X

345 30 3
                                    

Sebelum baca jangan lupa tekan tombol bintangnya!!!

Happy Reading
*****

Sunyi, sepi, hening.

Hanya ada langkah kaki perawat serta beberapa wali pasien yang terdengar. Bau obat obatan khas rumah sakit menyeruak membuat orang yang menciumnya pasti tak nyaman.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan namun Cakra belum sadar sadar. Para perawat juga bingung kenapa Cakra masih belum sadar juga.

Setelah kedua orang tuanya keluar barulah giliran Juna dan Rasen yang masuk ke dalam ruang ICU.

Baru masuk, mereka sudah disapa oleh pemandangan adik nya dengan ventilator  yang terpasang di hidung dan mulutnya.

Satu kata yang dapat mewakili perasaan Juna dan Rasen adalah, penyesalan. Mereka benar benar menyesal! Sangat menyesal! Kenapa selama ini mereka tak menyadari keadaan adiknya?

Tangan Juna disematkan di antara jari jemari tangan kiri Cakra. Tatapan nya tertuju pada adik yang kini terlihat begitu lemah.

"Kamu harus sembuh Ra, kamu sendiri yang bilang kalo kamu sembuh keadaan bakal balik kaya sedia kala. Makanya sekarang kamu harus sembuh," gumam Juna.

"Kalo kamu mau ngehukum, hukum nya kak Juna sama kak Rasen aja Ra! Kan kasian temen kamu dan mama papa," timpal Rasen.

Tak lama kemudian, kedua kelopak mata Cakra mulai mengerjap. Lihatlah ikatan saudara kembar! Itu bukan ikatan sembarangan. Sedari tadi Cakra tak sadarkan diri, bahkan mama papa pun tak mampu membuat Cakra sadar. Hanya mereka berdua lah yang mampu, dua kakak kesayangan Cakra.

Cakra tersenyum menatap keduanya dengan tatapan nanar. Rasen membalas senyuman nya, namun Juna malah menangis. Ia meletakan tangan Cakra di keningnya.

"Jangan senyum Ra... tambah sakit rasanya."

"Yang sakit kan aku, bukan kak Juna," jawab Cakra dengan suara lemahnya.

"Sembuh ya? Ntar kakak janji bakal nyayangin Cakra kaya dulu lagi, hm?"

"Kalo gak bisa sembuh gimana?"

"Kata sapa gak bisa?!" pekik Juna dengan mata yang bulat sempurna.

Cakra sedikit tertawa namun rasa sakit kembali datang. Dada nya kembali terasa sesak walau tidak separah tadi. Melihat perubahan ekspresi Cakra membuat mata Juna  dan Rasen membelalak.

"Kenapa?! Ada yang sakit?!"

"Sedikit," balas Cakra.

Juna sudah berdiri hendak memanggil perawat namun lengan bajunya di tarik oleh Cakra. Cakra menggeleng.

"Gak usah, Cakra gak papa kok. Kak Juna sama kak Rasen di sini aja ya? Temenin Cakra."

Tentu mereka berdua mengangguk, selama beberapa menit Cakra kembali tertidur bersamaan dengan mama dan papa yang sudah kembali setelah tadi sempat pulang untuk mengganti baju.

"Juna, Rasen, sekarang pulang aja. Biar mama sama papa aja yang jagain Cakra. Ntar kalian sakit loh, cukup satu, kalian berdua jangan."

Juna dan Rasen terdiam membeku layak tersihir. Apa maksud perkataan tadi? Setelah mengatakan itu, mama masuk ke dalam bersama papa. Juna dan Rasen juga hendak pulang.

Selama berjalan di koridor, mendadak ada seorang dokter menyapa mereka. Mereka ingat! Dia itu dokter yang dulu mama papa nya kenalkan, dokter yang menangani persalinan mama saat melahirkan kembar tiga.

Mereka bertiga itu lahir prematur, entah karna masalah apa dulu, mereka ingat bahwa mama melahirkan mereka dengan proses caesarea dan dokter ini lah yang membantu.

Tiga Jarum Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang