Chapter 12

14.9K 932 3
                                    

Ketika sampai di rumah, waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Aku berdiri di depan pintu. Ragu-ragu. Apa mungkin ibuku atau Freija masih bangun? Mungkin saja mereka sudah tidur. Lalu bagaimana aku akan masuk? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat di pikiranku selama aku memelototi pintu. Lalu aku hampir saja kena serangan jantung karena suara ibuku.

"sampai kapan kau akan berdiri di depan pintu REINA JACKSON!?" tanyanya memanggil lengkap namaku.

Oh! Bukan pertanda baik. Ibuku hanya memanggil nama lengkap ku ketika dia sangat-sangat marah. Marah sampai dia ingin meneriakiku tapi tidak bisa melakukannya karena dikuasai oleh amarah.

Perlahan-lahan aku membuka pintu. Mendorongnya sepelan mungkin, diikuti dengan deritan kecil. Satu-satunya suara yang memecahkan keheningan saat ini.

Aku terkesiap. Ibuku berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Di sebelahnya Freija seperti sudah siap menjabak rambutku untuk membuatku lebih rasional lagi. yang mungkin saja aku membutuhkannya. Diikuti dengan Rion yang tersenyum padaku, senyuman yang menenangkan. Dan Egan,,well Egan, dia terlihat cukup marah. Melihatku dengan dingin. Serta semburat khawatir. Setelah memandangiku dari atas sampai bawah seperti ingin mengkonfirmasi sesuatu dia terlihat lebih rileks.

"bisakah kau menjelaskan apa yang kau laukan malam ini?" tanya ibuku dingin. Tenang. Ketenangan sebelum badai.

Aku bingung. Apa yang harus kujelaskan? Haruskah aku katakan, oh mom. Aku pergi memastikan Cain tidak melakukan hal yang lebih gila sekedar menjadi stalkerku. Atau oh mom, kau tahu? Aku menghabiskan malam yang paling menyenangkan bersama seorang lelaki. Dia menyentuhku dengan lembut. Mengecup tanganku. Kemudian memelukku. Oh! Dan yang paling menyenangkan? Dia mencium leherku mom. Sedikit lebih lama dari yang seharusnya.

Haruskah kukatakan itu? berani taruhan. Ibuku langsung menguburku hidup-hidup setelah mendengarnya.

"umm,,aku,,begini, sebanarnya aku,,umm" kataku terbata-bata kehilangan kata-kata. Semakin bingung ingin menjawab apa? Oh ayolah Reina. Pikirkan sesuatu. Tentu saja yang tidak membuat ibumu mengulitimu hidup-hidup.

Ibuku tidak bergerak. Masih menatapku dengan tatapan memangsanya yang kapan pun siap menyerangku. Dan Freija? Dia tidak membuat keadaan lebih baik. Wajahnya memerah oleh marah. Jelas sekali dia sangat sulit mengendalikan dirinya.

"aku hanya ingin berbicara dengannya. Memintanya untuk berhenti mengikutiku." Lanjutku memberitahu. Meringis melihat reaksi mereka.

Ibuku menyipitkan matanya. mencari-cari kebohongan. aku tidak berbohong. Pada awalnya aku hanya ingin berbicara dengan nya meminta dia menghentikan obsesi konyolnya. Tetapi apa yang bisa kulalukan? Ternyata semua itu berubah ke arah yang tidak kuduga. Atau aku mungkin saja telah menduganya. Aku hanya penasaran dengannya.

"apa yang kau bicarakan selama 8 jam tepatnya? Apa sangat menyenangkan pembicaraannya sampai kau lupa waktu?" tanya ibuku lagi dengan nada megintrogasi.

"tidak juga. Hanya saja terlalu banyak hal yang harus kami bicarakan mom." Kataku mulai kesal.

"begitu kah? Memangnya sampai membutuhkan 8 jam hanya untuk berkata "enyah dariku dan berhenti mengagguku" kemudian pergi dari nya secepat mungkin. Untuk kata-kata seperti sampai membutuhkan 8 jam? Peringatan macam apa yang sebenarnya kau berikan?" sergah Freija tajam.

"hmm, awalnya aku ingin melakukan itu. kau tahu bukan? Dengan gaya ku. Mengumpat kemudian menendang kemudian lari. Tapi tentu saja aku tidak melakukan salah satu dari itu. aku tidak ingin membuatnya marah dan semakin memberi dia alasan untuk mngejarku" sahutku membela diri.

"kenapa? Kau bahkan tidak pernah peduli sebelumnya. Kau tidak peduli siapa yang kau tendang meskipun itu gangster. Kenapa sekarang kau ragu? Kenapa kau tidak bersikap seperi layaknya dirimu Rei?

Lies & KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang