Chapter 34

27.7K 1.1K 179
                                    

3 Tahun Kemudian

"Yuca! Terima kasih sudah melindungiku hari itu. aku tidak pernah tahu apa alasanmu memilih untuk menyelamatkanku. Tapi, apapun itu. aku tidak akan pernah melupakan uluran tanganmu ketika itu. selamanya ,,,selamanya aku akan mengingatnya"

Saat ini aku berada di makam Yuca. Dengan gaun pengantin putih panjang yang ekornya menjuntai panjang beberapa meter kebelakang. bahu terbuka dan tiara yang tersemat di rambutku yang di tata dengan rapi. Tidak pernah kubayangkan, akhirnya aku menikah di usia ku yang ke 25.

Cain menceritakan padaku bahwa Awalnya Cain merencanakan pernikahan kami dalam waktu 3 bulan setelah dia membaik. Saat itu Cain sedang dalam tahap emosinya tidak stabil. Pikirannya tidak dapat menangkap logika. Saat itu dia sedang sangat ketakutan. Dan dia berharap dengan perencanaan pernikahan kami, dia berharap aku akan bangun.

Meskipun begitu. Aku tidak pernah bangun. Lucas mengatakan padaku, bahwa Cain menungguku selama berhari-hari di altar. Sampai bunga membusuk. Seluruh hiasan rusak. Namun aku tidak pernah datang.

"aku seperti melihat Cain kehilangan jiwanya saat itu. dia terduduk di altar. Apapun yang kami lakukan dia tidak mau bergerak. Setelah itu sesuatu pada diri Cain berubah. dia menjadi tidak terjangkau oleh siapapun" kata Lucas pada suatu hari.

Tepatnya selama 3 tahun 2 bulan lebih aku terbaring koma di rumah sakit. Para dokter bahkan kedua orang tuaku sudah berhenti berharap. Mereka menyerah. Dan pasrah jika aku tidak pernah sadar lagi. tapi, hanya satu yang tetap memanggil nama ku dengan putus asa. Suara yang selalu ku dengar ketika aku berada di dalam mimpi yang sangat panjang dan nyaman hingga sangat enggan bagiku menyahut panggilan mereka.

Cain, selalu meratapiku denga suara yang paling sedih yang pernah kudengar. Ketika dia mengucapkan "aku mecintaimu" seolah kata –kata itu tidak pernah sampai seberapa banyakpun dia mengucapkannya. Mendengar dia betapa putus asanya memintaku untuk bangun. Suaranya tidak terpenah terhenti selama tiga tahun itu. tidak dapat kubayangkan. Betapa hancurnya dia selama itu? betapa tersesatnya dia selama aku terbaring tak berdaya.

Kupikir aku akan selamanya berada di dalam mimpi itu. perlahan-lahan melupakan segalanya. Tapi suatu hari teriakan Cain. teriakannya yang terdengar begitu jauh dan begitu pilu bagaikan lolongan kesedihan yang tidak tergambarkan oleh kata-kata dan tangisan itu membangunkanku.

Butuh beberapa bulan lagi bagiku untuk kembali normal setelah koma selama itu. tidak mudah untuk kembali seperti semula. Reina yang kuat. Reina yang lebih sering menggunakan tinju daripada mulut. Reina yang terlebih dahulu menggunakan tendangan baru bicara. dan Reina yang selalu melempar diri ke dalam masalah hanya untuk menghilangkan kebosanan.

Berkali-kali aku harus kembali di larikan ke UGD karena jantungku yang melemah. Karena nafasku yang tidak teratur. Dan karena kepalaku yang mengalami pendarahan dalam. Aku menderita. Dengan rehabilitas. Dengan obat-obatan. Aku muak! Muak dengan bau rumah sakit. Muak untuk terus berjuang.

"TIDAK! AKU TIDAK INGIN OBAT-OBATAN LAGI! AKU MUAK. SANGAT MUAK" teriakku setiap kali para dokter menyuntikku obat dan rehabilitasi.

"Reina. ibu mohon. Lakukan apa kata dokter" ucap ibuku menenangkanku yang sedang mengikuti rehabilitasi.

"Reina! bertahanlah. Hanya sebentar saja" sambung ayahku berjongkok di hadapanku.

"tidak bu! Aku lelah. Aku sudah tidak kuat lagi" isakku menangis.

Setiap kali, hal itu terus berulang, sampai Cain menghambur masuk ke dalam ruangan memelukku seraya memohon berkali-kali.

"aku mohon Reina. cobalah berjuang sedikit lagi. hanya,,,sebentar lagi!" katanya menatapku dan air mata mengalir di pipinya. "lakukan untukku" sambungnya.

Lies & KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang