1 tahun kemudian
Tak terasa rupanya setahun telah berlalu. Kembar tiga kini sudah menduduki kelas dua belas. Kalian pasti tahu seberapa menyibukkan nya kelas dua belas? Kalian harus mempersiapkan ujian, banyak melakukan praktek, belum lagi sudah harus memikirkan langkah selanjutnya ke jenjang perguruan tinggi yang pasti bukan hanya membuat fisik lelah tapi mental juga.
Mungkin lain kali, Cakra harus pikir dua kali saat berbicara dengan orang itu. Pria yang selalu menebar senyum manisnya disertai sapaan halus, pria dengan tingkat kedewasaan diatas rata rata, serta pria yang kerap kali dipanggil 'calon dokter' itu sungguh dapat dipegang kata katanya.
Cakra pikir Rasen hanya bercanda saat bilang akan mengawasinya 24 jam sebab mana bisa ia mengawasi seseorang seharian diketika ada kesibukan?
Entahlah dari mana informasinya datang, tapi Rasen dan Juna pasti tau apa saja yang Cakra lakukan seharian. Kalau saat di rumah, ia tau mata matanya pasti mama, secara mama nya itu ternyata benar benar berhenti menjadi asisten dan melukis di rumah. Lalu siapa mata mata mereka saat Cakra di sekolah atau di luar rumah? Setiap Cakra pergi keluar rumah, pasti Juna dan Rasen tau.
Selama setahun penuh ini, Cakra mengikuti arahan Rasen. Ia meminun obat herbal setiap hari tanpa absen, mengikuti terapi pernapasan serta yoga, dan menjaga pola makannya. Semua usaha itu tentu membuahkan hasil, kini penyakit Cakra benar benar sekitar 98% sembuh. Gejala asma saja sudah jarang kambuh, biasanya kambuh sekitar tiga bulan sekali itupun hanya gejala ringan.
Setelah semua itu, Cakra kira ia dapat bebas dari pola hidupnya yang dibuat Rasen itu. Nyatanya, kakaknya masih saja memaksanya untuk melakukan semua itu sampai Cakra jengah sendiri. Selalu saja jika Cakra menolak salah satu pola hidup yang Rasen perintahkan, pasti satu kalimat akan keluar dari mulut Juna,
"Kaaak~ aku cape, hari ini aja ya gak ikut terapi? Plis plis?"
"Kalo kamu gak berangkat berarti kamu gak sayang kakak."
Jadi bagaimana bisa Cakra menolaknya? Itu sangat mustahil karna Cakra terlampau sayang pada keduanya. Jika ditanya apa Cakra muak dengan kakaknya? Tentu tidak karna Cakra paham betul kakaknya melakukan ini karna sayang padanya.
"Oy!"
Cakra terperanjat kaget dan langsung menengok ke samping. Rupa rupanya Chandra yang tadi menepuk bahunya.
"Mikirin apa sih Ra? Gak kesambet kan?"
Sebuah cubitan kecil langsung diterima Chandra di tangan kirinya, pemilik tangan langsung mengerang kesakitan sembari mengusap usap tangannya.
"Kamu yakin mau bolos yoga?" tanya Tirta memastikan dibalas anggukan Cakra.
"Sekali gak papa lah, lagian aku tuh dah sehat loh! Dokter aja bilang aku pasien special yang bisa naklukin penyakit bawaan lahir!" aku Cakra.
"Iya iya, tapi masalahnya kalo si Juna marah gimana? Rasen sih fine paling sedikit kecewa," ujar Tirta dengan pandangan masih tertuju ke Cakra.
"Ah udahlah gak papa sekali doang! Lagian udah keluar juga, ayo ke arcade! Aku mau main game!"
Cakra merangkul kedua pundak temannya dan mengajak mereka ke tempat tujuan dengan perasaan bahagia. Untungnya hari ini Juna dan Rasen ada kegiatan.
"Cakra!"
Aneh, kenapa Cakra mendengar suara tak asing memanggil namanya? Lantas Cakra menengok ke belakang hati hati dan terdapatlah dua sosok pria remaja sedang berkacak pinggang menatap nyalang ke arah Cakra.
Satu yang dapat Cakra lakukan, menyengir. "Hehe, ada kak Juna sama kak Rasen,.... katanya kakak ada kegiatan? Kok gak jadi?"
"Jadi maksudnya karna kakak ada kegiatan jadi kamu bisa bolos yoga terus main ke arcade?" kesal Juna.
Akhir akhir ini Cakra memang jadi nakal, tapi itu kabar bahagia bagi Juna dan Rasen. Akhirnya adiknya itu bersikap layaknya seorang adik.
Cakra membelalak mendengar perkataan Juna, "Oh jadi kalian mata mata nya kak Juna sama kak Rasen?!" Cakra sudah melotot sembari memandangi Tirta dan Chandra.
Bagaimana ini? Sahabatnya saja sudah memihak Juna dan Rasen. Sekarang rasanya Cakra ingin kabur saja.
"Sekali aja loh kak, cuma sekali? Kan Cakra udah sembuh," mohon Cakra.
"Kamu belum sembuh seratus persen ya!"
"Ish loh! Kak Rasen nih aneh, namanya asma mana bisa sembuh total!"
"Nah makanya karna belom sembuh jadi berati sembuhin dulu," timpal Chandra.
"Ikut ikut aja kamu! Udah yok pergi aja!" ajak Cakra yang sudah merajuk.
Namun yang di ajak tatap tatapan kemudian berlari ke samping Juna dan Rasen.
"Gak ah, sana pergi sendiri," ucap Tirta membuat Cakra semakin kesal.
"Tjih! Yaudah aku pergi sendiri!" Cakra sudah mengancang ancangkan tubuhnya ke arah tempat beradanya arcade.
"Oke kalo kamu pergi, kita bakal coret nama Cakra sebagai adek, ya gak kak Juna?"
"Bener bener, jadi sekarang adek Juna Mahendra itu cuma Rasen Maheswara," timpal Juna.
Cakra mencebik dan kembali ke posisi nya yang tadi. Pasrah, sepertinya dia tak dapat melawan kehendak kakaknya.
"Yaudah iya! Cakra ketempat yoga nya," gerutu Cakra.
Cakra berjalan ke arah tempat yoga nya yang agak jauh itu dengan perasaan kesal. Kali ini Cakra benar benar kesal pada kakak nya. Tapi kemudian dari belakang kedua pundaknya di rangkul.
"Yok kakak temenin, sekalian mau ikut yoga sekali kali," kata Juna sembari melakukan pemanasan.
"Loh kan kak Juna sama kak Rasen ada kegiatan?!"
"Enggak, kakak cuma bercanda aja, kakak juga gak mau lah hari minggu ada kerja, kan minggu itu khusus untuk istirahat," ucap Rasen sembari mengusak rambut Cakra sebentar.
"Yaudah kalo gitu kita juga ikut!" seru Tirta.
Tirta dan Chandra sedikit berlari lalu menyamakan langkah kaki kembar tiga. Jadilah mereka berlima berangkat ke tempat yoga.
Selama melakukan yoga, hanya terdengar teriakan teriakan kesakitan dari mereka berempat. Tentu Cakra tak merasa kesakitan lagi karna sudah terbiasa, berbeda dengan empat orang di depannya ini yang sudah teriak teriak karna kakinya di angkat oleh pelatih. Lagi lagi hari membahagiakan seperti ini datang ke hidup Cakra, sedari tadi ia hanya tertawa tawa apalagi saat melihat wajah Juna menahan sakit.
Benar, tidak ada yang tak mungkin di dunia ini. Seorang Cakra yang hidupnya sudah di ujung tanduk saja kini sudah bisa tertawa lepas. Semua itu karna usaha, jadi jangan pernah menyerah walau terlihat tak ada harapan atas apapun. Karna di puncak gunung yang telah kau daki, pasti akan ada pemandangan yang indah.
☆☆☆☆☆Selesai!
Akhirnya selesai juga book nya! Sebenernya tadi nya book ini mau dibuat sad end, tapi setelah dipikir pikir, kebanyakan cerita kaya gini akhirnya sad end jadi Author buat yang agak sedikit berbeda✌Di draf sebenarnya author buat special chapter, tapi mungkin author up nanti kalo semua chapter di book ini udah 20 vote ke atas, hehe😁
Kalo target nya terpenuhi, author bakal langsung publis special chapter nya sekaligus kasih 1 hadiah lagi, kalo penasaran hadiahnya apa, semangat ngevote nya ya👍[Akhir kata, author Na pamit.]
[Bye bye~]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Jarum Jam [END]
Short Story[Biasakan follow sebelum baca! Serta hargai karya Author dengan Voment! Bagi yang mau numpang baca doang, mending gak usah dibaca!!!] Juna ini anak hebat, sedari kecil ia selalu melakukan apapun sendiri tanpa bantuan orang tua. Kasih sayang orang tu...