19

8 1 0
                                    

"Baguss... Calon- calon pelakor nih", ucap Bella yang melihat Lana yang baru sampai di rumahnya.Kepulangan Lana di sambut oleh Zehan dan Bella.

" Anak gak tau diri, bisa- bisa nya keluyuran dulu apalagi sama tunangan saudara tirinya", Zehan yang melihat kepulangan Lana langsung menampar pipinya Lana dengan sangat keras.

"Maksud papa apa pa, Lana pulang lambat karena Lana ada belajar tambahan pa,Lana gak pernah keluyuran seperti yang papa katakan pa",ucap Lana sambil memegang pipinya yang merah dan terasa panas ulah tamparan dari papa nya tadi.

"Terserah apa kata mu,bener kata Almira ternyata kalau kamu itu emang wanita gak bener, saya sudah jodohkan kamu dengan Aiman tapi kenapa kamu malah mengganggu tunangannya kakak mu", Zehan lalu memegak lengan Lana erat tetapi Lana dengan mudah melepaskannya.

"Pa... Kenapa papa ngomong gitu pa, aku anak papa kenapa papa lebih percaya Almira pa",Lana menangis sejadi- jadinya karena ada rasa yang sangat sakit di dalam hati Lana mendengar kan ayah kandungnya sendiri merendahkan nya dan mengatakan Lana wanita gak bener.Rasa sakit itu bukan berasal dari dirinya tapi dari hati seseorang yang badannya sedang di tempati olehnya.

"Bagaimana saya tidak percaya kalau nyatanya saya melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri kalau kamu menggoda tunangannya Almira kakak mu"

"Tapi Lana gak pernah goda Dayyan pa, Dayyan yang sengaja memberikan Lana tumpangan karena-", perkataan Lana di potong oleh Zehan.

" Diam kamu, saya muak mendengar kan suara mu, kalau kamu bukan di titipkan oleh orang yang saya cintai mungkin sudah lama saya bunuh kamu"Zehan pun menarik rambut Lana dengan sangat erat tetapi Lana langsung melawannya.

"Kalau papa mau bunuh Lana, bunuh aja pa biar papa senang, Lana juga capek di perlakuan tidak adil pa"

"Dan satu lagi, kenapa kamu tega menfitnah kakak mu?, kenapa kamu fitnah Almira menyakiti kamu sampai tangan dan lututmu terluka? "

"Aku gak pernah fitnah Almira pa, aku bahkan tidak pernah mengatakan pada siapapun siapa yang menyebabkan aku terluka"

"Kalau mulut kotor mu tidak berbicara bagaimana caranya Almira yang di fitnah melukai mu"

"Asalkan papa tau, yang bikin aku luka gini adalah istri papa itu, dia yang sengaja mendorong aku"

"Yaampun... Lana, kenapa kamu malah menfitnah mama nak, mama gak pernah mendorong kamu"

Plakk

Kembali terdengar suara tamparan, tamparan tersebut sekarang di berikan oleh Lana kepada ibu tirinya.

Tamparan tersebut hanya di lihat oleh ayahnya.

"Bi, saya gak tega liat non Lana di kasarin lagi bi, apalagi bibi dan saya sama- sama tau kalau non Lana itu memang di dorong oleh bu Bella bi", ucap kang asep pada bi Ningsih.

" Jangan kang, nanti non Lana makin di siksa sama mereka kang"

"Tapi saya sudah tidak tahan melihat nya bi, semenjak bu Bella datang kerumah ini semuanya jadi berubah dan saat itu pun saya sudah gak suka liat nya , semasa bu Dara masih hidup saya melihat langsung kalau bu Bella ini sengaja mendekati pak Zehan, bu Bella selalu beralasan ingin bertemu bu Dara yaitu sepupunya sendiri, padahal semua itu ada maksud lainnya bi", jelas kang Asep pada bi Ningsih.

"Kurang ajar ya kamu sekarang berani- beraninya nampar mama kamu,Siapa lagi yang bakalan kamu fitnah, kalau kamu terluka karena ulah mu sendiri jangan pernah menuduh orang lain apalagi menfitnah mereka, saya gak pernah ngajarin kamu kurang ajar begitu", marah Zehan pada Lana. Zehan ingin menampar Lana tetapi di halangi oleh Bella.

