confinement

1.1K 186 41
                                    

"Kumohon jangan mengatakan hal aneh. Kami baru saja berbaikan." Lisa menoleh sekali lagi kepada Hanbin di belakangnya. Yang diajak bicara pun hanya mengangguk pelan meski ia tak seratus persen berjanji.

"Nampaknya kalian sering bertengkar."

"Tidak sesering itu, tapi yah.. selalu aku pemicunya."

"Seperti yang kukatakan." Jisoo, ia juga hadir di tengah-tengah mereka. Dirinya merasa ada kejadian seru yang mungkin akan terjadi. Tentu saja momen begini tak boleh ia lewatkan.

Lisa menghela nafas seakan tengah menerima kunjungan wali murid sebagai pihak siswa yang bermasalah. Sebab jika Hanbin sudah mengatakan A, tentu saja harus A. Lelaki itu tak menerima opsi lain yang tak masuk hitungan.

Sialnya, tanpa diduga ketika ia mencoba untuk menghubungi Jaemin, ternyata lelaki itu tak ada acara kemana-kemana hari ini. Padahal biasanya jika Lisa keluar rumah, suaminya itu juga akan melakukan hal yang sama. Tentu saja tindakan Jaemin jelas menghancurkan harapan Lisa agar Hanbin mengunjungi kediaman mereka lain kali saja.

Kini wanita yang surainya sudah dikuncir kuda itu terlihat membuka smart lock yang menempel di pintu. Pelan-pelan mereka memasuki teritorial Jaemin. Namun pandangannya tertuju pada high heels maroon yang tersampir rapi di lantai. Dan benda itu jelas bukan milik Lisa.

Alisnya mengkerut. Perasaannya tak enak. Dengan segera, ia berjalan cepat dan mendapati Jaemin sedang duduk di ruang tengah, dengan bibinya. Bibi yang berjanji untuk memutus hubungan dengannya jika Lisa menikah dan memberikannya uang sesuai yang dipinta.

"Apa yang bibi lakukan disini?" Ucap Lisa dengan rahang mengeras.

Jaemin segera bangkit dari duduknya dan menghampiri sang istri yang nampak pucat, "Hei, tadi–" ucapan lelaki itu terputus saat matanya menangkap sosok lelaki asing di belakang Lisa.

"Oh, hai keponakanku. Apa kau masih ingat dengan orang yang membesarkanmu ini?" Daehee, bibi Lisa, ia sudah berdiri dengan mantel bulu noraknya yang membuat Lisa pengap, "Eh? Apa ini? Kau masih berteman dengan manusia-manusia ini?" Timpal Daehee saat melihat Jisoo serta Hanbin yang juga nampak tak suka dengan kehadiran wanita paruh baya itu.

"Apa uang bibi habis? Kenapa mengunjungiku?? Bukankah bibi sendiri yang bilang kita sudah tak memiliki hubungan apapun begitu aku keluar dari rumah itu??" Lisa menahan suaranya agar tak meninggi. Jemari wanita itu menarik ujung kaus sang suami yang berdiri di sebelahnya.

Dengan jelas Jaemin dapat melihat kegusaran pada wajah istrinya. Istri yang selama ini selalu nampak tenang dan berekspresi datar. Istri yang wajahnya hanya berubah ketika Jaemin menggodanya. Namun kali ini, mimik Lisa sangat berbeda. Pucat dan tak bersahabat. Tentu saja ia tahu mengapa.

"Kenapa? Apa kau akan mengusir orang yang sudah membesarkanmu sampai bisa menikah dengan lelaki seperti ini?" Daehee menunjuk Jaemin dengan telunjuknya sembari memandang remeh ke arah Lisa.

Pun Lisa hanya mampu tertawa sinis setelahnya, "Jadi sekarang aku menikah dengan Jaemin karena andil bibi?"

"Jika bukan aku yang memungutmu, kau pasti sudah mati di rumah duka begitu kedua orangtuamu meninggal."

Kalimat itu berhasil membuat Jaemin dan kedua temannya hendak membalas ucapan Daehee seketika. Namun Lisa mengangkat tangan dan meminta mereka semua untuk bungkam -tak turut serta dalam argumen ini.

"Kenapa Bibi kesini?"

"Tentu saja untuk bertemu denganmu."

Lisa mendecih pelan, "Aku yakin, menemuiku adalah alasan terakhir yang ada di kepala Bibi. Jadi apa motif utamanya?"

PlötzlichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang