Lisa sungguh tak habis pikir dengan Na Jaemin. Lelaki itu, ia jelas sedang bersenang-senang dalam menggoda serta mengejek sang istri.
Sebab setelah kejadian beberapa hari lalu, tak satu haripun lelaki itu tidak menyentuhnya.
Bukan, bukan "sentuhan" itu yang Lisa maksud. Melainkan hanya sebatas pelukan, ciuman, serta beberapa jejak kemerahan pada kulitnya.
Seperti saat ini misalnya. Jaemin yang baru saja rampung membersihkan diri seusai keluar seharian itu segera melesat ke atas ranjang. Memeluk Lisa yang tengah memainkan game favoritnya hingga wanita itu harus mengangkat ponsel lebih tinggi sebab lelaki itu menghujani perpotongan lehernya dengan ciuman.
"Hei, rambutmu basah." Protes Lisa sembari menutup mata karena ciuman Jaemin telah naik pada wajahnya -menciumi kelopaknya.
Dengan nafas berat yang dihembuskan, pun Lisa menarik handuk yang tersampir pada pundak Jaemin. Menahan mulut lelaki yang hendak mencium bibirnya itu agar berhenti dan duduk menghadapnya -membantunya mengeringkan surai yang separuh basah.
Jujur saja, Lisa sudah lama ingin protes dan bertanya soal mengapa lelaki itu selalu bermanja-manja padanya sebulan terakhir. Soal mengapa Jaemin selalu menempel padanya, mencium dengan seenak jidatnya, meninggalkan jejak yang tak cuma sehari bisa hilang dan menghentikan permainan mereka kemudian.
Lisa masih gadis. Dan Jaemin jelas sengaja membiarkannya begitu.
Apakah hal ini hanyalah sebuah bukti bahwa lelaki dapat mencium wanita manapun meski tak disukainya? Atau apakah ini merupakan bentuk hukuman karena ia selalu memohon untuk disentuh? Ah, dibilang hukuman juga sepertinya bukan.
Sebab Lisa tahu, dirinya pun menikmati apa yang Jaemin lakukan. Dan jujur saja, ia belum siap untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman.
Jadi, untuk saat ini, Lisa takkan banyak protes. Anggap saja ia sedang menjalankan kewajiban sebagai seorang istri yang memberi nafkah batin meski tak penuh.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Ucap Jaemin dengan meregangkan kedua tangan pada ranjang di samping tubuh Lisa, mensejajarkan wajah mereka hingga yang memisahkan hanyalah udara.
Lisa mengerjap. Jisoo benar, semakin diperhatikan Jaemin semakin terlihat seperti dongeng yang muncul kepermukaan. Terlalu rupawan -sulit dijelaskan, "Kau."
Lelaki itu tersenyum sebelum kembali memeluk Lisa hingga wanita itu terbaring pasrah, "Hei, jangan mencium leherku. Besok aku harus menemani ibu pergi ke pameran lukis."
"Memangnya kau akan pergi kesana mengenakan bikini? Cukup pakai turtle neck dan orang-orang takkan tahu ada apa disini." Na Jaemin, lelaki itu sudah menciumi perpotongan leher Lisa seakan itu adalah bagian favoritnya.
Membuat wanita itu berteriak geli dan menolak disaat yang bersamaan. Namun tetap saja, Jaemin enggan mendengarkannya. Dan lagi, Lisa pun sudah tenggelam di dalamnya.
💐
Pandangan Lisa menelisik setiap detail goresan seni yang ada di hadapan. Sebuah lukisan abstrak dengan warna-warna terang membuat keningnya berkerut banyak.
Kepalanya dimiringkan ke kanan dan ke kiri hanya untuk mendalami makna dari seni yang ada di hadapan.
'Emosi dan Luapan'
KAMU SEDANG MEMBACA
Plötzlich
FanfictionSuddenly, the two people who didn't know each other were standing together on their wedding day. At that times, they knew everything must be changed.