countermoves

820 194 64
                                    

Rampung dengan make up dan pakaiannya, Lisa memasuki sebuah set ruangan yang memiliki berbagai panel di dalamnya.

Semua orang berkumpul dan terlihat sibuk dengan persiapan mereka. Sementara itu, tangannya telah berubah suhu sebab gugup mulai hadir menggerayangi.

Ia memang tak jarang di sorot banyak kamera serta lampu flash ketika diwawancara ataupun menghadiri konferensi pers novelnya yang difilmkan.

Hanya saja, ini jelas berbeda. Dirinya harus berakting di depan orang-orang ini??

"Suamimu disana." Ucap Junho yang menyadarkan bunga lamunan Lisa. Pun maniknya mengikuti arah telunjuk lelaki itu dan segera menangkap sosok yang beberapa hari ini sulit sekali untuk diajak bicara.

Na Jaemin, sedang duduk di atas sofa yang terlihat seperti sebuah set ruang santai. Ia tengah berbincang dengan beberapa orang sembari melihat lembaran putih di tangannya. Seperti Lisa, pakaian yang lelaki itu kenakan hanyalah pakaian casual sebab temanya memanglah demikian.

"Halo, kakak ipar." Ditengah hiruk pikuk, Haechan menyapa dan membuat pandangan Lisa teralih begitu saja. Ada Renjun yang juga sedang tersenyum di belakangnya.

"Oh, hai."

"Meski kami tak masuk storyline, tapi kami datang untuk menonton."

Lisa ber-ah ria tanpa suara, "Ini kalian serius akan tetap memakaiku? Bagaimana jika hasilnya mengecewakan?"

"Ah, tidak. Aku yakin hasilnya akan bagus. Noona kan sudah sering masuk televisi."

"...Itu jelas berbeda." Panggah Lisa dalam mimiknya yang serius.

"Tidak usah gugup, aku yakin Jaemin dan para kru mampu membuat noona berakting dengan santai."

Lisa hanya tersenyum getir. Semua orang seakan menaruh ekspektasi tinggi pada dirinya karena bualan Na Jaemin. Dan tentu saja Lisa sedikit tertekan karenanya.

"Noona sudah dengar lagu final kami?"

Tentu belum. Jaemin bahkan enggan bicara dengannya akhir-akhir ini, "Di hari aku melakukan rekaman, Jaemin segera memperdengarkanku demo lagunya saat ia pulang. Pendapatku masih sama, lagunya bagus."

Lelaki berkulit tan itu tersenyum setuju, "Itu lagu buatan Jaemin. Asal noona tahu, pada awalnya kami akan menggunakan lagu lain sebagai tittle tracknya. Tapi pada suatu malam, Jaemin datang membawa lagu baru. Dan kami semua segera menyukainya saat pertama kali diperdengarkan."

Pun Lisa menghela nafas seperti sungkan untuk berucap, "Yah, aku tak tahu jika Jaemin berbakat."

"Noona juga. Terima kasih sudah hadir dan menginspirasi Jaemin untuk membuat lagu sebagus itu."

Lisa terlihat mengerutkan kening, "Inspirasi? Inspirasi apanya?"

"Iya. Lagu itu, untuk noona."

Tak ada yang mampu membuat perut Lisa tergelitik hingga tertawa kering seperti kalimat yang baru saja ia dengar, "Kurasa kalian salah paham."

Renjun menggeleng tak setuju, "Ini benar. Jaemin jadi lebih produktif setelah menikah."

"Tentu saja. Karena ibu sudah tak membatasinya dalam berkreasi." Ia setuju untuk menikahiku karena alasan itu, "Jika membicarakan inspirasi, bukankah Ahn Yujin lebih pantas untuk di representasikan dalam gambaran lagu itu?"

Haechan beserta Renjun terdiam di tempat sebelum salah satunya berucap, "Ahn Yujin?"

Lisa tak pernah mengangguk seyakin ini.

"Tidak. Tidak." Ucap Haechan dan Renjun hampir bersamaan, "Asal noona tahu, she's got that large and bright eyes." Haechan menunjuk mata Lisa, "A mole right above her collarbon." Dan kemudian beralih pada tahi lalat di leher wanita itu, "Bukankah seharusnya lirik ini cukup jelas?" 

PlötzlichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang