02: selamat

98 14 14
                                    

Aku mencari hal lain, membuat dia tidak akan berani bertanya lagi tentang bingkai disana, percakapan kami disudahi, meski sejenak aku sadar bahwa Law menekan emosinya.

------

Perempuan itu menggenggam erat tangan kekasihnya, menuntun langkah mereka memasuki aula, dalam matanya hal yang pertamakali tertangkap adalah mantan kekasihnya yang berdiri berdampingan dengan calon tunangannya

Tangan kekasihnya mengerat, Law menundukkan kepalanya berbisik pada telinga gadisnya, "Kenapa?" Tanya dia sembari terus melihat mata wanita disampingnya itu

Y/n menoleh setelah tersadar dari lamunannya, "Tidak, hanya dia terlihat bahagia," jawaban singkat dari gadis itu membuat Law melempar tatapan tajam pada Zoro, benar kata kekasihnya, Zoro terlihat bahagia

Keduanya berpindah ke meja mereka, Law duduk dengan nyaman namun jari jemari laki-laki itu tidak pernah lepas dari tangan kecil wanitanya. "Bagaimana aku bisa makan jika kamu terus menggenggamnya Law," keluh y/n

Law menatapnya, "Aku bisa memberimu makan, coba buka mulutmu," sahutnya sembari membawa sendok kearah mulut y/n dengan gerakan seperti menerbangkan pesawat. Gadis dengan gaun coklat tersebut terkekeh karena perlakuan kekasihnya

"Akhirnya kamu tertawa," ungkapan singkat dari Law membuat y/n tersenyum pilu menatapnya, dia menggigit bibir bagian bawahnya, "Maaf ya," tanpa penjelasan apapun wanita itu meminta maaf kepadanya

Law bersandar pada bahu kecil kekasihnya, "Tidak apa-apa, mari kita lalui pelan-pelan," jawab Law, suaranya yang berat namun halus itu selalu menjadi penyejuk dihati y/n. Bagaimana pria itu berbicara, dan bagaimana dia mempertimbangkan perkataannya adalah salah satu hal yang membuat y/n menyukainya.

Acara hari itu berjalan lancar, banyak orang tertawa setelah mendengar bahwa keduanya akan menikah di akhir Desember nanti, tiga bulan dari sekarang. Pembawa acara mengakhiri agenda hari ini, para tamu berdiri dan pergi mengucapkan selamat kepada tokoh utama acara

"Kamu ingin menemuinya?" Padahal y/n sengaja tidak membahas itu, wanita itu sengaja ingin langsung pergi dan tidak perlu bertemu Zoro karena takut Law merasa tidak nyaman

Law menunggu y/n menjawabnya, namun karena gadisnya hanya diam pria itu berdiri terlebih dahulu, "Ayo, aku antar, tidak apa-apa ucapkan saja," ungkap Law sembari menarik bangun y/n dari duduknya

"Kamu yakin?" Tanya y/n, raut wajahnya khawatir seolah-olah wanita itu takut Law berfikir bahwa dia belum melupakan mantan kekasihnya. Namun jawaban dari Law membuat nya tersenyum, "Ya, tidak masalah."

Ketika langkah kaki keduanya tiba didepan tokoh utama hari ini, y/n menarik nafas panjang, "Selamat ya," singkat sekali hingga membuat Law menatap raut wajah kekasihnya itu. Pria berambut hijau yang berpakaian sangat rapi tersebut tersenyum samar, "Terimakasih sudah datang," balasnya

Kuina memeluk tubuh y/n dengan hati-hati, sebelum mengucapkan terimakasih wanita cantik itu berbisik pada telinga si gadis, "Aku minta maaf," kata Kuina. Tangan kecil y/n sontak menepuk pelan punggung wanita tersebut, "Kamu tidak bersalah, berbahagialah Kuina," balas y/n

Law menjabat tangan Zoro, dengan senyuman bisnisnya dia menatap mata pria yang notabenenya mantan kekasih wanita yang dia cintai, "Berbahagialah," ungkap Zoro pada Law

Pria berambut hitam tersebut terkekeh karena merasa bahwa harusnya dia yang berdoa untuk Zoro, bukan Zoro yang mengirimkan kata-kata tersebut padanya, dia tersenyum, "Pastikan kau juga," balas Law

Saat berbalik pergi Law mencari tangan wanitanya untuk digenggam, acara itu selesai.

------

Didalam mobil yang mereka tumpangi, mata hitam gadis bergaun coklat tersebut terus memandang kearah luar, Law mencoba memanggilnya namun sepertinya gadis itu sibuk tenggelam dalam lamunannya

"Kamu tau Law," ujarnya tiba-tiba membuat sang pemilik nama menoleh kearahnya, mata sayu pria tersebut menangkap potret sang kekasih yang bersandar pada jendela dan meliriknya

"Dihari aku berpisah dengannya adalah saat hujan deras seperti ini," sambung y/n. Law tetap diam melihat kedepan, pria itu kembali memfokuskan perhatiannya pada jalanan yang basah

Ujung rambut hitam panjang wanita itu jatuh menutupi sebagian wajahnya, membuat Law menyisipkan kembali rambut-rambut halus yang menutupi pemandangan indahnya. Disaat Law fokus pada kendali mobilnya, y/n terus menerus bercerita

"Aku menyukai dia cukup lama, tidak seperti kebanyakan laki-laki Zoro itu seseorang yang cenderung mempercayai pilihannya, meskipun dia bodoh tapi anak itu tidak pernah sekalipun mengatakan hal buruk pada orang lain

tadi Kuina berbisik padaku Law, dia meminta maaf, padahal dia tidak pernah salah, tapi entah kenapa permintaan maaf Kuina membuatku lega," jelasnya

Law memberhentikan mobilnya didepan restourant baratie, "Hm...apalagi?" tanya pria itu sembari melepaskan seatbelt milik y/n. Kekasihnya terus berbicara, dia menceritakan tentang kisah cinta masa SMA nya yang berakhir lucu itu

Disaat mulutnya terus mengoceh, Law sudah pergi membuka pintu mobil untuknya, ketika y/n berdiri diluar dengan tangan yang memperagakan ceritanya, Law menelusuri tempat duduk y/n untuk mencari tas kecil kekasihnya

"Jadi saat itu aku menceritakannya pada Nami, dia tertawa terbahak-bahak," jelas y/n. Law tersenyum menatap wajah gadis itu, "Jadi aku tidak lebih hebat dari Zoro ya?" Tanya Law dengan nada menggoda

"Kamu tau aku tidak bermaksud seperti itu, lagipula bukankah sudah jelas siapa yang hebat," kata y/n wanita itu berjalan mendahului Law

"Siapa?" Tanya Law penasaran, gadisnya berbalik menatapnya dengan raut licik, "Aku," jelas dia kemudian pergi dengan terkekeh

Law menghela nafasnya, "Iya, kamu memang hebat," ungkap pria tersebut sembari menyusul langkah kaki y/n yang mulai jauh.

------

Aku terbangun diantara tiga boneka jerapah, tanganku meraih ponsel yang berada dimeja, tertera pukul sepuluh pagi. "Bagaimana bisa dia tidak meneleponku sama sekali," keluhku ketika melihat Law sama sekali tidak mengirim pesan

Biasanya pria itu sudah rewel membangunkanku mengapa hari ini tidak ada panggilan apapun. Aku menekan logo ponsel dilayar, ponselku bergetar menunggu sang lawan bicara mengangkatnya

"Halo," suara serak dan basah milik Law membuktikan bahwa dia juga baru bangun, aku berdiri pergi ke kamar mandi sembari menggenggam ponselku

"Mengapa kamu juga baru bangun," ujarku. Law terkekeh sejenak, "Aku sakit," jawabnya. Seusai mengusap wajahku aku menatap sinis ponsel diatas wastafel tersebut, "Haruskah aku kesana?" tanyaku ketika mendengar suaranya yang disertai batuk

Sebenarnya bertanya juga tidak berpengaruh, pria itu pasti akan menolak kunjunganku. "Jangan dijawab, aku kesana," sambungku

Setelah menutup telepon singkat tersebut tubuhku berdiri dibawah shower, membasahi ujung kepala hingga kakiku. Tanganku meraih baju ganti yang terpampang di lemari gantung itu, mengenakan piyama berwarna hitam dan menutupnya dengan sweater biru tua

Kakiku melangkah keluar sembari membawa topi, aku pergi tanpa merias wajah hari ini, lagipula hanya menemui Law, jadi tidak perlu terlalu formal. Begitu yang aku pikirkan sebelum akhirnya aku tau

Ibunda Law ada disana.

Peony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang