08: hadiahmu

43 11 0
                                    

Ini bulan Oktober, pukul lima pagi terlihat di jam dinding kamarku. Aku melirik kearah kalender hari ini, angka 5 tertera disana, dia bersebelahan dengan angka 6 yang aku lingkari, angka 6 yang aku hias dengan berbagai gambaran seperti topi ulangtahun, kue, kado, dan lilin

"Haruskah aku keluar mencari kue untuknya," ungkapku sembari pergi menuju kamar mandi. Sebuah ruangan yang kini penuh kardus-kardus bekas yang tertata, semua karena Law, semua karena pria itu terus menerus memberikan sesuatu, bahkan gudang rumahku tidak sanggup menyimpan kardus-kardus itu

Dalam ruangan yang cukup besar tersebut, ada satu hal yang selalu membuatku tersenyum ketika menatapnya, itu adalah stiker wajah Law yang melekat pada kaca kamar mandi, stiker Law memegang dua bendera yang bertuliskan, 'I miss you,' entah darimana pria itu mendapatkan ide tersebut

Ketika selesai bersiap, aku menata bingkai foto di rak ruang tamu, dua bingkai yang tidak pernah aku pindahkan, "Besok ulangtahun Law, jadi kalian harus sembunyi," gumamku sembari memasukkan dua bingkai foto tersebut pada kotak hitam dibawah tempat tidurku

Langkah pagiku hari ini cukup menyenangkan, menyusuri jalanan pagi yang minim polusi. Aku sampai pada toko bunga langganan ku, laki-laki yang menjaga toko tersebut penuh dengan senyuman sehingga membuat para pelanggan menikmati berbicara dengannya

"Bunga apa yang sedang kamu cari nona?" Tanya dia, aku melihat isi toko bunga tersebut, memikirkan begitu lama bunga apa yang harus aku berikan pada Law

"Aku mencari bunga untuk hadiah ulangtahun kekasihku, menurutmu bunga apa yang cocok?" Jelasku. Pria dengan rambut panjangnya yang dikuncir tersebut tersenyum, "Bagaimana orang itu terlihat dimatamu?" Ujar dia padaku

Aku hanya sanggup terdiam dengan postur tubuh sopan dalam kepalaku berkata, bagaimana Law dimataku?, aku bahkan tidak tau bagaimana pria itu terlihat dimataku

Aku melihat penjual bunga tersebut yang masih menjelaskan makna dari setiap bunga, hingga mataku menangkap bunga peony di tempat paling ujung. "Bagaimana bisa bunga ini ada disini, mereka mekar bukan di bulan ini bukan?" Ungkapku

Pria dengan kemeja putihnya tersebut mendekat, "Ah, kebetulan aku memiliki ini, aku juga tidak tau kenapa bunga ini mekar sebelum waktunya," ujar pria tersebut. Dengan lantang aku berkata padanya, "Bisakah kamu menjualnya padaku?"

Dia menatapku lama dan kemudian tertawa, "Tentu, tapi bukankah mawar merah lebih baik dibandingkan peony putih?" Jelasnya. Aku tersenyum, "Aku merasa bersalah padanya, tapi dia selalu menatapku dengan mata yang memandangku penuh kemurnian, tanpa celah, itu seperti makna dari bunga ini," jawabku

Penjual itu tersenyum, dia kemudian segera membuat bunga peony putih tersebut menjadi buket bunga terindah yang aku lihat. "Terimakasih," ujarku sembari menyerahkan uang sebagai pembayaran

Langkahku kembali berpindah, mendapati toko roti bernama 'Rose' tersebut membuat hatiku terarah masuk kedalamnya. Aku disambut dengan ramah, belum sempat aku melirik roti-roti nya, pelayan itu sudah mendekat ke arahku

"Apa aku bisa membuat pesanan kue ulang tahun?" Tanyaku, pelayan wanita tersebut mengangguk, kemudian dia menyerahkan buku dengan ukuran sedang yang berisi model-model kue yang mereka buat

Ketika menemukan sebuah kue yang terlihat simpel tapi menarik hatiku, aku melihat kearah pelayan disampingku, "Tolong tuliskan, 'happy birthday' diatasnya," pesanku pada pelayan dengan pakaian formalnya tersebut

Setelah selesai membuat membayar, aku pergi dari tempat tersebut, mereka mengatakan bahwa kue itu akan diantar pada alamat rumahku besok pagi, itu cukup memuaskan bagiku.

"Apa yang harus aku berikan padanya ya?" Tanyaku dalam telepon, ketika perjalanan pulang didalam taksi aku menelepon Nami, meminta dia memberikan saran mengenai hadiah apa yang harus aku berikan

"Berikan saja kamera yang sudah kamu beli jauh-jauh hari itu," sahut Nami. Aku dengan tegas menolaknya, aku jelas tau bahwa Law punya kamera yang lebih mahal dari itu, bagaimana bisa aku memberikan kamera murah tersebut padanya

Nami berdecak, "Kalau begitu berikan saja dirimu," aku tau Nami adalah wanita gila, tapi aku tidak berpikir dia akan menyarankan ide segila ini padaku

"Dia belum menjadi suamiku Nami, berhenti mengatakan hal gila seperti itu," jawabku. Nami tertawa setelah mendengar jawabanku, kemudian dia memaksaku untuk memberikan kamera yang sudah aku persiapkan itu

"Law tidak akan menolak hadiahmu sayang, dia menyukaimu lebih dari yang kamu pikirkan, bahkan ketika kita duduk dibangku sekolah menengah dulu seisi kelas tau betapa dia menyayangi mu, hanya kamu yang tidak menyadarinya," kata Nami, aku terkekeh mendengar itu apakah sungguh sebesar itu?

"Jika kamu tau, selama ini yang memintaku untuk memberikan makanan jika kamu bersedih adalah Law, pria itu selalu berpesan agar aku menjaga bayi kecilnya, betapa merepotkannya," tambah Nami. Mendengar pernyataan Nami itu aku sedikit terkejut

Tentang bagaimana pria itu menyukaiku lebih dari yang aku tau, tentang bagaimana pria itu melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku.

Peony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang