulai merokok, sedangkan Yasa berbaring dengan paha Noval sebagai bantalan.
Arson mengabaikan kedua orang tersebut dan kembali pada posisi awalnya berjongkok di tembok belakang gedung sekolah. Berhadapan langsung dengan dua orang tersebut sambil kembali menghisap rokoknya.
"Ngapain lo disini?" tanya Noval sambil menatap Arson sinis.
Arson mengangkat satu alis, menatap bingung, sambil menunjukkan rokok yang diapit di antara dua jarinya kepada Noval. "Ngerokok" jawabnya santai.
"Ya gua juga tau, bego. Gua juga bisa liat kalo lu lagi ngerokok. Maksud gua, lu tuh ngapain ngerokoknya disini? Sono kek cari tempat lain!" kata Noval memekik kesal.
Arson tidak menanggapinya lagi dan melanjutkan kegiatannya menghisap batang rokok, lalu menghembuskan asapnya ke udara seolah-olah Noval tidak ada di sana.
"Brengsek lo!" maki Noval sembari melempar puntung rokoknya yang masih menyala pada Arson. Bara apinya mengenai lengan Arson yang membuat kulitnya sedikit melepuh kecil.
"Noval! Jangan lempar-lempar gitu!" tegas Yasa memberi peringatan lagi pada Noval. Kali in sedikit lebih keras dari yang tadi sampai membuat Noval sedikit kaget. "Maaf suara gua ke kencengan ya? Tapi lo emang gak boleh ngelempar puntung rokok kaya gitu! Itu bahaya, oke!" Yasa menegaskan kembali perkataan sebelumnya dengan nada yang lebih lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Innocence [END]
Teen FictionSinister Series : 2 Sebelum membaca cerita ini, disarankan untuk melihat bio di profil lebih dulu!! Devon Abimana, ketua dari geng Alter, bertemu dengan Arson Juliard, yang merupakan anggota geng musuh. Arson yang saat itu tergerak membantu Devon me...