VII

550 49 6
                                        

HAPPY READING
*****

Hari ini tidak seperti biasanya, Cakra berangkat begitu pagi bahkan tadi tak sarapan di rumah. Ia berangkat sekitar pukul lima dua puluh. Dia tidak langsung ke sekolah, melainkan ke rumah Tirta karna rumahnya itu dekat sekolah. Jika di tanya alasannya, tentu karna ia tak ingin bertemu kakaknya dulu. 

"Ra, nih makan dulu." Tirta memberi sepotong roti isi ke teman nya yang tengah menulis sesuatu itu.

"Ehehe thank you."

Cakra kini ada di dalam kamar Tirta. Kamar Tirta sangat rapi bersih dan harum, tak seperti kamarnya yang bau obat. Di kamar Tirta juga tidak seperti kamar anak SMA biasanya, isinya benar benar hampir delapan puluh persennya buku, memang anak nomer satu di sekolah itu beda.

"Ngapain sih Ra? Itu kan belom di suru ngerjain."

Tirta geram melihat Cakra yang begitu serius mengerjakan soal MTK padahal soal itu belum tentu akan di pelajari.

"Gak papa sih seru, ada buku fisika kelas dua belas gak?" Cakra tak menengok Tirta dan hanya fokus dengan buku nya.

Tirta tau bahwa temannya ini penggila Matematika dan Fisika, tapi ternyata Cakra lebih gila dari yang ia bayangkan. Cakra itu melihat benda jatuh saja di hitung kecepatannya, Tirta benar benar tak habis pikir dengan temannya yang satu ini.

"Kita baru kelas sebelas CAKRA, ngapain sih nanyain soal kelas dua belas?" Lama lama Tirta kesal juga.

"Gak papa, bosen ngerjain soal kelas sebelas."

"Huh, dasar aneh. Bentar ku cari."

Tirta akhirnya mencari buku kelas dua belas, seingatnya dulu ia pernah punya milik kakak perempuannya. Setelah mengobrak abrik rak buku di atas, Tirta menemukan buku buku yang ia cari.

"Nih, makan,.....awas kalo sisah."

Cakra menyengir. Tangannya meraih buku yang tadi Tirta beri dan langsung lanjut mengerjakan soal soal susah itu.

Tak lama kemudian suara seseorang terdengar. Itu suara Chandra mengobrol dengan ibu Tirta dengan keras.

"Halah ngapa tu anak dateng sih?" gerutu Cakra pada Tirta.

Chandra membuka pintu kamar dan ikut masuk dengan cengirannya, namun saat masuk tiba tiba wajahnya jadi terlihat kesal. Tunggu, dia menghadap ke Cakra, kenapa? Cakra buat salah kah? Cakra jadi takut sendiri.

"Jahat banget sih kamu Ra! Kesini gak ngajak ngajak, gak ngomong, awas kamu, tak tandain muka mu."

Chandra memilih duduk di dekat Tirta dengan wajah kesal masih ke arah Cakra. Cakra nampak tersenyum canggung, ia memang malas Chandra datang karna Chandra itu berisik, tapi bukan begini juga maksudnya.

"Sorry Chan, hehehe."

Tak ada jawaban, Chandra masih terlihat marah. Cakra akhirnya mendekati Chandra dan duduk di tengah tengah Tirta dan Chandra, tepatnya dia mengusir Tirta untuk bergeser. Cakra memegangi tangan kanan Chandra di sertai senyuman nakal.

"Maaf ya maaf, hm? Hm? Chandra... maaf ya? Jangan marah geh, hm? Oyy?" Tak ada jawaban, Cakra kini melepas tangan Chandra sembari mempoutkan bibirnya.

"Tjih, kan udah minta maaf."

Setelah melihat Cakra seperti itu, baru lah Chandra kembali tersenyum dan kini bahkan memukul bahu belakang Cakra pelan.

"Dasar!" pekik Chandra.

Mereka tak sadar dari tadi Tirta melirik mereka dengan jijik. Sungguh kenapa Tirta ada di antara orang non normal ini?

"Eh, Tirta cemburu tuh," ledek Chandra.

Tiga Jarum Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang