HAPPY READING
*****Sudah cukup menyelidikinya, Rasen kini semakin curiga dengan keadaan Cakra. Beberapa minggu yang lalu, Rasen yang menjauh dari Cakra, tapi akhir akhir ini Cakra nampak benar benar ingin menjauh dari mereka.
Hari ini, Rasen pulang cepat karna tak ada ekskul tambahan. Tak ada orang sama sekali di rumahnya, Juna latihan paskib, dan sedengarnya tadi Cakra ada latihan band.
Ini kesempatan bagi Rasen untuk mengobrak abrik kamar Cakra. Dengan penuh hati hati, ia masuk dan menutup pintu karna takut Cakra tiba tiba muncul.
Satu yang dapat Rasen simpulkan saat masuk ke kamar Cakra, hawanya persis rumah sakit. Bau obat bertebaran di mana mana, kenapa ia baru sadar sekarang? Terakhir kali masuk ke sini ia tak berpikir sampai begini, mungkin kali ini karna ia mulai takut.
Jujur Rasen itu sedikit takut pada Cakra, dan sekarang di tambah bau obat obatan di mana mana membuatnya semakin takut, dia takut adiknya benar benar akan pergi.
Sekilas pikiran itu melintas, Rasen langsung ambil fokus kembali agar tak memikirkan hal yang aneh aneh.
Tangan Rasen di julurkan untuk membuka laci dan melihat banyaknya obat obatan serta inhaler di dalamnya.
Ada beberapa macam mulai dari kortikosteroid, bronkodilator, cromoly, theophylline, dan tablet steroid. Semua itu masing masing satu botol.Pikiran itu terlintas lagi di benak Rasen. Rasen itu anak IPA, dia tahu semua obat obat ini, ia juga memang belajar segala sesuatu tentang asma. Sebenarnya awal mula Rasen suka IPA juga karna Cakra, ia awalnya hanya belajar tentang asma, namun kelamaan ia jadi semakin suka pada IPA.
Laci kedua ia buka, matanya terbelalak melihat isinya. Itu tezspire, ada beberapa jarum suntik juga. Obat itu di gunakan untuk penderita yang mengalami asma kronis. Sebenarnya sebanyak apa yang Cakra sembunyikan darinya.
Entah rasa apa ini, mendadak dada Rasen menjadi sesak. Ia mengusak kasar rambutnya dan membuang muka dari laci di hadapanya itu. Pandangannya ia alihkan dengan mata yang tertutup. Secara tak sengaja matanya menatap kalender di dekat pintu.
Rasen mendekat ke depan kalender, di setiap bulan ada lingkaran merah empat. Setiap seminggu Cakra menuliskan 'konsultasi' kenapa Rasen baru sadar?
Ia cepat cepat membuka laci nakas di samping kasur Cakra. Di situ banyak sekali kertas bekas konsultasi, kertas kertas itu bertuliskan sama, tak ada perubahan dari Cakra, malah di beberapa kertas di cantumkan bahwa penyakit Cakra semakin parah.
Tunggu, ada yang janggal. Kenapa kertas konsultasi sebulan ini tidak ada? Pikiran nya semakin kacau namun ia terus berusaha berpikir positif.
"Ah, mungkin di sembunyiin sama dia, Cakra kan rajin, dia gak mungkin gak konsultasi."
"Enggak, mungkin karna hasilnya membaik jadi dia sembunyiin ya? Untuk kejutan ke mama papa."
Entahlah, Rasen terus berbicara positif padahal jelas pikirannya kacau balau. Ia terus menyangkal kenyataan dan memilih pergi dari kamar Cakra dengan selembar kertas konsultasi.
Nanti ia berniat akan menemui dokternya bersama Juna, ia tak berani ke sana sendiri, ia takut yang ada di pikirannya benar.
***
Tepat setelah Rasen pergi dari kamar Cakra menuju dapur, dari kedua mata Rasen ia melihat Cakra yang baru pulang dengan tas ransel nya serta wajah lusuh nya.
Sepertinya Cakra tak melihat keberadaan Rasen, jadi kini Rasen diam diam mengintip Cakra dari balik dinding dapur.
Cakra duduk di sofa ruang tengah dan menjatuhkan punggungnya ke belakang dengan tangan memegangi dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Jarum Jam [END]
Historia Corta[Biasakan follow sebelum baca! Serta hargai karya Author dengan Voment! Bagi yang mau numpang baca doang, mending gak usah dibaca!!!] Juna ini anak hebat, sedari kecil ia selalu melakukan apapun sendiri tanpa bantuan orang tua. Kasih sayang orang tu...