Lisa membuka matanya yang terasa berat ketika ponselnya berdering nyaring.
Sebuah panggilan dari Jisoo berhasil membuat wanita itu mengerang kesal, "Hmm?" Ucapnya setelah menggeser icon hijau.
"Ck. Sudah kuduga kau masih tidur. Ya! Jangan lupa soal datang ke pernikahan Naeun jam sepuluh. Aku akan menjemputmu dalam dua jam. Oke?" Kata wanita yang kalimatnya tak terdengar seperti sebuah penawaran itu.
Tentu saja Lisa hanya mampu menjawab, "Oke." Dengan suara seraknya sebelum mendengar Jisoo memutus sambungan telepon mereka.
Pun Lisa meletakkan benda pipih itu kembali di atas nakas. Hangatnya sinar mentari yang melesat masuk lewat celah jendela nan sedikit tersingkap membuat ia sadar dengan hari yang telah berganti.
Tiba-tiba saja, Lisa merasasakan geli pada perutnya. Dengan mata yang masih mengantuk, wanita itu menyingkap selimut yang menutup tubuh tanpa busananya.
Na Jaemin sedang meringkuk sembari memeluk perutnya di bawah sana.
Ingatan akan kesibukan mereka semalam pun kembali terputar pada otak Lisa. Membuat wajahnya memanas namun menghantarkan hangat pada hatinya pula.
Lisa tak menyangka. Jadi inikah akhirnya?
Jadi ia telah melakukan aktivitas itu? Aktivitas yang selama ini Lisa harus memohon Jaemin untuk melakukannya. Aktivitas yang dilakukan para suami istri pada umumnya.
Namun semalam, tanpa diminta, tanpa paksaan, tanpa harus menggodanya, impulsif yang dibalut dalam suasana kondusif pun mengalir begitu saja.
Lisa sepenuhnya milik Na Jaemin, suaminya. Begitupula sebaliknya.
Hanya memikirkan hal itu saja sudah membuat Lisa melayang ke udara.
Dan dengan perasaan yang masih melambung tinggi, meski dengan tubuh yang terasa nyeri, pun Lisa melepas pelukan Jaemin yang mengurungnya di bawah sana.
Lisa harus segera bergegas sebelum Jisoo datang menjemput. Dan ia harus menyiapkan sarapan untuk suaminya yang masih terlelap.
Membersihkan dirinya selama hampir tiga puluh menit, memasak hidangan sederhana yang terbesit di otaknya, mengganti pakaiannya dengan dress hitam yang nanti akan dibalut blazer. Semua itu dilakukannya sembari sesekali terseok saat memegang pinggang.
To Do List terakhirnya, adalah singgah di depan meja rias untuk merias apa yang bisa dirias. Bertepatan dengan itu, Jaemin menggeliat dalam lelapnya. Membuka mata perlahan dan mendapati sang istri sudah terlihat rapi disana.
"Mau kemana?" Suara bariton Jaemin yang terdengar berat membuat Lisa sedikit terkejut. Manalagi saat melihat lelaki tak berbusana itu berdiri begitu saja.
"Hei, setidaknya pakai sesuatu dulu." Lisa sudah memalingkan wajahnya yang memerah. Puff bedak yang dipengangnya pun seakan menghantarkan aliran listrik yang membuat kejut.
"Yang benar saja." Jaemin, lelaki itu telah berdiri di samping Lisa tanpa tahu malu, "Semalam kan kau sudah melihat semuanya."
"Y-ya, tapi kalau terang begini rasanya jadi aneh."
"Aneh??"
Demi apapun, Lisa yang semakin panik segera menarik handuk yang ada di punggung kursinya untuk diikat pada pinggang Jaemin tanpa melihat apa yang sedang dirinya tutupi.
Jaemin terkekeh saat menangkup wajah Lisa, "Aku ini sedang bertanya, kau mau kemana?"
"Ke pernikahan temanku. Jisoo akan datang sebentar lagi, sebaiknya kau segera memakai baju atau lebih baik tidak perlu keluar dari sini jika tak berniat memakai apapun."

KAMU SEDANG MEMBACA
Plötzlich
FanfictionSuddenly, the two people who didn't know each other were standing together on their wedding day. At that times, they knew everything must be changed.