"Masuk!" titah Arson mempersilahkan Devon untuk masuk ke dalam apartment miliknya setelah dia selesai membuka pintu menggunakan sandi.
Devon menuruti tanpa berkata apapun. Dengan tenang, dia melepas sepatunya dan diletakkan di rak dekat pintu kemudian melangkah lebih jauh lagi masuk ke dalam apartment itu. Langkahnya berhenti di dekat sofa yang berada di ruang tengah, dia berbalik, melihat ragu-ragu pada Arson. "G-gua boleh duduk sini?" tanyanya sambil menunjuk sofa tersebut.
Arson hanya menatapnya, lalu mengangguk sekilas. "Lo kalo mau langsung mainin mobilannya, mainin aja! Gua mau ambil minuman dulu. Kayanya gua masih punya satu kotak chocopie, lu mau?"
Mendengar kata kue cokelat kesukaannya disebut, mata Devon langsung bergerak membesar dengan binar senang yang terlihat jelas. Dia mengangguk semangat. "Mau, mau. Apa boleh Devonnya minta chocopie satu?" tanyanya sambil mengangkat jarinya sesuai angka yang dia sebutkan.
Arson tertawa, kemudian mengangguk lagi. "Boleh. Tunggu ya gua ambilin dulu! Lo langsung mainin mobilnya aja disini" kata Arson sebelum akhirnya menghilang di balik tembok yang menjadi pembatas antara ruang tengah dengan dapur.
Devon awalnya hanya duduk diam di sofa dengan kantung berisi mobil mainan yang masih berada dalam pelukannya. Matanya bergerak menelusuri setiap sudut ruangan untuk mengusir rasa bosan, menunggu Arson kembali sambil sesekali menggoyang kakinya yang tidak menyentuh lantai dengan sempurna. Namun, akhirnya dia terdistrak oleh benda yang dia peluk. Dia mulai mengintip ke dalam kantung tersebut, melihat mainan yang ada di dalamnya. Setelah berusaha bersabar, dia memilih untuk mengeluarkan kotak berisikan mobilan itu.
Devon meletakkan mobilan itu di lantai, sementara tangannya menggenggam sebuah remot pengendali. Ibu jarinya bergerak perlahan menekan tombol pada remot. "Waw..." Seketika matanya langsung membulat takjub saat melihat mobil yang berada di bawah sana bergerak maju.
Devon mulai sibuk dengan dunianya sendiri, asik bermain dengan mobilannya tanpa sadar jika di sudut sana ada orang yang dengan serius memperhatikan setiap gerakannya.
Arson tidak bisa menahan senyumnya. Matanya tidak lepas melihat keceriaan Devon yang dengan lincahnya berlari mengikuti gerakan mobil yang dia kendalikan menggunakam remot.
Arson merasa gemas melihat tingkah Devon yang begitu polos. Posisi Devon telah berganti jadi merangkak di lantai sambil sesekali dia menirukan suara mesin dan klakson yang lucu. Arson hanya bisa tertawa melihat aksi gemas cowok itu.
Arson mengambil langkah mendekat, meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja kecil, lalu mendudukan dirinya di sofa. "Mobilnya bagus?" tanyanya.
Devon sedikit tersentak, tapi dia segera tersenyum lebar dan menjawab dengan antusias. "Bagus banget. Liat nih, mobilnya bisa melompat tinggi banget tau!" serunya sambil menunjukkan mobil remote controlnya yang meloncat kecil di atas lantai.
Mendadak Arson merasa hatinya menjadi hangat melihat Devon yang begitu senang. Devon terlihat sangat bahagia hanya dengan hal yang begitu sederhana.
"Keren kan mobilnya, Arson?" tanya Devon sambil menatap ke arah Arson.
"Iya keren. Lo suka?"
Devon mengangguk semangat. "Suka banget. Ini bagus. Makasih ya Arson, udah beliin ini buat Devon. Nanti kalo Devonnya punya uang, bakal Devon ganti. Janji"
"Gausah di ganti. Gua gak perlu"
Devon mengkerutkan alisnya bingung. Dia memiringkan kepalanya sedikit, lalu menjentikkan jemarinya. "Oh, iya juga ya... Arson kan udah punya semuanya. Jadi Devonnya harus ganti pake apa dong?" tanyanya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Innocence [END]
Teen FictionSinister Series : 2 Sebelum membaca cerita ini, disarankan untuk melihat bio di profil lebih dulu!! Devon Abimana, ketua dari geng Alter, bertemu dengan Arson Juliard, yang merupakan anggota geng musuh. Arson yang saat itu tergerak membantu Devon me...