"Emang iya papa gak pernah ngajarin Lana berbuat begitu, bahkan papa gak pernah ngajarin apapun pada Lana, papa memiliki Lana sebagai anak saja papa sering lupa"

"Sudah cukup kamu menjawab perkataan saya", teriak Zehan. Ingin sekali rasanya dia menampar dan menendang tapi Lana sudah cukup pintar untuk menangkis semuanya.

"Maaf Pak, maaf saya lancang berbicara, kalaupun habis ini bapak bakalan mecat saya dari sini saya terima dengan lapang dada pak tapi izinkan saya berbicara dengan jujur terlebih dahulu pak,saya melihat langsung siapa yang mendorong Lana tadi pagi pak, saya melihat ibu Bella lah yang mendorong Lana dengan sengaja", kang Asep memberanikan dirinya untuk berbicara langsung dengan pak Zehan. Bi Ningsih yang melihat kang Asep berbicara hanya melihatnya dari jauh.

"Pak Asep kenapa nuduh saya juga pak, kenapa semua orang menyalahkan saya", Bella yang mendengar kan perkataan kang Asep langsung meninggalkan mereka semua dan menuju ke kamarnya dengan tangan yang terus memegang pipinya karena perih di tampar oleh Lana.

"Sini kamuuu", Zehan menarik tangan Lana dengan paksa menuju kamar tidur miliknya Lana. Zehan tidak menanggapi perkataan dari kang Asep, sedangkan kang Asep hanya diam melihat Lana di tarik paksa oleh Zehan, kalaupun kang Asep kembali membela Lana tentunya benar yang dikatakan oleh bi Ningsih kalau mereka akan semakin menyiksa tubuh kecil dari Lana.

***

Sesampainya di dalam kamar, Zehan menarik tangan Lana untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Tubuh Lana tidak cukup kuat untuk menahan tarikan dari papanya.

Zehan memasukkan kepala Lana ke dalam bak mandi dan menahannya beberapa saat, lalu Zehan mengambil air dan menyiram tubuh Lana. Cuaca sangat dingin karena di luar sedang hujan deras dan juga angin kencang, dan Zehan dengan sengaja menyiram anak gadisnya itu dengan air bak yang sangat dingin.

"Pa.. Cukup pa, Lana dingin pa", ucap Lana dengan bibir yang bergetar menahan rasa dinginnya.

Zehan tidak menghiraukan perkataan dari Lana, Zehan dengan semakin gila menyiram kan air dingin tersebut ke tubuhnya Lana.

" Kepala Lana sakit pa", ucap Lana dengan suara yang sangat lemah.

Lana mengusap wajahnya yang basah, ternyata tanpa Lana sadari tangannya terdapat banyak cairan merah. Darah tersebut keluar dari hidungnya Lana.

"Ckkk"

Suara tersebut keluar dari mulut Zehan, Zehan yang melihat Lana mimisan langsung menghentikan perlakuannya tadi pada Lana. Zehan keluar dari kamar Lana, disana sudah ada bi Ningsih yang sengaja menunggu Lana dari luar.

"Urus dia bi", ucap Zehan pada bi Ningsih lalu meninggalkan kamar tersebut.

"Baik Pak", bi Ningsih langsung memasuki kamar lana tanpa menunggu Zehan pergi terlebih dahulu.

"Yaallah.. Non, hidung non Lana berdarah non", bi Ningsih langsung menghampiri Lana dan membantu Lana untuk keluar dari kamar mandi.

"Iya bi, Lana pusing bi"

"Badan non dingin banget non, bibi panggilkan dokter kesini ya non"

"Ga usah bi, Lana cuman butuh istirahat bi"

Setelah membantu Lana menggantikan pakaian, bi Ningsih langsung membuat teh hangat dan juga membawa kan Lana sepiring nasi untuk makan malamnya.

Setelah makan, bi Ningsih kembali menyelimuti Lana dengan selimut yang berlapis-lapis, bi Ningsih juga menggunakan selimut nya sendiri untuk lebih menghangatkan tubuhnya Lana.

"Kelemahan gua cuman gak bisa dingin begini, untung gua gak sampai pingsan" Ucap Lana di dalam hatinya.

who is Lana? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang