05: batu harapan

86 14 37
                                    

"Apakah ini putri baru kita? Cantik sekali dia," kata Ayah Law. Mengapa mulut ayahnya sama seperti putranya? Manis sekali kalimat itu.

--------

Pagi itu aku berdiri didepan pintu hotel, disamping seorang satpam yang mengamati pengunjungnya, tepat diantara keramaian orang-orang yang datang mengunjungi lobby hotel tersebut

Aku berdiri cukup lama disana, menunggu Law datang dengan payung ditangannya. Setelah dua Minggu aku tidak melihat wajahnya, sudah dua Minggu sejak terakhir kali aku menggenggam tangan kasar itu

Law menghampiriku, setelan kemeja hitam yang melekat pada tubuhnya, dua kancing yang terbuka, khas Law sekali, meskipun hari ini sangat dingin, namun pria itu tetap sama. Mengenakan pakaian dengan cara paling menggoda

"Sudah memberitahu ibumu?" Tanya dia, aku mengangguk mengisyaratkan bahwa aku sudah diizinkan untuk pergi berdua bersamanya. Kami memutuskan untuk mengunjungi pantai hari ini, setelah dia meninggalkanku selama dua Minggu, Law berinisiatif untuk menghadiahkan pemandangan pantai sebagai gantinya

Aku melirik sekilas raut wajah muram itu, "Kamu yakin? Kita pergi hujan-hujan begini?" Ujarku, Law menatap langit sejenak sebelum akhirnya melihat kearahku. "Iya," jawaban singkat dari Law membuatku membuka ponsel dan melihat seberapa parah hujan hari ini

Ponsel pintarku memberitahu bahwa hujannya tidak mengancam, dan cuaca hari ini akan cerah seperti hari-hari sebelumnya. "Kalau begitu, kita pergi ke toserba dulu," ajakku kemudian

Law mengikuti langkah kakiku sembari memegang payung, kami berjalan kearah toserba disamping hotel, "Kamu mau makanan ringan apa?" Tanyaku. Law melihat satu persatu makanan yang terpampang disana

Mata hitamnya kemudian menangkap kripik kentang dan sebuah coklat, aku mengiyakan keinginan pria itu. Dia dengan cepat mengambilnya, "Kamu mau?" Tanya Law sembari menunjuk mie cup dengan rasa pedas itu, betapa lucunya, kamu selalu tau seleraku

"Iya, beri aku satu," sahutku. Jari jemari itu kemudian menangkap mie cup yang berada di rak atas, betapa menyenangkannya menjadi orang tinggi.

Kita berdiri didepan kasir, beberapa orang melayangkan tatapan sembari berbisik ketika melihat Law, tato ditangan kekasihku sepertinya cukup menarik perhatian. "Berapa totalnya?" Tanya Law pada penunggu kasir tersebut

Ketika transaksi berhasil, kita berdua keluar, lengan kemeja yang awalnya dia lipat, sekarang dia lepas, pria itu berusaha menutupi tato ditangannya agar orang lain tidak melihat kami dengan tatapan kurang mengenakkan. "Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan," ujarku

Meskipun pria itu terkesan dingin dan tidak peduli, tapi Law adalah orang yang menghargai orang lain, dia anak paling peduli dengan orang-orang disekitarnya, Law tidak suka menjadi bencana dihidup orang lain

Kami berdua naik kendaraan beroda empat tersebut, seperti membawa sebuah kue ulang tahun, pria itu mengendarainya dengan pelan dan hati-hati. "Bagaimana? Apa ujianmu berjalan lancar?" Tanyaku, pasalnya hilangnya dia selama dua Minggu ini adalah karena tugas akhirnya sebagai mahasiswa

Kita berdua sebentar lagi selesai, pria itu jelas akan lebih sibuk dari sekarang jika menjadi dokter nanti, sedangkan aku yang selalu mengerjakan segalanya dari rumah ini pasti akan merasa kesepian tanpa kehadirannya. "Entah kenapa, aku memikirkannya seperti aku akan menikahimu saja," celotehku, Law menatapku sembari tersenyum

"Aku memang akan menikahimu, jadi pikirkan saja," ungkap lelaki berkemeja hitam tersebut.

------

Pemandangan penuh pasir putih dan ombak biru menyapaku setelah kami turun dari mobil, Law memegang kamera ditangannya, sepanjang aku berjalan, pria itu akan menangkap satu gambar tentangku dan laut biru

Ketika aku menunduk karena kakiku menginjak kerang, dia berlari dan segera memapah ku untuk bangun, "Sakit ya? Biar aku lihat," ujarnya, aku menolak hal itu

"Aku hanya menginjak kerang saja, tidak apa-apa, lihat kakiku bisa berjalan dengan baik," jelasku pada lelaki dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran tersebut

Law menggenggam tanganku setelah kejadian itu, dia meletakkan kameranya didalam tas dan fokus padaku serta langkah kami berdua. Banyak ibu-ibu yang berteriak menawarkan udang mereka, ataupun seorang pria tua yang membawa sovenir dari kerang. Satu hal yang berhasil membuat kekasihku membuat wajah tersenyum adalah hiasan kura-kura yang bergoyang-goyang

"Kamu mau? Aku belikan," godaku, bagaimana aku bisa diam saja ketika wajah laki-laki yang aku cintai tersebut penuh tawa hanya karena sebuah kura-kura

Kepalanya menoleh kanan kiri menolak tawaranku, dia menggenggam erat jari jemariku, "Honey, can I kiss you right now?" Bisik mulut nakal itu

Aku membawanya jalan kembali, membuat dia berhenti menggodaku diruang terbuka ini. "Kamu mau menata batu harapan?" Tanyaku ketika melihat spot dimana penuh batu yang tertata rapi

Batu itu memiliki ukiran diatasnya, sebuah permohonan dari semua orang yang diletakkan diatas batu besar, sebuah tanda bahwa mereka berdoa memiliki kebahagiaan terbesar dan umur panjang

"Apa yang kamu tulis Law?" Tanyaku ketika dia menulisnya sembari tersenyum. Aku penasaran hal apa yang kamu harapkan hingga wajahmu berseri seperti itu

"Rahasia," jawabmu. Aku hanya terkekeh dengan jawaban itu, di batu ini aku menulis agar kehidupan kita berlalu dengan bahagia, agar akhir hubunganku denganmu tidak seperti sebelumnya.

Peony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang