respectful

748 185 24
                                    

"Kau tidak ada cita-cita untuk pulang?" Jisoo menendang pelan kaki Lisa yang sedang bermalas-malasan di atas sofanya sembari mengunyah keripik dan menonton televisi.

"Sebentar lagi filmnya habis."

PIP.

Pun sang pemilik tempat segera mematikan benda pipih berukuran tiga puluh inci itu. Ia melipat tangannya di depan dada sembari menatap sang kawan heran, "Ini hampir jam dua belas. Bukankah baru kemarin kau berjanji pada suamimu untuk tidak pulang di atas jam sepuluh?!"

"Hei, kau pikir Jaemin akan pulang malam ini? Menurutku, ia akan bermalam di tempat Yujin. Kau tidak lihat bagaimana–ARGH!" Lisa mengeluh kesakitan saat Jisoo memukul kepalanya dengan bantal sofa yang keras.

"Dasar sinting. Kau benar-benar mendukung skenario suamimu untuk selingkuh?? Bahkan pernikahan kalian belum ada satu bulan!"

"Ya! Sakit tahu!"

"Orang sakit sepertimu memang pantas disakiti agar sadar! Mereka memang terlihat serasi saat bersama, tapi istrinya kan, kau! Marah sedikit dong!"

"Marah untuk apa?? Mereka hanya berbicara! Apa kau menyaksikan mereka sedang berciuman saat sedang di cafe tadi? Tidak, kan? Kau jangan berburuk sangka, Jisoo-ssi!"

Jisoo kembali melempar bantal kerasnya yang memang sering digunakan untuk menyadarkan Lisa, "YAA!! Siapa yang berburuk sangka??! Siapa yang baru saja mengatakan jika suaminya bermalam di tempat wanita itu?!"

Lisa, berlari ke belakang meja makan sembari mengambil tas dan jaketnya. Wanita itu terkekeh polos sembari memperlihatkan pose mohon ampun kepada Jisoo, "Sabar. Sabar. Kenapa kau yang marah, sih? Istrinya kan aku."

"Karena kau bodoh! Aku tahu kau kalah telak dibandingkan wanita itu. Bahkan dadamu seperti baru berkembang jika dibandingkan dengan Ahn Yujin. Sangat terbanting."

"YAAA!!!"

"Kenapa kau tidak coba menggodanya saja, sih? Buat ia menyukaimu dengan cara– YAAA AKU BELUM SELESAI BICARA!!!"

Lisa sudah terlebih dahulu melarikan diri. Wanita itu berhasil keluar dari tempat Jisoo dengan barang-barangnya yang sudah digenggaman.

Ia berdecak kesal. Padahal ia berniat menginap di tempat Jisoo. Lagipula ia sudah izin kepada sang mertua meski tak izin kepada suaminya.

Yah, jujur saja. Lisa dan Jaemin jarang berkirim pesan. Hampir tidak pernah malah. Mereka tak ada kepentingan. Dan tak saling butuh juga. Satu-satunya kebutuhan mereka ya kebebasan ini.

Berjalan di tengah malam begini, tak mungkin Lisa dapatkan jika masih tinggal bersama sang bibi. Jika berani, mungkin punggungnya akan lebam-lebam karena dipukuli.

Perjalanan dari apartmen Jisoo ke rumah keluarga Na memakan waktu tiga puluh menit lebih sedikit jika ditempuh dengan taxi.

Saat memasuki teras, Lisa meregangkan otot lehernya yang tadi sempat dipukul Jisoo. Wanita yang berjalan lemas karena di usir sang kawan itupun berjalan dengan surai yang terurai indah. Ikat rambut yang mencepol rambutnya pasti jatuh di tempat Jisoo saat ia berusaha menghindar.

Seperti biasa, sebelum masuk ke kamar, Lisa akan mampir ke dapur terlebih dahulu.

Ia bersenandung saat membuka pintu lemari pendingin yang menyediakan banyak variasi minuman.

Pilihannya jatuh pada susu almond yang nampak menggiurkan. Pun Lisa segera menyeruputnya sembari berjalan menuju kamar tanpa memikirkan apapun.

Lisa sedikit awas dengan lampu kamarnya yang nampak menyala dari ventilasinya.

Eh? Masa aku tidak mematikan lampu kamar saat keluar tadi?

Wanita itu segera memutar kenop pintu dan mendapati kamarnya yang terang benderang. Sepertinya Lisa tak menyadari situasi ini saat memasuki pekarangan tadi.

PlötzlichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang