"T-tunggu." Lisa, wanita itu sudah menamengi wajah dengan sebelah tangannya seakan berpikir bahwa Jaemin akan mencium paksa lagi.
Lelaki yang sudah mengunci Lisa dalam tindihnya itupun hanya mendengus tawa, "Apa yang kau pikirkan? Aku hanya ingin bicara."
"Bicara model bagaimana kalau penampakannya saja seperti ini? Tolong berhenti melecehkanku, ya."
"Melecehkan?" Jaemin mengangkat tubuhnya. Pun ia sudah duduk di samping tubuh Lisa yang masih memasang tamengnya, "Bukankah kau sendiri yang bilang akan menjalankan tugasmu sebagai seorang istri? Jangan kau kira aku lupa ucapanmu yang berkata akan akan memasak, mencuci baju, dan melayaniku di ranjang, ya."
Lisa terdiam. Matanya menatap langit kiri seakan tengah berpikir serta mengingat kapankah ia pernah mengucapkannya.
"Aku bahkan tak menuntutmu untuk memasak dan mencuci baju. Kau hanya perlu melayaniku di ranjang karena aku tak bisa melakukannya dengan wanita lain."
"Hei, tapi kau lupa jika aku memperbolehkanmu untuk—"
"Aku tidak mau wanita lain. Aku kan punya kau." Na Jaemin, lelaki itu sedang memandang lurus ke arah Lisa dengan perban luka dimulutnya yang terdapat bercak merah.
Lisa hanya terdiam untuk tertawa getir beberapa saat kemudian, "Kau berucap seakan-akan menghargaiku, menginginkanku. Padahal jelas kau sedang mempermainkanku. Kau melucuti pakaianku dan menghentikan aktivitas intens kita kemudian. Jujur saja, kau memang enggan melakukannya denganku, kan? Jika itu bukan pelecehan, lantas aku harus menyebutnya apa?"
Kali ini Jaemin yang terdiam. Maniknya menatap setiap gerakan yang dibuat sang istri seakan ada magnet di dalam sana.
"Kau mempermainkanku karena tahu aku ingin memiliki keturunan sebelum kau menceraikanku."
"Berkali-kali kukatakan padamu," Lelaki itu menunduk —menatap tangannya yang tadi sempat mencengkeram Lisa dan memandang dalam ke arah lawan bicaranya kemudian, "Memangnya siapa yang akan menceraikanmu?"
"Kau, lah. Tidak mungkin Renjun, kan? Aku bahkan belum menikah dengannya."
"Berhenti mengucapkan namanya."
"Kenapa? Kau cemburu?" Mimik mengejek Lisa sedang bermain pada wajahnya. Tentu saja wanita itu tak sungguh-sungguh dengan apa yang dilontarkan. Tidak mungkin seorang Na Jaemin yang notabenenya baru berpisah beberapa bulan lalu dengan seorang Ahn Yujin memiliki perasaan demikian pada wanita seperti diriny—
"Iya." Timpal Jaemin dengan mimik serius. Membuat Lisa yang tadinya sedang menampilkan raut menyebalkan disana segera mematung begitu saja.
"..."
"..."
"..."
Keduanya terkungkung dalam diam. Saling menatap tanpa suara.
Yang satu terlihat serius yang lain nampak terkejut.
"Jangan pikir aku akan percaya." Ucap Lisa sembari berdecak tak puas. Wanita itu bahkan sudah kembali berbaring, menarik selimutnya dan memunggungi sang suami.
"Kawanmu mengatakan padaku jika kau akan segera pergi meninggalkanku ke luar negeri jika kau hamil."
Lisa yang tadinya sudah menutup mata itu segera kembali awas dan menoleh ke arah Jaemin, "Apa?"
"Kau adalah orang yang menyangsikan sebuah hubungan. Kau tidak percaya cinta namun takut kesepian."
"..."
"Itu sebabnya kau setuju dijodohkan dengan anak dari orang asing yang baru kau temui di bandara. Itu sebabnya kau selalu mengizinkanku untuk selingkuh. Itu sebabnya kau ngotot ingin mendapatkan keturunan. Tujuannya agar kau bisa segera pergi dari sini dan hidup tenang di tempat jauh seperti dalam khayalanmu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Plötzlich
FanfictionSuddenly, the two people who didn't know each other were standing together on their wedding day. At that times, they knew everything must be changed.