Chapter 1 - The CEO

546 70 14
                                    

"Oh hai." Anthony menyapa Julia dengan terkejut sekaligus senang. Gadis itu sedikit bergerak mundur saat ia masuk ke dalam lift. "Good morning."

"Selamat pagi," Julia bersikap sopan seperti biasa.

"Bagaimana tahun barumu?" Anthony memulai perbincangan, sementara sekujur tubuhnya dibuat meremang saat adegan malam tahun baru berkelebat dalam benaknya.

Sialan dia sangat merindukan gadi itu, bahkan aroma parfum yang dipakai Julia nyaris membuatnya menunduk untuk menghirup aroma yang lebih kuat.

"Tidak banyak, hanya bersantai di rumah." Julia menjawab santai; atau lebih tepatnya gadis itu seolah menjaga jarak.

Untuk beberapa saat keheningan terjadi kala lift tersebut bergerak naik, Anthony merasa tercekik saat bayangan malam tahun baru menari-nari dalam benaknya, ia merasa sesak dan kesulitan bernapas saat aroma tubuh Julia terus menggelitik penciuman dan membuatnya mulai mengeras di bawah sana.

Hari ini Julia menggelung rambutnya seperti biasa, menampilkan leher jenjang yang mengundang untuk dikecup. Pandangan Anthony bergerak naik ke bagian dagu, lalu ia menelan ludah saat matanya tertuju pada bibir merah muda yang tampak ranum dan sangat nikmat untuk dikecup. Ia masih ingat bagaimana rasa bibir serta lidah Julia saat bermain-main di dalam mulutnya, itu adalah campuran rasa manis yang dibumbui panah dewa asmara yang sedang bergairah. Anthony mengerang pelan saat merasakan sesuatu di balik celananya semakin membesar, membuatnya sesak dan tidak nyaman.

Manusia mana yang bisa mengendalikan diri saat masa bulan madu menghantui hari-harinya?

Anthony tertawa masam pada diri sendiri, ia sebetulnya tidak percaya pada hal seperti itu. Tapi sungguh seperti itulah yang dirasakan olehnya saat ini, ia tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang serta perasaan ingin kembali berada di dalam diri Julia secepatnya. Ia sudah menunggu kabar dari gadis itu, bahkan setelah dirinya mengirim pesan beberapa kali dan mengajaknya untuk bertemu di luar, ia bahkan menawarkan undangan kepada gadis itu untuk datang ke rumahnya. Tapi tidak sekalipun ia mendapatkan balasan, dan itu membuat rasa ingin memiliki Anthony semakin menggebu.

Siapa yang berani menolaknya?

Sikap Julia melukai perasaan serta harga dirinya, selama ini ia selalu mendapatkan wanita manapun yang ia inginkan. Ia tidak pernah ditolak ataupun diabaikan, ayolah ia cukup populer di kalangan wanita dan rasanya sangat tidak benar jika gadis itu mengabaikannya seperti sekarang.

"Apa kau ada waktu setelah bekerja?" Anthony bertekad untuk memulai keberuntungannya.

"Sepertinya tidak," Julia bahkan menjawab terlalu cepat hingga membuat Anthony merasa ditolak begitu saja. "Selamat bekerja, Sir." Gadis itu berjalan lebih dulu, "apa kau tidak akan keluar?"

"Keluar?!" Anthony merasakan wajahnya langsung berbinar. "Ya! Tentu saja saat ini aku sangat ingin keluar...."

"Saya akan melepaskannya."

"Melepaskan?" Perkataan Julia barusan membuat Anthony mengerjap.

"Sampai bertemu di rapat direksi nanti siang."

Setelah mendangar langkah kaki Julia yang meninggalkannya, Anthony baru sadar jika wanita itu sudah melepaskan tangan yang sejak tadi menahan pintu lift untuknya. Dan kini Anthony masih berada di dalam sana dengan pikiran yang masih berkabut. Ia sibuk merutuki diri sendiri sambil berusaha untuk menghilangkan pikiran—mengenai—kaki jenjang serta rasa panas tubuh Julia kala menyambut dirinya yang keras dan terangsang.

Anthony merasa seperti remaja kasmaran karena otaknya terus dipenuhi oleh pikiran erotis dari malam tahun baru. Dan ketika ia memasuki ruangannya, semua bayangan itu terasa semakin nyata dan menyiksa.

The CEO And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang