"I love you."
Anthony mengakhiri ciuman mereka, ia mengatakan hal tersebut sambil menatap tepat ke dalam mata Julia. Ia tidak ingin membuat Julia merasa takut atas pengakuannya tersebut dan sudah berusaha untuk tidak mengutarakannya. Tapi ya Tuhan, melihat Julia yang merona karena ciuman mereka, dan kalung yang ia berikan untuk gadis itu tampak sangat cantik dan sangat cocok untuknya.
Jadi Anthony memutuskan untuk mengutarakan apa yang ia rasakan, dan ia bersungguh-sungguh dengan hal tersebut. Bersama Julia seperti ini adalah yang tidak pernah ia rasakan dengan wanita manapun, gadis itu adalah the greatest lovers he ever had. Dan Anthony sudah memiliki tekad untuk membuat Julia tetap berada di sisinya dan ingin memiliki gadis itu sepenuhnya.
"Aku... aku...."
Anthony hanya dapat tersenyum maklum saat melihat Julia yang tengah kesulitan bicara.
"It's okay, babe. You're no need to say anything."
Lagipula ia tahu Julia menyukainya, setiap kecupan, sentuhan dan sikap Julia sudah menunjukkan semuanya. Itulah mengapa Anthony merasa dirinya sangat beruntung karena bisa bertemu dengan Julia dan memiliki percintaan luar biasa yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Ia memang memiliki banyak petualangan, tapi perasaannya saat bersama Julia... itu adalah sesuatu yang berbeda, dan tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Bahkan setiap kali mereka berciuman, semua itu memberi efek magis dan tubuhnya dipenuhi dengan antisipasi. Seluruh tubuhnya dibuat berdesir, bahkan ia bisa merindukan dan memikirkan Julia di tengah rapat atau saat dirinya tengah berkerja. Well, jika ia tengah sendirian di malam ini itu adalah hal yang sudah biasa. Tapi setiap hal kecil yang pernah ia lakukan bersama Julia dan kebetulan hari ini ia harus pergi menemui klien sendirian, isi kepala Anthony terus terkoneksi dan memikirkan gadis itu sepanjang hari.
Ia bahkan harus mengontrol pikirannya agar tidak terus memikirkan Julia, karena jika ia tidak membuat pikirannya tenang. Maka hal itu bisa berakibat buruk untuk isi celananya, sesuatu diantara kakinya pasti akan mengeras dan meminta untuk disentuh serta ditenangkan. Dan itu cukup membuatnya terganggu sepanjang hari.
Sialan.
Ia terus merindukan Julia padahal mereka sudah sering bertemu.
"Kau boleh membuka hadiahmu sekarang." Anthony berkata sambil mengusap puncak kepala Julia dengan sayang. Gadis itu terlihat manis dan Anthony suka dengan reaksi Julia saat menerima hadiah darinya.
"Oh ini indah sekali!" Julia menatap kalung yang ia berikan, Anthony sengaja memilih liontin bentuk infinity karena ia ingin perasaan dan hubungan mereka menjadi tidak terbatas.
"Aku harap kau menyukainya." Anthony menyentuh tangan Julia dan meremasnya pelan. "Mau aku bantu pasangkan?" Ia menawarkan.
"Yes please." Tanpa sadar bibir Anthony sudah kembali tersenyum lebar saat ia mendengar Julia menyetujui, gadis itu terdengar senang dan bersemangat.
"Berbaliklah, sweetheart." Anthony meminta Julia untuk berbalik dan memunggunginya.
"Ngomong-ngomong dalam rangka apa kau tiba-tiba memberiku hadiah seperti ini?"
Julia terdengar penasaran, dan tanpa sadar pertanyaan tersebut membuat senyuman di wajah Anthony terus mengembang.
"Apakah harus menunggu momen khusus untuk memberi hadiah kepada orang yang kita cintai?" Anthony percaya bahwa untuk memberi hadiah atau mengapresiasi dan menunjukan perasaan kepada orang yang kita cintai, kita tidak perlu menunggu sebuah momen khusus untuk melakukannya.
"Sudah babe." Anthony merapihkan rambut Julia, lalu ia membawa tubuh gadis itu untuk kembali menghadap ke arahnya. Dan saat matanya melihat kalung yang belikan terpasang manis di leher Julia, ada perasaan senang dan bangga saat ia melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO And Me
RomanceSinopsis: Bagaimana jadinya jika seorang CEO yang suka berganti kekasih menemukan wanita yang seolah tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka tidur bersama, wanita itu seolah tidak menginginkannya. Hal tersebut melukai perasaan dan harga diri s...