"Tanda tangan." Jaemin menyerahkan sebuah pena ke arah Lisa yang duduk menatap selembar kertas digenggamannya.
"Apa ini?"
"Biaya ganti rugi karena sudah merobekkan bibirku disaat penting seperti ini. Cepat tanda tangan."
"Bibirmu robek tapi masih bisa bicara secepat itu."
Jaemin tak mengindahkan ejekan Lisa. Lelaki itu semakin mendekatkan pena ke arah sang istri seakan tak puas dengan jawabannya.
"Eh tunggu, biarkan aku membacanya dulu. Bisa jadi kontrak ini merugikanku."
Ia terdiam sebelum meremas kencang pena yang tak kunjung diambil Lisa. Dengan segera, Jaemin berjalan ke arah wanita itu dan berdiri tepat di belakangnya. Dagu Jaemin menempel pada puncak kepala Lisa sementara tangannya yang lain mengarahkan wanita itu untuk menggenggam pena seperti guru yang mengajarkan muridnya menulis pertama kali.
"Kontrak ini hanya mengatakan bahwa kau setuju untuk memberi biaya ganti rugi. Tak ada yang hilang dari dirimu kecuali waktu." Bisik lelaki itu, "Cepat tanda tangan."
"Ah, tidak mau. Ini sangat mencurigakan."
Jaemin menutup matanya sebelum menghembus kesal, "Cepat tanda tangan atau aku akan menciummu disini."
Lisa mengernyit. Ia yakin Jaemin hanya menggodanya hingga berani mengucap kalimat menggelikan seperti tadi, "Cium saja. Nanti kubalas dengan beringas. Paling juga kau yang malu karena sudah macam-macam di tempat umum." Tantang Lisa dengan tatapan tajamnya yang sedemikian rupa. Meski tentu saja ia hanya bercanda.
"Oi oi apa kalian lupa jika aku ada disini?" Junho, sang manajer yang juga hadir di dalam ruangan itupun segera mengetuk meja lebar dihadapannya. Namun apa daya, pasangan suami istri itu seakan tak mengindahkan ucapannya katena sibuk melontarkan tatapan tajam penuh ancaman.
Jaemin terdiam. Keningnya berkedut saat mendengar jawaban Lisa, "Kau menantangku? Baiklah." Pun lelaki itu sudah memutar kursi Lisa untuk menghadapnya. Sementar Junho semakin berteriak geli di tempatnya.
"Renjun. Menurutmu bagaimana tanggapan Renjun jika melihat kita bermesraan disini?" Jaemin berbisik di telinga Lisa dan meyakinkan jika sang manajer tak mendengar hal itu.
Eh?
Tanpa diduga -dengan segera, Lisa meraih pena yang masih ada di genggaman lelaki itu dan mendorong Jaemin kemudian. Tanpa dibaca, tanpa berpikir dua kali, pun Lisa segera menandatangani kertas yang berisikan rentetan alphabet di hadapannya.
Jaemin yang menatapnya pun semakin tak percaya dengan tingkah wanita ini. Bisa-bisanya Lisa takut ketahuan lelaki lain jika tengah bermesraan dengan suami sahnya??
Lelaki itu terkekeh kesal sembari mengeraskan rahang. Kepalanya dipijit seakan Lisa menambah peningnya.
Saat melihat Lisa selesai menandatangani kontraknya, pun Jaemin segera menarik benda tipis itu untuk diserahkan kepada Junho, "Simpan baik-baik, hyung." Ucapnya dengan berlalu dan menarik Lisa kembali menuju ruangan dimana kawan-kawannya berada.
"Dia sudah setuju. Aku dapat tanda tangannya." Dan seketika, semua orang yang ada disana pun berucap lega. Sementara Lisa hanya mampu menebak keadaan yang tengah terjadi. Namun sayang, ia tak tahu apapun saat ini.
"Duduk. Dan dengarkan." Jaemin sudah mendorong pelan pundak Lisa untuk menuntunnya bersemayam pada sofa empuk. Menyerahkan headphone yang segera dihiasi oleh irama merdu yang memenuhi pendengaran Lisa.
"Maksudnya?"
"Dengarkan saja." Kata lelaki itu sembari menarik kursi dan duduk tepat di hadapan sang istri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Plötzlich
FanfictionSuddenly, the two people who didn't know each other were standing together on their wedding day. At that times, they knew everything must be changed.