10: time

45 9 3
                                    

3 tahun selesai setelahnya, setelah laki-laki berambut hitam yang menawan itu menyelesaikan labelnya sebagai mahasiswa, setelah y/n tak lagi menjadi anak desain komunikasi visual, setelah 3 tahun kelulusan keduanya.

Pagi ini, y/n menanti Law di tempat duduk taman kampus, didepan danau besar yang penuh burung merpati, "Dulu kita bahkan tidak sempat berbincang disini," ujar y/n. Mata hitam itu menatap pada luasnya danau, kemudian pundaknya ditepuk oleh jari jemari Law

"Milikmu," ujarnya sembari memberikan es krim ditangannya, Law beralih duduk disampingnya, keduanya menatap burung-burung merpati yang mampir minum disana. Pria besar itu bersandar pada bahu kekasihnya, "Y/n mari kita menikah," ujar lelaki tersebut

Gadis disampingnya tak lagi terkejut dengan pernyataan itu, Law sudah mengulangi ajakan itu dua kali, namun kekasihnya masih terus merasa ragu, gadis itu diliputi rasa tanggung jawab

"Aku takut," ujar wanita tersebut. Law menggenggam jari jemari kekasihnya, "Kamu bersamaku," jelas pria itu

"Bagaimana jika aku yang mengacaukannya?" Ungkap y/n, dia melepaskan genggaman Law, kedua jemarinya menyatu dan meninggalkan jari jemari Law

"Aku akan memperbaikinya," yakin Law, jelas pria itu dengan penuh keyakinan, wajahnya begitu tegas ketika mengatakan hal tersebut. Law percaya bahwa dunia mereka akan baik-baik saja, kekhawatiran konyol y/n tidak akan terjadi pada keduanya

"Just trust me that we will be fine," bisikan singkat dalam percakapan serius tersebut, di pukul 08:15 tepat, disaat burung merpati berterbangan setelah kenyang meminum air danau, ketika daun-daun jatuh menghiasi danau tersebut

Y/n meyakinkan diri, bahwa bersama Law hal indah akan terjadi, mereka akan baik-baik saja, dia tidak akan ditinggalkan lagi, y/n tidak akan dicampakkan begitu saja, kali ini dengan Law, dengan Law dia akan baik-baik saja

"Baiklah," jawaban singkat dari gadisnya membuat mata pria itu memerah, bulatan air jatuh dari mata indah tersebut, bibirnya tersenyum

Danau di kampus yang tidak semegah gedung lantai 15, merpati di danau yang tidak secantik ladang bunga mawar, daun-daun gugur yang tidak semenarik mekarnya bunga sakura. Tapi ditempat ini Law mendapatkan jawaban terindah yang ingin pria itu dengar

Es krim yang mencari di genggamannya membasahi tangannya, namun dinginnya lelehan es krim hari itu, tidak sedingin air mata yang jatuh pada pundaknya, pundak yang basah itu menjadi saksi kecil untuk gadis itu, bahwa didunia yang seluas ini ada seorang pria yang akan menangis untuknya

Didalam bumi yang penuh keanehan ini, akan tetap ada seseorang yang menerimanya.

----

Dalam perjalanan menuju rumah Law, pria itu meyakinkan gadisnya, "Kamu sudah pernah bertemu ibu dan ayah, jadi kamu akan baik-baik saja," jelas Law ketika melihat kekasihnya mencekal dress putihnya dengan erat

"Kamu selalu indah y/n," cetus Law. Pria itu yang paling tau bahwa kekasihnya cemas bahwa penampilan dan riasan wajahnya tidak cocok, pria itu mengerti betapa lamanya gadis itu memilih gaun yang cocok untuk menemui orang tua Law

"Apa ibu suka kue seperti ini? Apa beliau menyukai rasa blueberry," ungkap y/n wanita itu bertanya sembari melirik kearah luar jendela. Law terkekeh melihatnya

"Ibu akan selalu suka dengan apapun yang kamu bawa, jadi percaya dirilah sayang," sahut Law.

Ketika mobil yang dikendarainya berhenti di kediaman besar Trafalgar, keduanya turun, gadis itu pernah melangkah kedalam rumah besar tersebut, tapi kali ini dia melangkah untuk meminta izin, izin meminta putra sulung mereka untuk menjadi suaminya

Pria itu menggenggam tangan kekasihnya, "Aku disini, jadi percayalah," ungkap Law sembari menarik membawa tubuh gadis itu memasuki rumahnya

Ibunya duduk berdampingan dengan ayahnya, keduanya berpakaian rapi, gadis kecil anak bungsu mereka duduk disamping ibunya. "Selamat datang kembali sayang," ujar wanita paruh baya tersebut

Dia menyambut y/n dengan pelukannya, hangatnya suhu tubuh wanita itu membuat y/n merasa nyaman, ketika ayah law datang mendekat kearahnya, pria itu juga menyiapkan pelukannya

"Kamu selalu nampak cantik sayang," puji pria paruh baya tersebut. Y/n terkekeh mendengarnya.

Perbincangan terjadi, dari pembahasan masa kecil Law, hingga bagaimana dan dimana keduanya akan melaksanakan pernikahan itu, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan tanggal berapa yang akan mereka pilih

"Aku rasa 1 Januari saja," ujar Law, pria itu memilih tanggal dan bulan yang bertepatan dengan hari ulangtahun y/n, laki-laki tersebut merasa bahwa tanggal 1 Januari merupakan hadiah terbaik baginya

Sedangkan gadisnya berkata, "6 Oktober saja," ibu dan ayah law tertawa mendengar perdebatan dua pasangan tersebut. "Bagaimana jika 6 Januari? Tanggal milik Law dan bulan milikmu," jelas ibunda Law

Y/n menolaknya, "6 Oktober lebih baik," namun Law membantah hal itu, "Jika bukan 1 Januari maka tidak usah," kali ini pria itu sedikit egois

"Putriku, bagaimana pendapat ibu dan ayahmu? Apa mereka baik-baik saja jika antara tanggal 1 Januari atau 6 Oktober?" Tanya pria paruh baya tersebut pada calon menantunya

Y/n mengangguk, sepertinya ibu dan ayahnya tidak akan peduli antara kedua tanggal tersebut.

Setelah pertimbangan panjang, keduanya setuju bahwa itu Januari tanggal 6 tahun ini. Dari dekorasi dan pakaian mereka, keduanya sama-sama setuju dengan gaun putih dan tuxedo hitam

----

Malam itu y/n datang ke taman rumah, disusul Law yang menggunakan piyama, keduanya duduk dikursi taman, Law tidak banyak berbicara, pria itu hanya diam sembari membelai rambut-rambut kekasihnya

"Bulannya cantik," ungkap wanita itu, Law melihat kelangit, memandang bulan yang kekasihnya bicarakan. Y/n benar bulan itu terlihat sangat cantik, seperti dia

"Law, aku tidak mau jadi yang nomer dua, aku tidak bisa, aku tidak bisa sendirian dirumah dalam waktu yang lama, kamu tidak boleh meninggalkanku, ya?" Kata y/n sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Law

Pria itu menggenggam jemari gadisnya, "Maka aku akan mengabadikan kamu seperti makna peony, dan aku akan mencintaimu seperti bagaimana bunga itu tumbuh"

Kemudian wajah nya tersenyum, "jadi, mari kita hias gedung pernikahan ini dengan peony, dengan berkat bahagia, dan harapan terindah."

Peony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang