04: dunia milikmu

120 16 20
                                    

"Kamu bilang tidak takut," ujar pria yang dengan santainya memapah gadisnya pergi kedalam rumah keluarga besar Trafalgar.

  -------

Pukul tiga pagi aku duduk terdiam diantara tiga anggota keluarga, ibunya datang dengan selendang putih yang menutupi bahunya, gadis kecil dengan rambut coklat kehitaman yang panjang duduk disebelah ibunya

Law bersandar pada sofa hitam, aku duduk tegap tidak berani mengatakan apapun dihadapan keluarganya, hingga akhirnya seorang laki-laki paruh baya yang wajahnya sangat amat mirip dengan kekasihku itu datang dengan membawa jubah putih dan tas kerja

"Apa nanti kamu kembali ke rumah sakit?" ujar wanita cantik berselendang tersebut, pria paruh baya dengan kacamata itu menunduk mencium kening istrinya

Bagaimana ya? rasanya mempunyai keluarga seperti itu, aku melirik Law, menyadari raut wajahku tangan kasarnya menyentuh rambut hitamku, dia membelai nya perlahan, "Kamu lelah?" bisiknya

Anggukan dariku membuat dia bangkit, memberi isyarat pada ibunya untuk membawaku keatas. Langkah kaki kami perlahan-lahan sampai pada lantai dua bangunan ini, pria berambut hitam kebiruan itu membuka salah satu kamar tamu

"Mimpi indah," katanya sebelum meninggalkan aku sendirian didalam ruangan sederhana namun elegan tersebut

Bahkan dalam kamar tamunya tergantung foto keluarga yang lumayan besar, di dinding kamarnya banyak gambaran aneh dari adik perempuannya. Sekarang aku tau bagaimana laki-laki yang memiliki kesabaran dan kasih sayang itu tumbuh

Disaat aku membutuhkan seseorang, sepertinya hanya Law yang datang. Aku enggan menelpon ibuku, aku enggan mengubungi ayahku, keduanya sekarang sudah memiliki keluarga, dan hanya aku yang tersisa sendirian dirumah yang dulu pernah aku idamkan.

Pintu kamar terbuka, seorang gadis kecil dengan rambutnya yang terikat, "Ada apa Lamy?" tanyaku. Wajahnya berseri setelah melihatku tersenyum padanya, dia mendekat ke arahku

"Apa kakak ku membuatmu menangis?" tanya dia, sembari mencoba menempatkan diri untuk bisa duduk di sampingku

Aku melirik kearah jendela kamar, "Tidak, kakakmu itu baik sekali padaku," sahutku. Setelah berhasil duduk, dia menyenderkan kepalanya pada bahuku, "Jadi kenapa kamu menangis?" sahutnya

Jawaban Lamy membuatku mengusap air mata yang tidak ku sangka akan jatuh, "Jangan menangis, jika kakakku membuatmu terluka aku akan melaporkannya pada ibu," sambung Lamy

Aku terkekeh, "Kamu akan mengadu?" tanyaku. Dengan cepat Lamy melompat dari tempat tidur, "Iya aku akan melaporkannya."

Aku menghentikan gadis kecil itu, mengangkatnya dalam pelukanku, "Bagaimana bisa laki-laki sekaku kakakmu memiliki adik selucu ini," kataku, Lamy tertawa

"Iya kan, bagaimana bisa aku selucu ini," hey jawaban apaitu Lamy, kamu setuju bahwa kakakmu kaku? Hahaha memangnya kamu tau apaitu kaku?

Dahiku menyentuh dahi Lamy, "Dimana kamarmu? Kakak akan mengantarmu, bagaimana bisa kamu bangun jam tiga pagi seperti ini, tidurlah."

Langkahku pergi ke ujung lorong, tepat ketika aku ingin masuk Ibunda Law keluar dari kamar itu, "Aku mencarimu Lamy," katanya sembari mengambil Lamy dari pelukanku

"Maaf Bu, dia pergi ke kamarku tadi," wanita paruh baya itu tersenyum setelah mendengar perkataanku. "Sebentar nak, tunggu disini, aku ingin bicara setelah menidurkan gadis kecil ini," kata wanita berselendang tersebut

Aku duduk didekat jendela lantai dua, menunggu Ibu Law keluar. Pemandangan taman didepan rumah yang gelap dan hanya tersisa lampu taman, bunga mawar dan peony yang ditanam berdampingan

Peony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang