disarankan mendengarkan lagu
[ Slipping Through My Fingers ]-----
Dalam perjalanan pulang dari makam, aku memikirkan apa yang harus aku makan hari ini. Sudah dua tahun semenjak aku tinggal sendiri dirumah yang cukup luas tersebut
Ketika membuka pintu rumah, lorong pertama yang aku lihat hanyalah kegelapan, tidak ada mama yang berdiri menyambut ku sembari memegang spatula-nya, ataupun ayah yang dari belakang menepuk pundak ku karena dia baru sampai rumah juga sepertiku
Ketika kakiku menginjak lantai kayu tersebut, aku melirik ruang tamu yang gelap, mungkin saat ini aku menjadi mengerti mengapa ayah tidak lagi menyukai ruang tamu rumah ini semenjak mama meninggal
Aku pun sama, aku tidak lagi menyukai tempat penuh kenangan itu, rasanya sesak jika melihat foto-foto kami bergantung disana, tv ruang tamu yang dulu sering ayah gunakan untuk melihat video tentang mama, sekarang tv itu penuh debu
Setelah dua tahun, aku tidak pernah berani membuka kamera yang ayah simpan, ketika saat terakhirnya, pria hebat yakni ayahku tersebut berpesan untuk membuka kamera yang dia tinggalkan, namun aku tidak pernah membukanya
Ternyata aku takut menyadari kenyataan bahwa hanya aku yang tersisa.
Dering bel rumah membuatku bergegas menuju pintu, mendapati bibi lamy yang datang dengan kotak makannya, "Sayang, makanlah ya? Bibi membuat sup daging sapi hari ini, ada donat juga di bagian bawah," kata bibi
Bibi lamy selalu datang semenjak ayah meninggal, padahal perjalanan menuju rumah kami perlu satu jam lebih baginya, namun wanita paruh baya tersebut merawatku seperti bagaimana dia mencintai anak-anaknya
Aku menyantap sup buatan bibi sembari melihat langit sore, aku duduk di kursi taman yang sering ayah duduki, melihat bunga peony kesayangan mama yang kering dan tak lagi berdiri tegap, dia layu dan mulai mati.
--------
Mentari pagi menyapaku, melihat keluar jendela yang terpampang halaman luas, aku menyadari bahwa disanalah tempat kami selalu berbincang bersama, kapan terakhir kali kami bertiga duduk disana ya?
Setelah dua tahun ternyata aku tidak bisa melupakan kenangan yang tertinggal didalam rumah ini, butuh waktu cukup lama bagiku untuk berpikir, aku juga sudah berdiskusi dengan bibi lamy, bahwa aku akan meninggalkan kota ini
Rumah sederhana ini akan disewakan, entah berapa lama, mungkin sampai aku menikah nanti? Karena kurasa aku tidak akan bisa tinggal disini sendirian
Ketika membereskan barang-barang peninggalan ayah, aku menemukan sebuah kotak, disana ada sebuah surat yang diikat dengan rapi, sebuah tulisan singkat tentang betapa ayah merindukan mama
Ketika selesai membereskan semuanya, mataku menangkap kamera yang ayah bicarakan, kupikir melihatnya tidak ada salahnya.
------
Ketika memutar video itu, aku menyambungkannya dengan layar tv berdebu yang berada diruang tamu, beberapa vidio diawal berisi tentang kami bertiga, aku masih baik-baik saja, hingga tiba di vidio berjudul "Our baby, Mudan"
Mama menyapa kearah kamera sambil tersenyum, dia berantakan, dan tangannya masih tertancap infus,
"Haii bayi kecil kami, apa kamu melihat ini? Benar, ini adalah hari kelahiranmu, apa kamu mencari ayah? Dia yang membawa kamera ini sayang," jelas mama ketika lensa kamera tersebut mengarah padanya
Ayah hanya tertawa kecil ketika mama berkata seperti itu, "Sayang, apa kamu tau? Kami cukup lama menantikan kehadiranmu, sekarang ketika kamu lahir mama merasa telah memenangkan kompetisi paling berharga didunia

KAMU SEDANG MEMBACA
Peony
Fanfiction[Complete] "Maka aku akan mengabadikan kamu seperti makna peony, dan aku akan mencintaimu seperti bagaimana bunga itu tumbuh" kemudian wajah nya tersenyum, "jadi, mari kita hias gedung pernikahan ini dengan peony, dengan berkat bahagia, dan harapan...