V

456 58 10
                                    

HAPPY READING
*****

Ini sudah hampir tiga minggu Cakra tak pergi konsultasi. Dan sudah kesekian kali Cakra tak meminum obatnya.

Jika di tanya bagaimana keadaan Cakra? Tentu baik, dari luar dia baik seperti biasanya, senyuman juga tak padam dari mulutnya. Jika di tanya dari dalam, jawabannya tentu satu. Hancur, Cakra kini benar benar sudah hancur. Hubungannya semakin buruk dengan Juna dan Rasen, akhir akhir ini bahkan mereka pernah tak bertemu seharian penuh sebab mereka terus menghindar dari Cakra. Penyakit nya juga tentu semakin parah, kini Cakra saja susah untuk tidur.

"Ra! Mikirin apa sih?" tegur Chandra.

Kenapa Chandra ada di kelasnya? Ya karna sekarang jam istirahat. Bukan hanya Chandra, Tirta juga ada di sebelah Cakra.

"Enggak, gak ada. Aku kan emang sering ngelamun."

"Eh Ra, ini perasaan ku aja atau gimana ya, kok akhir akhir ini muka mu tambah pucet ya?" celetuk Tirta.

Chandra mengangguk mendengar perkataan Tirta. "Gak cuma menurutmu, menurutku juga iya. Mata kamu juga kok makin cekung ya? Kamu gak kenapa napa kan?"

Cakra tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Khawatir amat sih. Aku akhir akhir ini susah tidur aja, makanya kaya gini jadinya."

Tirta dan Chandra hanya ber'o'ria tanpa curiga sedikit pun pada Cakra.

"Eh kelapangan yok!" usul Cakra.

"Ngapain sih? Mau liat kakak biadab mu latihan?" sarkas Tirta.

Yah, Cakra memang sudah ketahuan oleh dua teman nya ini. Jadi mau tak mau Cakra menceritakan semuanya ke mereka, lagi pula mereka berdua memang teman terdekat Cakra. Karna Tirta dan Chandra mendengar cerita dari sudut pandang Cakra, jadi mereka merasa Juna dan Rasen lah yang salah.

Yang Cakra ceritakan hanya hubungannya dengan kakaknya, ia tak cerita pada mereka tentang penyakitnya. Tentu Cakra tak ingin membuat teman rempongnya khawatir.

"Apa sih Ta! Kalo ngomong mulutnya ini." Cakra melotot ke arah Tirta.

"Udah ayok sih ke lapangan."

Sudah dari kemarin Cakra belum melihat wajah Juna. Mau bagaimana pun perlakuan Juna padanya, Cakra tetap tak bisa tak melihatnya.

Pasrah, Tirta dan Chandra pun mengikuti keinginan Cakra. Mereka tahu Cakra ini keras kepala, jadi mending di turuti dari pada berisik kaya nyamuk.

***

Di lapangan, para anggota paskib sedang latihan untuk lomba bulan depan, dan karna Juna itu anggota inti jadi ia ikut bergabung seperti biasa.

Ternyata di sekeliling lapangan banyak siswi siswi yang menonton dan rupanya ada Rasen juga di sana. Cakra sempat melakukan kontak mata dengan Rasen tapi Rasen langsung memalingkan wajah.

Cakra duduk di kursi umum yang memang di sediakan untuk menonton kegiatan di lapangan. Cakra melihat Juna yang berlatih Sembari memainkan rubik nya. Cakra itu memang suka sekali menyelesaikan rubik.

Setelah Cakra menatap ke lapangan, ia tak menyadari bahwa Rasen kini memperhatikannya dari kejauhan. Mungkin Cakra memang tak melihat mereka, tapi sebenarnya mereka selalu memperhatikan Cakra diam diam. Rasen melihat jelas bahwa wajah Cakra semakin pucat. Ia juga melihat Cakra yang terlihat semakin melemah. Badannya juga semakin kurus sekarang.

Setelah Juna beristirahat, Rasen menghampiri Juna dengan air minum di tangannya.

"Nih woy." Rasen melempar botol air minum lalu ditangkap oleh Juna.

Tiga Jarum Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang